Kado 17 Tahun

8 1 0
                                    


"

Kado 17 tahun paling bagus"

.
Katamu, sambil menunjukkan sekotak halaman dengan banyak tulisan yang dulu aku buat.

Tertulis di sana, kalimatku yang seperti anak balita
"Jadi ini tu kayak self-reminder gitu"
Ah, malu sekali.

🌱
___________________

Silahkan nikmati surat remeh-temeh ini, yang sepertinya  tidak akan remeh jika dibaca oleh manusia yang aku tuju.

Hai,
kalau kamu membaca ini,  (mungkin) kamu perlu tau juga beberapa hal ;
Surat ini aku tulis kurang lebih pukul 17
Tepat tanggal 18 November tahun '20
Hari Rabu, menjelang malam
Kita pernah tidak tidur hingga larut malam, kan?
Iya, kita pernah.
Kita pernah membuat malam terasa lebih lama
Tapi itu merusak diri sendiri, katamu
Tidak salah
Tidak perlu merasa salah lagi

Hai,
Kalau kamu membaca ini
Ya.. tidak tau kapan kamu akan baca ini
Tapi jika kamu memang baca, aku harap isinya sampai, ya

Kalau kamu membaca ini, aku berani sumpah aku hanya menulisnya untukmu
Tapi masalah siapa yang baca, itu aku peruntukkan pada banyak orang
Sebenarnya aku juga tidak tau harus menulis apa
Tidak tau lagi harus bagaimana
Eh,
Bagaimana kalau cerita?

Supaya kita tidak lupa,
ceritanya aku taruh sini, ya
Siapa tau nanti kamu memang baca ini
Jadi kamu ingat lagi
Kamu ingat terus dan lupa untuk lupa

Malam sebelum aku tulis ini, kita juga bicara lumayan lama
Kamu bilang tentang mimpi barumu
Mimpi yang akan bawa kakimu beranjak

Dulu, itu juga mimpiku
Sampai sekarang pun masih
Tapi kelihatannya kamu lebih berat bobot niatnya daripada milikku
Kamu tau sendiri, kan, aku sedang berantakan karena mengejar banyak hal
Kamu juga sama
Kamu...
Kamu jelas tau aku
Dan aku harap akan selalu kamu.

Malam sebelum aku tulis ini,
Aku menangis membaca apa yang kamu sampaikan
Kalau kamu mau tau, komposisi alasan tangisku mungkin seperti ini :
- bangga
- bersyukur
- senang
- takut
- sedih
- malu
Maaf aku tidak sebut persentase sedikitpun, ya
Aku tidak bisa
Aku tidak tau mana besar mana kecil
Mana banyak mana sedikit

Tapi aku cukup tau
Mana yang dominan hingga ia mendominasi komposisi lainnya
Ya, jawabannya : takut
Hehe, aku memang suka takut dan bingung
Seperti yang kamu tau sendiri
Lagi-lagi memang kamu tau
Semoga selalu kamu

Aku takut kalau nantinya,
Aku sulit terbiasa dengan jarak
Sulit membiasakan diri untuk tidak merasakan hadir dari yang biasa ada
Kelihatannya aku ini lemahnya luar biasa, ya?
Padahal aku sendiri yang bilang
"Kalau memang nanti kita dipertemukan lagi, ya Alhamdulillah"
Bisa-bisanya aku menangisi hal seremeh itu
Hal yang masih rencana
Tapi pikiranku sudah kemana-mana
Lagi, selayaknya biasanya
Kamu tau tentang ini
Tentang aku yang terlalu banyak berpikir
Semoga memang terus kamu

Takutku ini juga karena
Aku tidak pernah betah merindukan sesuatu
Hanya akan menguras pikiranku
Hanya akan mengobrak-abrik isi hati yang sudah rapi
Hanya akan menemaniku melakukan apapun, ia duduk di otakku bermain-main
Senangnya ia kalau aku sampai menangis tergugu
Mengenang sesuatu yang letaknya ada di laci memori
Senangnya ia tertawa keras
Terbahak-bahak
Ia buat aku jadi pemirsa dari masa lalu
Padahal sungguh, aku tak sedang berniat membuka laci memori itu

Takutku ini, ya karena itu
Karena kamu cepat atau lambat akan dibawa pergi oleh mimpi dan jalan kita masing-masing
Karena kamu cepat atau lambat akan aku masukkan ke laci memori juga
Karena kamu tidak mungkin tidak aku rindukan
Sedih sekali menulis ini semua

Apa sedihku sampai di kamu juga?

Lihat, takutku ini mendominasi.
Takutku bisa menyuguh sedih
Takutku bisa jadi tegur untuk bersyukur
Takutku bisa ingatkan untuk tetap senang
Takutku bisa hadirkan rasa malu itu juga
Takutku hadir bersama kenang

Hari ini saja rasanya sudah begitu suntuk
Aku sedang berlatih untuk tidak menceritakan apapun
Karena kelak, kita belum tentu bisa melakukan cerita panjang itu lagi, kan?
Entahlah
Mungkin ini juga salah untuk menyebut takutku mendominasi
Aku juga ragu-ragu

Namun sekali lagi
Aku tidak akan pernah absen dari satu acara penting ;
Mendukungmu

Mimpimu hebat, seperti biasanya
Aku terkagum-kagum

Sedih sekali menulis ini semua
Kendati begitu,

Sedihku sudah usai siang tadi
Tapi memuntahkannya dalam tulisan,
Adalah cara untuk menjadi lebih lega lagi

Malam sebelum aku menulis ini,
Kamu ingatkan kembali
Tentang kado ulang tahun ke-17 yang paling bagus
Yang kamu punya
Yang dari aku

Kamu ingatkan kembali
Tanpa sepengetahuanmu
Kalau aku juga sangat senang
Dengan kado ulang tahun ke-17 ku
Yang aku punya
Yang dari kamu

Kamu ingatkan kembali
Kesekian kali
Andai saja mudah untuk bilang
"Kado 17 tahun ku yang paling bagus,
Itu kamu"

Kamu mengingatkan kembali
Tentang kalimatmu yang dulu sekali
Bagaimana kamu mendeskripsikan aku
Sebagai kado dari Tuhan

Bisa-bisanya kamu baik
Bisa-bisanya sebaik itu

Tuhan baik sekali, ya

🌱

_________________________

Surat ini tidak akan punya ujung
Aku lanjutkan kapan-kapan
Karena kamu adalah doa dan cerita yang teramat panjang
Adalah teman yang sangat teman

Terimakasih banyak, ya!
Semoga Allah berkahi kita


Ini Bukan Apa ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang