9

8 1 0
                                    

Sebuah rangkaian bunga sudah bertengger dikepala gadis berambut pendek itu. Tubuhnya bergerak kesana kemari, ekpresi wajah hingga bentuk bibir pun gayanya ganti-ganti.

"Ril" matanya menatap laki-laki yang sedang duduk di tanah "bunganya miring itu euy, benerin" mata Raden sedikit nenyipit silau akan cahaya matahari "itu talinya juga tu benerin" lanjutnya.

Tangannya bergerak sesuai intruksi yang diberikan Raden kepadanya, sementara itu Sam yang daritadi memperhatikan gerak geriknya, memotret angle-nya saat itu juga.

"dapet" Sam menghampiri temannya, lalu ikut duduk lesehan di tanah.
April keheranan kenapa jadi pada lesehan santuy gitu? kan mau shoot "si kampret, malah pada duduk, kan dari tadi baru dapet sedikit" ucap gadis itu

"dapet sedikit apaan, memori udah sisa seperempat gini" jawab Sam, tangannya terangkat menyuruh April mendekat.

"hah?iyakah?" tanpa ocehan lagi, gadis itu ikut duduk, badannya ia geser kebih dekat dengam Sam agar bisa melihat jelas poto-poto hasil tadi.
Sam mulai menekan-nekan tombol, otomatis gambarnya tergeser memperlihatkan poto yang lainnya.

April senang, ternyata hasil jepretam laki-laki di sampingnya keren juga, tangannya merebut paksa kamera. tiba-tiba matanya menyipit.
"Ih lo suka banget ngambil gaya candid kayak gini!" nada suaranya sedikit tinggi, karena kesal tangannya bergerak meninju bahu laki-laki disampingnya. suara ringisan terdengaf
"yaallah ril tangan lo, tonjokkan nya kuat bener" ucap laki-laki disampingnya,
April menulikan pendemgarannya, tangannya bergerak untuk mem delete poto yang menurutnya jelek, namun sebua suara menghentikan aksinya

"WOYY!!" sebuah teriakan kencang itu berasal dari ketiga laki-laki yang berjalan menuju tempatnya duduk saat ini.

April kaget, siapa mereka? kenapa pakaian mereka bertiga hitam semua? apa dugaan nya tentang Raden si mafia itu benar? lalu bersekongkol dengan Sam lalu mengajak temannya yang lain?

April berdiri, dirinya sudah mengambil ancang-ancang jika mereka-para lelaki melakukan hal buruk padanya. kepalanya ditengokan kiri kanan, mencari apapun untuk melemparj atau memukul mereka nanti jika benar berprilaku jahat padanya.

Salah satu dari mereka bersuara "wih pada shoot gak ngajak" mereka bertiga langsung menghampiri Sam dan Raden.

Si kaos hitam pendek dengan hiasan kalung dilehernya berbicara "mana mau ngajak manusia absurd kayak lo zal" laki-laki yang kini merangkul raden menimpali "cuma gue, si kampret ini, sama si Rendi yang dianggap temen"

Raden melepaskan rangkulab temannya itu, kepalanya ia tengokkan ke arah laki-laki yang masih lesehan dilantai "Ngaku-ngaku, orang si Sam cuma ngejadiin lo babu" ujar Raden dengan santainya. sementara Rizal berjalan dengan cengiran lebar di bibirnya, tangannya menepuk bahu Fahrul "pede boleh,tapi kalau terlalu over jangan"
Semua orang disana tergelak menertawakam tapi tidak dengam gadis satu-satunya disana, pikirannya sudah bercabang kemana-mana.
"Eh Ril sini, ngapain nyudut di semak? mau boker?" Sam mengayunkan tangannya, menyuruh gadis itu agar ikut berkumpul.

April berjalan takut-takut, dirinya menempatkan duduk disisi Sam. Kepalanya ia dekatkan ke arah Sam, lalu berbisik "mereka bukan komplotan mafia kan?" Sam sedikit memundurkan badannya, wajahnya menilisik ekspresi gadis dihadapannya kini pffffft
"Jadi dari tadi lo nyudut disemak-semak karena ngira mereka mafia? korban cerita inimah fiks" Sam tergelak, entah apa yang ia tertawakan

"itu temen-temen gue" lanjutnya, tangannya ditarik agar lebih dekat dengan komplotan yang April maksud
"kenalin, partner shoot nih" Sam berucap demikian pada teman-temannya. Rizal si petakilan menyerobot, tangannya ia ulurkan

"Rizal ganteng" alisnya ia angkat-angkatkan "muka lo Zal kayak beruk, ganteng kalau diliatnya dari akhirat" me-roasting orang sepertinya hobby Fahrul

"Den, itu temen lo kalau punya dendam gue tunggu di lapangan"

"udah keliatan bakalan kalah lo, bilang ke orangnya langsung dong biar gentle, kalau gini malah kayak cupu" Semuanya tertawa atas perkataan yang barusan Fahrul lontarkan.

Rizal mengerucutkan bibirnya, menjadi samsak omongan Fahrul sungguh tidak enak.
"eh gue pulang duluan ya?" Sam melirik gadis yang sedang melepas rangkaian bunga dari kepalanya
"sorry, temen gue emang pada somplak semua"
"Lah malahmah lucu tau" April terkekeh

"mau gue anterin?" April menggelengkan kepalanya "engga, takut pas turun ditagih ongkos"
Sam cengo "emang muka gue muka-muka rentenir ya?" tanpa menunggu jawaban dari April, Sam menarik tangan gadis itu menuju keluar sekolah.

Baru beberapa langkah dirinya berbalik "Gue duluan!" langkahnya mereka lanjutkan, April hanya diam, mengikuti langkah lelaki didepannya saat ini.
Sampai di depan pintu mobil April melepaskan cekalan tangannya "wah parah lo Sam, seret-seret anak orang, mirip truk derek tau gak" Sam tidak mengubris, tangannya maju untuk membukakan pintu mobil lalu mendorong April agar masuk
"Ini namanya pemaksaan, astagfirulloh kamu ini berdosa banget" matanya melihat ke arah samping "tangan gue merah ini, lo gak mau minta maaf?" Sam menoleh, menarik nfas banyak-banya lalu membuangnya kasar "lo gak cape apa nyerocos terus? gue yang dengernya aja cape" mobil sudah bergerak, pelan.

"mohon maaf aja ni om, sifat bawaan susah ilang"

itu adalah ucapan terakhir, setelahnya mereka bungkam.

Sudah hampir belasan menit mereka berdua belum sampai. April keheranan, padahal jarak untuk kerumahnya tidak jauh-jauh banget.

"Lo bawa mobilnya pelan apa gimana, daritadi gak nyampe-nyampe perasaan" akhirnya April menyuarakan keheranannya. Sam menoleh lalu nyengir "gue gatau jalan rumah lo"

"lo gak tau fungsi mulut buat apa? astogeng, nanya kan bisa. Udah tau bukan dukun malah diem"

"puter balik cepet!" ntahlah, hatinya sudah tidak enak sedari tadi. Firasatnya mengatakan seperti ada sesuatu yang terjadi dirumah.

---♡---

Setelah sedikit cekcok dengan supir dadakannya akhirnya April sampai. Di halaman rumahnya ada beberapa tetangga sekitar sedang berkerumun. April tentu penasaran apa yang terjadi disana, tanpa mengucapkan terimakasih kepada sang supir. Sam juga keheranan, dan menyusul April, mengapa orang-orang berkerumun seperti itu?

April menepuk bahu orang yang menghalangi jalannya masuk"Mang usup ini ngapain pada disini?"

"eh ini neng April, itu tadi tiba-tiba adiknya teriak" Mang Usup menepuk bahu orang diseblahnya "iyakan Dan, makanya pada kesini, tapi kami semua gaberani masuk neng takut"

April cemas? Tentu. Kenapa adiknya tiba-tiba teriak. Apa jangan-jangan ada orang jahat yang masuk kedalam rumahnya? Tanpa pikir panjang dia menerobos masuk kedalam rumah. Adiknya masih duduk dimeja makan, tapi tangan sebelah kanannya memegang pisau.

"aku cape hidup dikucilkan kayak gini!! aku gamau dibenci orang!! hiks" April tercengang? kenapa adiknya berteriak dengan omongan seperti itu?

"Ini semua gara-gara anak sialan!!" Rani kembali berteriak, pisau ditangannya sudah ia arahkan menuju perutnya

"cuma ini jalan satu-satunya, enyah anak haram!!" sebelum semuanya terjadi, April dan Sam yang berada disana berteriak "STOP!!"

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Friend With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang