Kepercayaan

1.3K 54 0
                                    

Ambillah POV

Aku berusaha menelpon suamiku tapi sia-sia karena ponselnya tidak aktif. Baiklah akan ku tunggu disini batinku

Wanita yang berpakaian seksi dengan dandanan menor itu duduk di atas meja kerja kak Arvi dia melihat keseliling ruangan dengan tatapan menginginkan, aku hanya melihatnya dari sofa karena aku tidak ingin terlalu dekat dengan jalang yang akan merusak rumah tangga ku.

Tiba-tiba pintu terbuka dan itu adalah sekretaris kak Arvi Yaitu mbak Dita dia seumuran kak Arvi jelas lebih tua dari ku. Dita ternganga melihat wanita yang duduk di atas meja kak Arvi dan segera mendekatiku.

" Bu ayo ikut saya keluar saja dari sini ajaknya, tanpa melihat wanita ular itu" ajak Dita

" Hei dimana calon suami ku? Apa dia masih sibuk bekerja untuk ku? " Tanya wanita yang sama sekali tidak ku kenali

Aku sudah berdiri di gandeng mbak Dita, aku bingung hanya saja aku menurut saja.

" Seharusnya kalian memang harus pergi dari ruangan ini, karena kalian tidak punya hak disini" ucap wanita itu dengan tidak tau dirinya

Dita hanya tersenyum sinis dan membawa ku keluar dari ruangan kak Arvi.

" Bu terimakasih sudah mau ikut dengan ku, ibu tenanglah dan percaya saja pada pak Arvi" ucap mbak Dita

" Yaa aku tidak akan mendengar orang lain, aku akan tetap berusaha tenang meskipun aku ingin sekali menjambak nya," ucapku berusaha tenang

" Sebentar lagi pak Arvi keluar ibu tunggu di ruangan ku saja" ucap mbak Dita lagi

Tidak lama kak Arvi datang dan langsung keruangan mbak Dita karena sebelumnya Dita sudah mengabari  kak Arvi

" Sayang kau tidak apa-apa kan? Apa kau terluka? Anak ku apa dia mengganggu bayi ku? Dia tidak mendorong mu kan? Atau dia menjambakmu? Kenapa wajahmu merah sekali? " Tanya kak Arvi beruntun

" Iya aku terluka, hati ku yang terlukan, bagaimana apa kau bisa mengobatinya? "Ucap ku ketus

"Sayang sayang tidak kau jangan mempercayai orang lain, kau harus mendengarkan aku" ucap kak Arvi sambil menatap dalam mataku aku hanya diam tapi tiba-tiba terjadi keributan diluar ternyata wanita jalang itu memaksa masuk ruangan mbak Dita, dia ribut dengan para karyawan yang mencoba mencegah nya."

Aku dan kak Arvi keluar dan apa yang ku lihat dia langsung menyambar tangan kak Arvi dan memeluk lengan kokoh suamiku itu. Kak Arvi langsung menghempaskan tangan wanita ular itu dan menatapnya tajam.

" Panggil penjaga dan kelautan wanita ini" bentak kak Arvi

"Mas aku calon istrimu, bagaimana mungkin kamu mengusirku? " Tanya wanita ular itu

"Dan mau siapa kau wanita penggoda, kau menggoda calon suamiku, apa kau tidak malu?" Menunjuk ke arahku
"Dan juga mas aku kesini untuk memberitahu mu, aku hamil anakmu apa kau lupa? Aku sudah memberitahu orang tua ku dan kita akan mempercepat pernikahan kita" ucap wanita ular itu

Mendadak dadaku sesak, sakit apa mungkin dia selingkuhan suamiku, tapi aku tidak mau menunjukkan kelemahan ku agar rumah tangga ku tetap utuh, aku harus mendengarkan penjelasan kak Arvi apapun itu jika dia sudah menjelaskannya barulah aku bisa mengambil keputusan nantinya.

" Sayang tidak, kau tidak boleh percaya kata-kata jalang ini, dia mau menghancurkan rumah tangga kita, tolong percaya aku, aku suamimu" ucap Kaka Arvi penuh tekanan serta memohon

Aku memilih diam dan belum bereaksi. Banyak karyawan melihat kami dari jauh tapi aku tidak perduli.

" Ayo mas pulang, kita akan mengurus pernikahan kita" ajak wanita itu

"Diam kau" bentak kan Kak Arvi menggelegar

"Bawa wanita ini pergi, dan jangan sampai dia kembali lagi" bentak kak Arvi setelah penjaga datang

"Bagaimana bisa wanita ini lolos dan masuk ke kantor ku ? Ha? Apa kalian tidak ingat perintahku?"  Bentak kak Arvi setelah semua penjaga datang
Sangat menyeramkan aku belum pernah melihat laki-laki dingin ini semarah ini.

" Cukup kak, bukan kah seharusnya kita memberikan oleh-oleh untuk tamu kita" jawab ku dengan tenang

Wajah kak Arvi memucat dia menggenggam tangan ku, bisa kurasakan bahwa tangannya dingin.

" Sa...sayang, tidak,, aku sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Apa maksudmu memberikannya hadiah? " Tanya kak Arvi memandangku dengan permohonan

"Kak aku tau dari mbak Dita bahwa dia anak dari salah satu kolega bisnismu bukan? " Tanya ku
Kak Arvi mengangguk takut

" Aku mau kau menarik sahammu dari perusahaan ayahnya, dan beri keluarga itu pelajar" balasku dengan senyum sinis

" Ba...baik sayang" jawab kak Arvi gugup

Semua karyawan memandangi kami, tidak ada yang pernah melihat CEO mereka berkata lembut seperti ini tapi dihadapan istrinya dia sangat lembut dan tidak menunjukkan wajah datarnya. Dimana kegarangan yang baru saja mereka lihat tadi saat membentak penjaga dan wanita ular itu.

Dia memanggil mbak Dita entah apa yang mereka bicarakan kemudian mbak Dita menelpon seseorang.

" Cepat bawa jalang ini pergi dan usir setiap anggota keluarga nya yang datang ke perusahaan ini, karena semua saham perusahaan kita sudah kita tarik" ucap kak Arvi tegas

" Aku pulang" ucapku dingin

" batalkan jadwal saya hari ini, saya akan pulang" teriak kak Arvi sambil mengejar ku

" Sayang ayo kita pulang, dia menarik lenganku" ucap kak Arvi

" Lepaskan tangan ku, aku bisa jalan sendiri" balasku dingin

" Sayang" ucap kak Arvi lembut

Di dalam mobil aku tidak bicara sama sekali, sejak tadi kak Arvi mengajak ku bicara tapi aku tak membalasnya. Sesampai dirumah aku langsung masuk kamar dan menuju kamar mandi untuk mandi dan menengkan fikiran ku, aku harus tenang dan percaya suamiku agar rumah tanggaku baik-baik saja.

Arvi POV

Sejak tadi aku sangat takut, takut jika Billah tidak percaya padaku karena sejak tadi dia diam dan tidak mau disentuh. Pulang langsung ke kamar mandi sangat lama aku menunggu nya hingga aku mandi di kamar mandi lain agar aku bisa lebih segar dan tenang.

Aku selesai mandi dan mencari nya dikamar tapi tidak ada, aku mencarinya ke dapur saat aku keluar kamar bertemu ibu mertuaku.

" Bu apa ibu melihat Billa?" Tanya ku
" Ya dia di dapur, apa kalian bertengkar?" Tanya ibu mertua ku

" Hanya salah paham Bu,"ucapku lagi
"Baiklah selesai kan dengan tenang yaa nak" ucapnya sambil menepuk bahu ku

" Baik Bu" jawabku lagi

Aku melihat dia di meja makan sedang makan, ah ternyata aku salah dia baru saja selesai makan. Dia pergi melewatiku tanpa menatapku, oh Tuhan mengapa dia sangat menakutkan saat marah.

" Sayang aku mau bicara" ucap ku lembut

"Makan" ucapnya singkat namun mampu membuatku menurutinya

Aku cepat-cepat makan karena Billah kembali ke kamar, aku ingin bicara padanya ini tidak boleh terjadi terlalu lama seperti ini. Aku kembali ke kamar dan melihatnya berbaring di kasur.

"Sayang,,,"ucapku sambil menyentuh bahunya

"Tolong lihat aku sebentar, aku ingin bicara sayang" ucapku lagi
Dan dia bangkit dan menghadap ku

" Sayang dia anak kolega ku, dia sering datang seperti itu dan mengaku-ngaku dan sekretaris ku Dita juga sudah tau, aku mohon percaya padaku. Dulu dia memang mau dijodohkan denganku tapi aku dan mama papa tidak setuju, akhirnya orang tuanya membatalkannya. Aku mohon percaya,,,aku sama sekali tidak melakukan hal yang akan menyakitimu" ucap ku lembut memohon

Dosen ku, Suami kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang