Chlora memegang kepalanya yang berdenyut-denyut. Chlora sadar bahwa ia sering bertingkah seolah dia sudah dewasa padahal dia masih berumur tiga tahun. Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba serentetan ingatan masuk ke dalam tubuh Chlora, dan ia menyadari bahwa ia telah bereinkarnasi.
Baik, Chlora tidak masalah apabila ia bereinkarnasi. Ia memiliki orang tua yang baik, seorang bangsawan yang kaya, juga kehidupan yang sangat baik. Sampai di sana, tidak ada masalah dengan hidup Chlora. Tapi, Chlora terlahir kembali menjadi tokoh antagonis dalam novel 'Bunga dan Cinta'.
Chlora akan mati dibunuh oleh tunangannya sendiri, yaitu Cithrel, karena meracuni Shelia. Tentu saja, Cithrel mencintai Shelia setengah mati. Tidak ada kata maaf bagi orang yang mencoba menyakiti Shelia.
"Nona, apakah nona tidak apa-apa?"
Chlora menggeleng. "Aku tidak apa-apa. Bisakah kau meninggalkanku? Aku sedang ingin sendiri."
Pengasuh Chlora mengangguk dan keluar dari kamar Chlora. Chlora mengacak-acak rambutnya yang berwarna platinum blonde. Chlora meraih kertas dan pena dan segera menulis apa saja yang akan terjadi di dalam buku itu.
"Sial, aku akan meninggal saat aku berusia dua puluh tahun. Bahkan di kehidupan sebelumnya saja aku hidup sampai usia dua puluh lima tahun," keluh Chlora.
Chlora mendesah. "Tapi aku masih mempunyai waktu selama tujuh belas tahun untuk menghindari hal itu. Itu waktu yang lebih dari cukup."
"Pertama, kita harus menghindari tokoh utama dalam cerita ini, yaitu Shelia dan Cithrel."
Chlora mencoba mengingat-ingat lagi teman Chlora dari buku. "Ah! Chlora memiliki teman yang bernama Zoey dan dia adalah penyihir! Dia akan menjadi teman yang baik."
"Ah, Cithrel sangat bodoh karena menyia-nyiakan Chlora. Padahal gadis itu sangatlah pintar dan menarik. Lihatlah! Bahkan kekayaan yang dimiliki Chlora tidak main-main. Memang cinta itu buta, dan aku benci hal itu."
"Chlora, teman-temanmu sudah datang. Cepat pergi dan sapa mereka," ucap Violet, ibu Chlora.
Chlora mendelik. "Astaga! Beberapa minggu lalu aku malah bermain-main dengan tokoh utama! Baiklah, aku harus membuat mereka membenciku."
Chlora berjalan dengan anggun ke ruang pertemuan dan melihat teman-temannya di sana. Ada Shelia, Cithrel, Michael, dan Zoey. Chlora tersenyum senang ketika melihat Zoey namun senyumnya itu menghilang ketika melihat Shelia dan Cithrel.
Dengan senyum penuh kepalsuan, Chlora menyapa mereka. "Hai! Aku rasa sudah sangat lama sejak kita bertemu bukan?"
Shelia mengangguk semangat. "Aku sangat merindukanmu, Chlora!"
"Like i care, duh," gumam Chlora.
"Kau berbicara apa, Chlora? Ah! Apakah kalian ingin melanjutkan permainan minggu lalu?" tanya Cithrel.
"Bukan apa-apa, ayo kita lanjutkan permainan minggu lalu." ucap Chlora datar.
Michael langsung menyusun jenga. Mereka menentukan urutannya dan memulai permainan. Chlora menatap jenga itu dengan datar. Sebagai jiwa berumur dua puluh lima tahun dalam tubuh berumur tiga tahun, tentu saja ini sangat membosankan.
"Apakah kalian tahu, adikku akhirnya bisa berjalan! Aku sangat bangga dengannya!" ucap Michael semangat.
Zoey mengangguk kecil. "Kau pasti bangga dengannya. Kau adalah kakak yang baik."
Chlora mengambil balok itu dengan lihai. Tentu saja, ia bisa sepandai itu. Pengalaman di kehidupan sebelumnya sangat membantunya. Jelas terlihat bahwa Chlora berbeda level dengan anak-anak berusia umur tiga tahun.
Jenga itu roboh ketika sudah kehilangan keseimbangannya. Chlora menguap dan melamun. Entah untuk apa para orang tua itu mengadakan pertemuan seperti ini untuk anak-anak mereka. Chlora merasa ini hanya membuang-buang waktunya saja.
"Ah aku lapar, bagaimana jika kita makan terlebih dahulu?" ajak Shelia.
Mereka berlima duduk di kursi yang tidak terlalu tinggi itu dan memakan kue kering yang disediakan. Saat Shelia mengambil tehnya, dengan sengaja Chlora menyenggol bahu Shelia sehingga teh itu terjatuh ke gaun Shelia.
Chlora memulai actingnya. "Astaga! Shelia, maafkan aku! Aku akan memanggil pelayan untuk membersihkan ini!"
Pelayan yang berada di luar ruangan langsung membantu Shelia untuk mengganti bajunya. Chlora tersenyum licik melihat hal itu. "Sorry not sorry."
Cithrel, Michael, dan Zoey menatap Chlora. Tentu saja mereka sudah sering mendengar kata-kata aneh Chlora. Walaupun masih berumur tiga tahun, tapi Chlora sangat pandai dalam berbahasa asing.
Menyadari tatapan teman-temannya, Chlora tersenyum. "Ah! Sebaiknya kita melanjutkan acara makan kita. Aku yakin Shelia akan kembali sebentar lagi."
Zoey mengangguk. "Ah, Chlora. Aku sangat menyukai gaunmu. Di mana kau membelinya?"
"Aku membelinya di butik Valeria. Kau tahu bukan?" jawab Chlora dan Zoey mengangguk.
Chlora melirik Michael dan Cithrel yang sedang mengobrol. Ah, masa bodo.
Shelia kembali dengan gaun berwarna cerah. Wajahnya terlihat sangat cerah. "Chlora, aku sangat menyukai baju ini. Di mana kau membelinya? Aku juga menginginkan baju ini!"
"Itu baju edisi terbatas. Aku rasa harganya sekitar dua ribu koin. Ah, apakah itu cukup mahal untukmu? Jika kau menginginkan gaun itu kau boleh mengambilnya," Chlora berhasil membuat harga diri Shelia terjatuh.
Tentu saja, memang keluarga Shelia yang paling miskin di antara keluarga lain. Chlora sangat yakin bahwa ia sangat pandai membuat hati orang terluka mengingat ia mempunyai mulut yang sangat pedas.
Shelia menunduk. "Benarkah? Orang tuaku sedang tidak mempunyai uang.."
Chlora tersenyum miring. "Benar. Aku bisa membeli baju seperti itu sebanyak satu lusin. Kehilangan satu baju tidak akan berpengaruh dalam ekonomi keluargaku."
"Chlora, kau ini baik sekali. Kau memberikan gaunmu yang merupakan edisi terbatas kepada Shelia karena kau tahu orang tua Shelia sedang tidak memiliki uang," puji Michael.
Chlora menahan tawanya. Tentu saja tidak akan ada yang menyadari bahwa ia sedang menginjak harga diri gadis itu habis-habisan. Jika saja membunuh Shelia dan Cithrel bisa ia lakukan. Sudah lama ia akan melakukan itu.
Cithrel menatap wajah Chlora dengan tatapan terpesona. "Chlora, aku sangat menyukai warna rambutmu. Jika aku melihat rambutmu maka aku akan teringat pada musim semi."
"Oh ya? Terima kasih. Rambutmu juga sangat unik, Cithrel. Aku tidak pernah melihat rambut yang berwarna hijau. Rambutmu mengingatkanku pada katak, dan kau tahu? Aku sangat membenci makhluk menjijikkan itu," ucap Chlora sambil tersenyum tanpa rasa bersalah.
Mata Cithrel berkaca-kaca mendengar hal itu. "Benarkah? Maaf jika warna rambutku mengingatkanmu pada hal yang kau benci, Chlora," ucap Cithrel sedih.
Chlora berdecih di dalam hatinya. Ia tidak akan pernah melupakan perjuangan Chlora di dalam novel. Gadis itu berusaha keras agar ia bisa mendapat perhatian Cithrel, tapi yang dilakukan laki-laki itu hanyalah menempel seperti lintah pada Shelia.
Chlora memegang pundak Cithrel. "Tidak apa-apa, Cithrel. Ini memang bukan kesalahanmu. Tapi sayangnya aku tetap tidak menyukai warna rambutmu. Apakah ingin aku beri tahu bagaimana cara agar aku menyukai warna rambutmu?"
"Bagaimana caranya, Chlora? Aku tidak ingin kau membenciku!" ucap Cithrel.
Tatapan mata Chlora menjadi dingin dan Cithrel terkejut melihat tatapan itu. "Jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Jujur saja, aku tidak menyukai kalian semua kecuali Zoey. Aku muak berbicara dengan kalian."
Cithrel, Shelia, dan Michael terkejut mendengar hal itu.
Chlora tersenyum manis."Jadi, bisakah kalian pergi, dan jangan muncul lagi di hadapanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Orenda [END]
FantasyTerlahir kembali menjadi tokoh antagonis? Chlora menyadari bahwa dirinya telah terlahir kembali saat dia berumur tiga tahun. Chlora akui, tidak ada yang salah dengan kehidupannya kali ini. Ia merupakan putri dari Marquess Beasley yang kaya. Tapi, Ch...