Juga Pulang

4 1 0
                                    

Kata orang, usia 18 tahun akan mengejutkanmu dengan banyak cara.
Kata orang, usia 18 tahun adalah titik mulanya hidup yang berat.
Kata orang demikian.

Rasanya, tidak salah juga.

*

Suatu hari aku dan kawan-kawan senasib coba berkata jujur pada para pengatur

Kami kira, kami doa, semoga hasilnya baik
Setidaknya kalaupun memang jujur ini begitu pahit, isinya tetap sampai
Isinya tetap diterima

Tapi salah
Salah besar

Para pengatur itu, sekalipun sudah besar
Tumbuh terlalu jauh
Dewasa, kata mereka
Dewasa

Tapi tidak
Aku tidak yakin
Dewasa mana yang  menyangkal-nyangkal
Dewasa mana yang tidak beri ruang untuk suara yang lama dipendam
Dewasa mana yang cuma mau menjelaskan beban mereka sendiri, tanpa bolehkan kami bicara apa-apa kecuali jawab dari sebuah tanya yang penuh desak dan paksa

Ma,
Mengapa bumi banyak dihuni orang-orang yang mengaku luar biasa?
Mengapa mereka masih saja belum sadar telah membawa kecewa?
Mengapa mereka seolah lupa, yang berat bukan hidupnya saja?

Ma,
Aku lelah sekali hari itu
Tapi tidak mungkin rasanya
Untuk sampaikan ini semua ke Mama
Karena beban Mama sudah jauh lebih berat,
Tidak perlu ditumpuk lagi dengan perkara yang muncul dari aku yang bodoh ini sendiri

Ma,
Hari itu aku cuma bisa pulang
Melihat wajah mama dan lelaki baik yang cinta mama
Melihat rupa rumah dan raga-raga hangat di dalamnya

Ma,
18 tahun ini
Mama sudah berkali-kali dengar berita kegagalan ku
Maaf, ya, Ma?
Maaf karena begini-begini saja

Ma,
18 tahun ini
Aku jadi belajar banyak

Termasuk juga :
Jadi berpikir dua kali untuk meneladani mereka sepenuhnya

Ma,
Tapi mama percaya, kan? Aku selalu ingin bisa seperti mama yang luas maafnya
Yang hening jawab dalam marah padahal hatinya tak hentinya seluas samudra

Ma,
Aku pikir aku cukup hebat untuk memaafkan mereka dan membawa cerita ini sebagai tanda dan oleh-oleh buat keesokan hari

Aku tidak menyesal sepenuhnya atas hari itu, Ma
Aku sudah jadi anak Mama yang jujur
Yang walaupun rasanya seperti telah membunuh seseorang tanpa sengaja ketika dihujani amukan massal mereka, Ma,
Orang-orang baik disekitar bilang :
"Kamu cuma jujur"

Ma,
Barangkali memang aku salah
Tapi, Ma,
Percayalah
Hari itu aku belajar banyak

Aku sudah tumbuh, Ma
Jadi pembelajar seperti Mama
Seperti ketika pertama kali kita bertemu di dunia dan saling mempelajari satu sama lain

Maaf, ya, Ma.


*

Tapi ternyata
Yang aku temui adalah dua lelaki baik
Yang mana
Satunya mencintai ibuku
Satunya lagi, mencintai ibunya sendiri
Dan mungkin juga aku
Ya, ya, memang aku

"Aku pulang," katanya

Aku pulang

Setelah sebuah mimpi indah di malam yang sesak, di himpit masalah-masalah bersusulan, di tekan rasa ingin pulang, di hantam kenyataan

Setelah sebuah mimpi indah dimana ada ayah ibuku yang tersenyum tenang dan teman-teman yang tawanya terang dan

dia

Yang mendengarkan ceritaku sampai ujung

Setelah sebuah mimpi indah di antara tangis itu,
Aku pulang
Dia juga

Juga pulang.

Hingga pada akhirnya aku sadari satu hal lagi
Pulangku itu, yang awalnya ku pikir adalah langkah seorang pengecut, ternyata adalah hanya pulang

Hanya pulang

Pulang yang harus pulang

Itu namanya takdir

Itu namanya takdir

Tidak, tidak selalu payah
Pulang cuma rehat sebentar lalu lanjut berjalan lagi dengan lebih kuat

Dan aku selalu bersyukur atas terjadinya semua itu.
Dan akan selalu mensyukurinya.
Akan selalu mensyukurinya.
Selalu.

*

"Aku senang kamu juga pulang"

"Sama"

"Terimakasih sudah pulang dan mewujudkan mimpi kemarin"

"Ini takdir. Ini namanya takdir"

*

Sebuah fiksi dalam Maret yang diabadikan kala April

1 Ramadhan 2021 ini, langgeng lah selalu hal-hal baik!

Ini Bukan Apa ApaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang