Dua Puluh Sembilan: Festival Patah Hati

104 42 11
                                    

"Terkadang patah hati ada karena kesalahpahaman kecil namun tak berani meminta penjelasan."

****

Semakin sore acara semakin meriah. Apalagi penonton dari luar sekolah sudah dipersilahkan masuk sehingga SMA Intan Taruna semakin padat. Stand makanan yang memang sudah ramai semakin dipadati. Namun keramaian itu tidak membuat murid-murid asli SMA Intan Taruna kehilangan semangat, justru semakin antusias.

"VINA! RAYNA!!"

Suara teriakan kencang itu sukses membuat Vina dan Rayna mengalihkan pandang. Saking kagetnya Vina sampai tersedak pelan oleh Bubble Tea nya. Tak jauh dari tempat mereka berdiri sudah ada sahabat mereka. Ada Aurel, Iva, Echa, Bianca dan Clara yang sudah berlarian kearah mereka. Ini pertemuan pertama mereka di tahun ini, setelah berpencar sekolah.

"Gue pikir kalian nggak dateng," ucap Rayna tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Walau tetap berkomunikasi dan mengadakan pertemuan minimal 1 tahun. Tetap saja rasanya berbeda. "Kok gue nggak liat kalian beli tiket sih?"

"Waktu itu gue yang kesini, soalnya yang lain pada sibuk. Sayangnya nggak ketemu lo berdua," jawab Aurel tertawa santai. Ia lantas melirik Vina yang hanya tersenyum tipis, mendekati perempuan galak yang suka ia jahili. "Pacar lo mana Vin? Penasaran nih kita, sama wajahnya. Kan selama ini tau lewat sosmed lo doang."

Vina tersenyum miring, sudah menduga permintaan teman-temannya ini. Memang sejak berpacaran dengan Adrian dia hanya bercerita soal pemuda itu ke teman-temannya, tak mempertemukannya secara langsung. Itulah kenapa teman-temannya nampak bersemangat untuk bertemu dengan orang yang bisa meluluhkan hati es Vina.

"Adrian...." Merasa terpanggil, Adrian yang semula fokus melahap takoyakinya jadi mengangkat kepalanya. Pemuda itu mengerjapkan matanya, sedikit terkejut melihat 5 perempuan asing yang nampak dekat dengan pacarnya itu. Apalagi ketika Vina sudah mengamit lengannya, membuatnya tak tahan untuk menaikkan sebelah alisnya.

"Kenalin ini teman ku dari SD, mereka mau kenalan sama kamu."

Tepat setelah mengatakan itu, Adrian langsung diserbu berbagai pertanyaan dari 5 sahabatnya. Pemuda itu sampai termundur karena serbuan mendadak tersebut. Ia menipiskan bibir, menghadapi Rayna saja dia sudah kewalahan apalagi ini ada 5.

Namun tak lama serbuan itu terhenti, digantikan oleh kelimanya yang sudah merapat kembali pada Rayna. Iva nampak menatap datar satu titik, lantas membisikkan sesuatu kepada teman-temannya. "Arah jam 5," ucap Iva pelan namun dapat terdengar jelas.

Di arah jam 5, mereka bisa melihat kelompok Lia yang nampak berdiri di dekat stand minuman. Orang-orang yang memang sudah tak mereka sukai sejak membully Rayna di masa SMP. Itulah kenapa membuat mereka seolah-olah melindungi Rayna sekarang. Tak ingin orang-orang itu melakukan hal macam-macam. Apalagi Ibra tak henti memperhatikan Rayna, seolah ingin mendekat namun tak bisa ia lakukan.

"Eh iya, kok konsep ulang tahun sekolah kalian lucu sih?" Echa berseru heboh, mengeluarkan 2 tangkai mawar berwarna merah dan peach dari dalam tasnya. Benda yang ia dapatkan secara cuma-Cuma saat masuk ke dalam lingkungan acara. "Dikasih ginian gue jadi bingung ngasih siapa."

"Yah pokoknya kalau yang merah lo kasih buat nunjukkin rasa cinta atau suka. Tapi, kalau yang peach itu tanda persahabatan. Terserah lo mau dikasih atau enggak," jelas Rayna mengingat penjelasan dari Novi tadi. "Gue juga bingung mau kasih ke siapa, soalnya kalau gue kasih yang peach ke salah satu dari kalian. Pasti jadi cringe."

Teman-temannya mengangguk kompak, setuju dengan ucapan terakhir Rayna. Persahabatan mereka tidak bisa disimbolkan hanya dengan bunga, karena lebih erat dari itu. 9 tahun lebih bersama jelas bukan waktu yang lama untuk mereka tetap bersama. Waktulah yang menjadi bukti seberapa kuat ikatan itu.

Anam Cara [Republish] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang