.
.
."Won, bisa kamu ulangi lagi maksud omongan kamu?" Tanya Mingyu setelah mereka sampai di kafe. Mingyu sengaja menahan pertanyaannya setelah bungkam sejak sepuluh menit yang lalu. Mingyu takut jika ia bertanya ketika mereka masih di jalan, ia akan menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Wajah Wonwoo sudah memerah semerah kepiting rebus karena ia pikir telah salah bicara. Kata-katanya harus ia ulangi lagi karena Mingyu tentu saja bertanya-tanya apa yang dimaksud Wonwoo barusan. Wonwoo merasakan tangannya basah karena keringat dingin.
"Engg anu, Gyu, Tadi—Lupain aja ya." Jawab Wonwoo gelagapan. Dia tidak bisa menahan malu apalagi posisinya saat ini dia berduaan saja dengan Mingyu.
"Udah nanggung, Won, nggak bisa dilupain. Lagian, kamu harus tanggung jawab dong udah bikin aku kaget." pinta Mingyu dengan nada sedikit memelas agar Wonwoo merasa iba.
"Hmm, aku harus mulai dari mana ya, Gyu. Aku malu kalo harus diulang lagi." Rajuk Wonwoo dengan nada sedikit manja. Mingyu menghela nafas dan berpikir bahwa Wonwoo sangat menggemaskan. Dia nyaris saja lepas kontrol untuk mencium Wonwoo.
"Baiklah, Won. Nggak masalah kalo kamu nggak mau ngulangin lagi. Tapi yang lebih penting, apa kamu bener-bener udah yakin mau nyerah dari Seungcheol?" Tanya Mingyu hati-hati. Dia ingin terlihat sesantai mungkin saat bertanya sehingga Wonwoo tidak tau maksud dan tujuan Mingyu yang sebenarnya.
"Kayaknya gitu, Gyu. Aku udah benar-benar sedih dan kecewa sih sama perlakuan Seungcheol. Aku nggak bisa sama orang yang sikapnya plin-plan kayak gitu, Gyu. Kalau sekarang aja plin-plan, ke depannya nanti bakalan kayak apa. Itu yang kupikirin." jawab Wonwoo panjang lebar. Dia sudah mantap dengan niatnya untuk menyerah dari Seungcheol.
Mingyu ingin sekali rasanya tersenyum lebar sampai mulutnya robek saking puasnya mendengar jawaban dari Wonwoo. Ia ingin sekali memeluk Wonwoo tapi ia harus tetap bersikap biasa saja supaya tidak terlihat aneh dan tidak terlihat bahwa dia senang dengan sikap Wonwoo yang menyerah untuk mengejar Seungcheol.
"Tapi Gyu..."
Deg!
'kenapa mesti ada tapinya segala sih!' batin Mingyu kesal.
"Tapi apa, Won?" Tanyanya dengan nada sesantai mungkin. Wonwoo terlihat salah tingkah dan sedikit ragu, membuat Mingyu makin penasaran.
"Tapi, upeti bayaran kamu gimana? Kan aku udah janji mau ngasi kamu iPhone 12 Pro Max dan reputasi kamu udah bagus banget sebagai cupid, aku nggak mau itu jadi rusak karena aku." jawab Wonwoo sambil menundukkan kepala. Dia agak takut mendengar jawaban Mingyu.
Mingyu ingin sekali rasanya menghembuskan nafas lega dengan sangat keras karena hanya itulah yang menjadi masalah Wonwoo. Mingyu tidak masalah jika tidak mendapatkan bayaran iPhone 12 Pro Max yang dia inginkan selama gantinya adalah Wonwoo sendiri. Mas comblang kan juga perlu pacar.
"Won, yang kayak begitu nggak usah dipikirin. Lagian nggak semua misi harus juga harus berhasil. Lagipula, satu atau dua kali gagal nggak bikin pelangganku lari kok. Yang penting kamu nggak merasa terpaksa dan memaksakan perasaan kamu. Kamu kan juga berhak bahagia, Won." jawab Mingyu. Alasan yang luar biasa bijaksana dan terdengar tanpa ada maksud tersirat di dalamnya.
Wonwoo mengangguk pelan dan perlahan menatap lurus ke arah Mingyu. Manik mata mereka kembali bertemu, membuat wajah Wonwoo sedikit tersipu.
"Gyu, aku boleh nanya ke kamu satu hal nggak? Tapi jangan marah ya." ujar Wonwoo. Mingyu mengerutkan keningnya kemudian mengangguk pelan.
"Boleh aja, Won" jawabnya. Wonwoo menelan ludah tanda dia sangat gugup. Dia takut pertanyaannya nanti justru akan membebani Mingyu.
"Mingyu, Aku—Aku boleh nggak jatuh cinta sama kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Comblang [Minwon]
FanfictionKim Mingyu adalah mak comblang terkenal seantero kampus Pledis. Puluhan pasangan tercipta atas campur tangannya. Reputasinya tidak bisa diragukan lagi terutama karena sang Dewa Cinta begitu ahli dalam menyatukan hati anak-anak manusia. Tapi bagaiman...