TUJUH

20.2K 2.7K 85
                                    

Chlora menatap Shelia dan Cithrel dengan datar. Kedua orang itu tampaknya tidak pernah berhenti mengejar-ngejar dirinya. Chlora merasa seakan mereka sedang terjebak dalam cinta segitiga.

"Kau tidak boleh berbicara dengan Chlora!" pekik Shelia.

"Mana bisa begitu? Jelas-jelas aku yang tiba di sini lebih dulu!" balas Cithrel.

Chlora menguap. Padahal tujuannya pergi ke kastil Woods hanyalah untuk menemui Zoey. Chlora melotot ke arah Zoey namun gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya. Chlora menahan geramannya.

"Aku tidak akan berbicara dengan kalian berdua, jadi bisakah kalian diam?" ucap Chlora.

Shelia dan Cithrel langsung terduduk. Chlora bisa mendengar suara tawa Zoey yang kecil. Sial, Chlora sedang tidak ingin meladeni kedua tokoh utama itu. Dia ingin berdiskusi pada Zoey karena sebentar lagi Virion akan masuk ke dalam akademi.

"Mengapa kalian tiba-tiba muncul di sini?" tanya Zoey.

Shelia menunduk. "Aku sedang berjalan-jalan, dan tanpa sengaja melihat kereta kuda yang memiliki lambang keluarga Beasley, jadi aku mengikuti kereta kuda itu."

Chlora memegang dahinya, menahan kefrustasian. "Shelia, jika kau terus bertingkah seperti ini, aku tidak akan segan melaporkan hal ini kepada orang tuamu."

"Lalu bagaimana denganmu, Cithrel?" pancing Zoey.

"Umm.. aku menyogok salah satu ksatria di rumahmu, Chlora. Aku memintanya agar memberitahuku kapan saja kau akan pergi," jawab Cithrel.

Chlora memasang wajah terkejut dan heran. "What the fuck.. apakah kau tahu, itu tindakan yang sangat mengerikan, Cithrel! Aku akan memecat ksatria itu!"

"Jangan, Chlora! Aku mengancam ksatria itu sehingga ia tidak memiliki pilihan lain."

Chlora memejamkan matanya. Ia kemudian berdiri dan membuka pintu. "Sekarang, bisakah kalian berdua keluar? Ada hal penting yang harus aku bicarakan berdua saja dengan Zoey."

Shelia dan Cithrel saling bertatapan. Shelia terdiam di tempat duduknya dengan tatapan ragu, hal yang sama terjadi pada Cithrel. Zoey menyesap tehnya, melihat drama di depannya yang sangat menarik perhatian.

"Apakah kini kalian tidak bisa mendengar? Aku bilang, KELUAR!" teriak Chlora marah.

Shelia dan Cithrel langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi dari sana. Chlora lalu membanting pintu ruangan itu dengan kesal. Chlora dan tempramennya merupakan hal yang tidak terpisahkan, baik di novel atau dunia nyata.

"Aku salut padamu, jika aku yang mengalami hal itu sudah aku bunuh mereka," celetuk Zoey.

Chlora mengatur napasnya dan melihat Zoey. "Menurutmu bagaimana? Apakah kau tidak melihat bagaimana mati-matiannya aku menahan untuk memukul wajah mereka?"

Zoey tertawa pelan. "Kau ingin membahas akademi bukan? Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Apakah Virion lulus dalam tes itu? Apakah kau tidak bisa menggagalkannya?"

"Mana mungkin. Kau kira kami para penyihir adalah Tuhan? Kami hanyalah seseorang yang memiliki lebih banyak mana di dalam tubuh kami sehingga kami bisa menggunakannya."

Chlora mendesah frustasi. "Bagaimana jika aku tidak usah masuk akademi saja? Akademi bukan sesuatu hal yang wajib, bukan?"

"Memang tidak wajib. Tapi kau hanya menyia-nyiakan kesempatanmu jika kau tidak mencoba untuk masuk ke sana. Bangsawan akan lebih dikenal jika dia adalah lulusan akademi."

"Astaga. Andai saja aku terlahir menjadi tokoh figuran, bukan antagonis," ucap Chlora.

Zoey mengetuk-ngetuk tongkat sihirnya. "Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan pergerakan Virion. Entah mengapa kadang ia menyelinap masuk ke dalam kastil Beasley."

Chlora mendelik. "Apa?! Kenapa kau tidak memberitahuku sejak dulu! Apakah itu berarti pemakamanku sudah semakin dekat? Hidup ini memang bangsat sekali."

"Tapi ia selalu tersenyum senang setelah keluar dari kastil Beasley. Apakah kau sempat bertemu dengannya, Chlora?" tanya Zoey serius.

Chlora menggeleng. "Aku tidak pernah bertemu lagi dengan anak laki-laki. Terakhir aku mengobati anak laki-laki yang menyelinap ke dalam rumahku saat ulang tahunku yang ke tujuh. Tapi aku yakin itu bukan Virion, Virion memiliki tempramental yang buruk sejak ia kecil."

Zoey membuka mulutnya, namun menutupnya kembali. "Jangan pernah percaya dengan laki-laki selain laki-laki penyihir, Chlora. Penyihir laki-laki cenderung tidak akan menyakitimu karena mereka tidak ingin mengacaukan masa depan. Tapi tampaknya masa depan itu sendiri sudah kacau."

"Okey, aku tak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Tapi aku paling benci ketika melihat anak-anak yang disakiti oleh orang tuanya seperti laki-laki itu. Jiwa perempuan dewasaku akan bergejolak ketika melihat itu," jawab Chlora.

Zoey mendengus. "Tetap saja kau tak boleh sembarangan dalam bersikap. Salah langkah sedikit saja, kita berdua akan terbunuh seperti di dalam novel."

"Jika begitu bukankah berarti kau juga harus menghindari Shelia dan Cithrel, bodoh? Kau menyodorkan dirimu sendiri pada malaikat maut," ejek Chlora.

Zoey mendelik. "Itu semua karenamu, Chlora! Kau membuat mereka berdua terobsesi denganmu sehingga aku juga terkena imbasnya!"

"Oh, begitu? Saat mereka datang tadi kau bisa membiarkan mereka berdua diam di depan gerbang kastil Woods, Zoey. Tapi kau membiarkan mereka untuk masuk. Jadi kini, siapa yang salah langkah?" tanya Chlora mengintimidasi.

Gadis berumur sebelas tahun itu mendengus. "Baiklah, kita berdua sama-sama bodoh, Chlora. Akui saja itu. Kau dan hatimu yang lembut, aku dan kecerobohanku, itu adalah kelemahan kita."

Chlora terdiam. Hidupnya tidak akan tenang jika Shelia dan Cithrel masih mengejar-ngejarnya seperti itu. Apalagi Zoey mengatakan bahwa Virion sering masuk ke dalam kastil Beasley. Memang bukan hidup namanya jika tidak rumit.

"Zoey, sebenarnya berapa umur jiwamu itu? Mengapa kau bertingkah seolah kau seumuran dengan jiwaku?" tanya Chlora.

"Bakatku sebagai penyihir adalah membaca pikiran orang. Jadi coba kau pikirkan sendiri kenapa aku memiliki sikap yang sama denganmu," sahut Zoey.

Chlora mengangguk. Zoey bisa membaca pikiran orang lain, itu berarti ia bisa mengetahui isi hati orang. Jelas saja Zoey akan mengetahui hal-hal baik mau pun buruk dalam pikiran orang lain. Anak kecil tidak akan menyadari hal-hal seperti itu.

"Kita sudah berumur sebelas tahun. Dua tahun lagi kita akan masuk ke dalam, akademi bukan? Apakah kau memiliki tujuan untuk masuk ke dalam akademi?" tanya Chlora.

Zoey mengeluarkan sepercik api menggunakan tongkat sihirnya. "Aku ingin bertemu dengan bangsawan penyihir lain, aku butuh sekutu untuk hidup tenang."

"Apakah tidak cukup aku menjadi sekutumu? Ah, aku kecewa sekali," Chlora tersenyum miring.

"Kau adalah manusia, aku adalah penyihir, kau sudah lihat perbedaannya, bukan?" jawab Zoey.

Mereka terdiam sejenak. Zoey mengetuk-ngetuk tongkat sihirnya dan terkejut ketika merasakan sebuah pergerakan mana yang aneh. Zoey memegang tangan Chlora dan mengisyaratkan gadis itu. Chlora mengangguk ketika melihat itu.

Suasana menjadi tegang. Tentu saja Chlora mengerti maksud Zoey. Zoey merasakan adanya pergerakan Virion. Zoey mengatakan jika Virion memiliki pergerakan mana yang berbeda dengan manusia aneh dan itu membuatnya mencolok.

"Chlora, apakah kau sudah selesai berbicara? Sekarang sudah sore."

Chlora melotot kepada Zoey. Gadis itu jelas-jelas mengusirnya ketika Virion sedang mengintai mereka. "Kau ingin aku dibunuh olehnya, hah?" bisik Chlora.

"Jawab saja aku!" balas Zoey. "Katakan jika kau membenci Shelia dan Cithrel."

Chlora mengangguk. "Ah iya. Aku benci sekali ketika Shelia dan Cithrel datang tadi."

Zoey terkejut ketika merasakan perbedaanya. "Bagus, dia sudah pergi."

Chlora langsung terduduklega. "Astaga, kesalahan apa lagi yang aku buat."

Orenda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang