Dua Puluh Tiga: Hansaplast Dino

121 50 10
                                    

"Terkadang orang yang paling dekat dengan kita, justru tak kita ketahui soal dirinya."

****

Tengah malam, Rayna tiba-tiba terbangun. Perutnya mendadak keroncongan. Dia tadi memang tak makan banyak hasil bakaran, tubuhnya yang capek membuatnya jadi kenyang duluan melihat makanan. Namun, sekarang dia kelaparan.

Teringat bahwa ia membawa mie cup, ia bangkit pelan-pelan dari kasur. Menyingkirkan kaki dan tangan Vina yang tanpa sadar melilit dirinya. Begitu juga Rena dan Novi yang ikut tidur di ranjang yang sama. Ia menghampiri tasnya yang bertumpuk dengan tas lain. Menuju pada satu kantong plastik yang diletakkan asal di sebelah tasnya.

Setelah mendapatkan mienya, ia berjingkat keluar. Bahkan membuka dan menutup pintu dengan amat sangat pelan. Tak ingin menganggu tidur teman-temannya. Ia bernapas lega karena seluruh lampu dinyalakan, sehingga tak membuatnya takut. Tempat yang mereka datangi pun terkesan ramah, sehingga tak ada aura mencengkam walaupun hanya ada sepi yang ada.

Ruang tengah sudah kosong, tak ada lagi anak-anak cowok yang sebelumnya riuh menonton TV bahkan bermain kartu. Semuanya sudah mendekam di kamar masing-masing. Ia bernapas lega, berhenti berjalan berjingkat-jingkat lantas menuju dapur.

Namun matanya sedikit membola ketika menyadari ada Egi di sana. Pemuda itu sedang berhadapan dengan kompor, sibuk mengaduk sesuatu. Rambutnya sudah berantakan, menandakan bahwa dia juga baru bangun. Seolah sadar ada yang memperhatikan, Egi menoleh lantas tersenyum kecil ke arah Rayna.

"Ngapain? Nggak tidur?"

"Laper," jawab Rayna pelan mengeluarkan mie cup nya dari balik punggung. Egi mengangguk, kembali fokus pada apa yang ia buat.

"Gue juga lagi buat mie, mau gue seduh airnya?" tanya Egi menolehkan kearah Rayna yang sudah menarik kursi makan dan duduk di sana. Gadis itu mengangguk, lantas tersenyum cerah pada Egi.

"Makasih loh."

Egi tak menjawab, memilih melakukan pekerjaannya. Setelah menyeduh mie cup milik Rayna dan membuat mie goreng punyanya, Egi membuat 2 gelas teh hangat mengingat suasana malam yang sedikit dingin.

Tak ada yang berbicara selama mereka makan, hanya ada suara denting pelan sendok dan garpu. Seketika mereka yang biasanya punya obrolan banyak, tiba-tiba kehabisan topik. Sampai Rayna menyadari ada luka cukup besar di siku kanan Rayna.

"Lo luka?" tanya Egi mengernyitkan dahi, tak ingat bahwa temannya itu terjatuh tadi. Rayna mengangguk kecil, kembali asyik melahap makanannya. "Udah di cuci?"

"Gue siram air doang tadi, lupa soalnya."

Pemuda di depannya menipiskan bibir, meletakkan piring kosongnya di washtafel lantas pergi entah kemana. Rayna pikir pemuda itu sudah kembali ke dalam kamar, namun dia salah ketika Egi kembali seraya membawa kotak putih yang ia kenali sebagai kotak P3K.

"Tangan," pinta Egi setelah mendudukkan diri di samping Rayna. Gadis itu tak langsung memberikannya, menyeruput kuah mienya sejenak sebelum memutar badan menghadap Egi. Memberikan tangan pada Egi yang sudah membubuhi alkohol pembersih pada kapas.

Hening kembali menyeruak, Rayna yang sibuk mengamati Egi dan Egi yang sibuk pada luka yang sedang ia obati. Hanya ada suara jangkrik yang terdengar kecil dan juga detak jarum jam yang terdengar. Rayna yang pertama kali membuka suara, ketika di rasa pipinya mulai bersemu merah. "Ceritain gue soal lo dong."

"Gue?" tanya Egi mengenyitkan dahi, sedikit melirik sebelum fokus mengobati kembali Rayna. "Nggak ada yang menarik dari gue. Ada lagi lukanya?"

Rayna melirik sikunya, mendapati sebuah hansaplast bergambar dinosaurus yang tertempel disana. Ia menatap Egi dengan pandangan geli. "Mesti banget hansaplast nya yang kayak gini? Dino?"

Anam Cara [Republish] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang