TIGA

22.2K 3.1K 142
                                    

Chlora menatap wajah Alwin. Sudah dua tahun berlalu. Chlora berhasil memutuskan hubungannya dengan Shelia dan Cithrel. Chlora ikut memutuskan hubungannya dengan Michael karena laki-laki itu selalu membantu Shelia dan Cithrel.

"Kakak, aku lapar," ucap Alwin.

Chlora melihat jam menunjukkan pukul satu siang. "Ayo kita pergi ke ruang makan, Alwin."

Chlora mengenggam tangan Alwin dan berjalan menuju ruang makan. "Alwin, kau harus mulai untuk belajar makan sendiri. Aku rasa kau sudah cukup besar."

"Lucy, tolong bawakan aku dan Alwin makanan," ucap Chlora kepada pelayan pribadinya.

Alwin dengan tenang duduk di kursinya. Tentu saja kursi untuk Alwin dan Chlora lebih tinggi dari kursi biasa. Mereka juga harus dibantu oleh para pelayan agar bisa duduk di sana. Chlora mendengus kesal, ia tidak suka berada di tubuh anak kecil.

Lucy menghidangkan makanan untuk Chlora dan Alwin. Chlora memakan makanannya dengan anggun, membuat semua pelayan itu terkejut. Orang-orang yang berkerja di rumah itu memang sudah menyadari adanya keanehan pada Chlora tapi mereka memilih untuk diam.

"Wow, kau hebat Alwin! Walau pun masih kesulitan memakai sendok tapi kau tidak memberantakkan makananmu!" puji Chlora.

Alwin tersenyum memamerkan giginya. "Aku memang hebat, kakak."

Chlora sangat menyayangi Alwin. Dia juga tidak mengerti mengapa ia menyayangi Alwin. Jujur saja, Chlora tidak merasakan apa pun pada ayah dan ibunya. Ia merasa seperti itu karena ayah dan ibunya memiliki umur yang sama dengan umurnya di kehidupan sebelumnya.

"Ah, Alwin. Duchess Mason akan mengadakan pesta teh besok. Kau tahu bukan jika ia memiliki anak yang seumuran denganmu?" tanya Chlora.

"Aku tidak ingat kak," jawab Alwin lugu.

Chlora mendesah pelan dan mengacak rambut Alwin. Apa yang bisa diharapkan dari anak berumur dua tahun? Di novel, Alwin berusaha menyelamatkan kakaknya yang dibunuh oleh Cithrel, namun Virion membuat Alwin tidak dapat menyelamatkan Chlora.

Chlora mengeraskan rahangnya. "Fuck you, Virion. In this life, I will destroy your family."

"Kakak bicara apa?" tanya Alwin.

Chlora menggeleng dan tersenyum. "Alwin, bukankah ini saatnya kau tidur siang?"

"Ah iya, pantas saja aku merasa mengantuk."

Chlora meloncat dari kursinya. Alwin yang melihat tingkah kakaknya ikut mengikutinya. Jantung Chlora berhenti sedetik melihat hal itu. "Alwin! Jangan melompat dari kursi!"

"Tapi kakak juga melompat dari kursi. Apakah aku tidak boleh mengikuti kakak?"

Chlora memijat kepalanya. Dia harus menjaga sikapnya agar sang adik tidak mengikuti tingkahnya. Chlora bersyukur dunia ini memiliki benua dan bahasa yang berbeda dengan bumi. Namun yang aneh, di sini juga ada bulan dan matahari.

"Ayo kita ke kamar."

Chlora mengecup dahi adiknya dan keluar dari kamar. Chlora menuju ruang kerja orang tuanya. Chlora berhenti di depan pintu ketika mendengar Galan dan Violet yang sedang berbicara. Chlora menyipitkan matanya.

"Galan, apakah kau sudah mendapatkan kabar siapa yang memiliki pedang Lazarus?"

Galan menggeleng. "Belum, aku rasa pedang itu masih tersegel di kuil."

Violet menggigit jarinya. "Apakah kita perlu menyembunyikan Chlora agar pemilik pedang itu tidak dapat menemukan Chlora?"

Chlora mengernyit. Apa yang orang tuanya bicarakan?

"Tidak apa, Violet. Jika Chlora ditakdirkan menjadi pasangan pemilik pedang Lazarus maka berarti ia mampu menaklukkan iblis yang tersegel di pedang itu."

"Tapi iblis tetaplah iblis! Dari semua orang kenapa harus anakku yang mendapatkan takdir itu," nada suara Violet melemah.

Galan memeluk Violet. "Itu tidak seburuk yang kau pikir, Violet. Walaupun Chlora sudah mendapatkan bunga magnolia emas bukan berarti dia langsung terpilih menjadi pasangannya. Aku pernah mendengar bahwa pemilik pedang itu dapat memilih salah satu orang yang terpilih."

Mata Chlora membesar ketika mendengar kata-kata ayahnya. Ia segera berlari ke kamarnya dan merebahkan badannya. Ingatan Chlora dari kehidupan sebelumnya lama-kelamaan kembali. Jika sebelumnya Chlora hanya mengingat tentang buku itu dan umurnya, kini ia bisa mengingat orang tua dan saudaranya di masa lalu.

Mata Chlora terbuka lebar ketika sakit di kepalanya menghilang. "Aku ingat! Shelia juga mendapatkan bunga magnolia emas. Tentu saja Virion akan memilih Shelia dibanding aku. Shelia adalah tokoh utama sedangkan aku adalah tokoh antagonis, dan aku juga tidak berniat untuk mengubah karakterku."

"The bitch gonna win, and it's me," Chlora menyeringai.

*

Chlora menatap gaunnya yang berwarna merah muda. Hari ini Chlora dan Alwin akan ikut dengan Violet untuk pergi ke pesta teh Duchess Mason. Chlora melirik Alwin dan bersyukur karena adiknya bukanlah anak nakal yang suka merundung orang lain.

"Chlora, Alwin, ayo kita berangkat," ucap Violet.

Alwin dan Chlora duduk bersebelahan. Chlora melirik jendela dan melihat beberapa orang yang ada di jalan. Chlora mendesah dan menyiapkan rencana. Ia akan bersikap kasar dengan anak lain lalu pergi menyendiri ke suatu tempat.

Chlora menatap bangunan megah yang ada di depannya. Kastil Mason, tentu saja itu terlihat megah mengingat keluarga mereka yang kaya dan juga kedudukan bangsawan mereka yang tinggi. Violet memberi salam kepada perempuan bangsawan yang lain. Chlora juga ikut memberi salam dan membuat bangsawan lain terkejut.

"Hai Chlora! Sudah lama kita tidak bertemu," sapa Zoey.

Chlora tersenyum. "Aku tak mempunyai waktu untuk bermain dengan kalian, Zoey."

"Tidak masalah."

Shelia yang akan menyapa Chlora langsung terdiam ketika melihat tatapan sinis Chlora. Chlora sangat tidak menyukai Shelia. Jika tidak ada Cithrel, Michael, dan Virion di belakangnya, Shelia hanyalah perempuan yang lemah.

"Pergi dari sini, kau tidak mungkin melupakan kata-kataku dua tahun yang lalu bukan?" ucap Chlora pedas dan Shelia langsung menunduk.

Chlora melirik Alwin dan menyadari bahwa anak itu sedang bermain dengan teman-teman seumurannya. Chlora bernapas lega, ia segera pergi ke tempat yang ia rasa tidak ada orang. Kaki kecil Chlora berhenti di taman bunga kastil Mason.

"Ah, akhirnya aku bebas."

Chlora duduk di bangku yang berada di taman dan menatap bunga-bunga yang mekar. Tiba-tiba saja Chlora membenci bunga-bunga di hadapannya. Pasangan Virion? Sampai Chlora lahir kembali sebanyak sepuluh kali pun dia tidak akan sudi!

"Bruk!"

Chlora menoleh dan melihat seorang anak laki-laki yang terjatuh. Sebagai perempuan yang memiliki jiwa berumur dua puluh lima tahun, Chlora langsung menolong anak laki-laki itu. Ia membantu anak itu duduk di bangku.

"Sebaiknya kau berhati-hati saat berlari. Jika sudah terluka begini, pasti sakit, bukan?"

Anak laki-laki itu menunduk. "Aku tidak suka berada di keramaian, jadi aku berlari ke sini."

Chlora memanggil salah satu pelayan dan mengatakan pada mereka untuk segera mengobati lukanya. "Ah, aku juga tidak suka keramaian. Lebih tepatnya, aku tidak suka dengan dunia ini."

"Kenapa? Apakah ada hal yang kau benci di sini?"

Chlora mendongak. "Aku ditakdikan menjadi pasangan pemilik pedang Lazarus. Konyol sekali, bukan? Tapi aku yakin orang itu akan memilih sang tokoh utama. Ah, ibuku memanggil."

Chlora langsung pergidari sana ketika melihat Violet meninggalkan anak laki-laki itu.

Orenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang