"Ca...."
"Hem." sahutku sambil menyetrika baju sedangkan Hasan tengah melipat baju yang tidak di setrika.
Inilah aku dan Hasan, yang satu mantan ketua BEM MIPA sedangkan yang satu aktivis pramuka sejati. Tapi sekarang kami hanyalah babu cuci. Ngenes.
"Awan kayaknya beneran suka sama kamu. Dia sepertinya serius pengen nglamar kamu. Kamu gimana?"
"Gimana apanya?"
"Terima apa enggak?"
"Menurut kamu, aku harus gimana?"
"Kamu suka gak?"
"Enggak."
"Cakep. Aku juga enggak."
"Kayaknya kalian akrab. Kok gak suka sama dia kenapa?"
"Bukan aku yang ngakrabin. Dia aja yang sok akrab. Cih... Gayaknya sok politikus banget. Emangnya dia aja yang bisa orasi."
"Hahaha... Khan dia gak tahu kalau yang dia ajak ngobrol mantan politikus walau kelas fakultas. Hahaha."
Satu lagi, tak ada seorangpun di desa kami bahkan keluarga besar lik Mirna yang tahu bahwa kami adalah sarjana. Karena lik Mirna sengaja menyembunyikannya. Orang tahunya kami ini lama mondok dan pengangguran. Pokoknya kalau biasa nonton TV ikan terbang, karakter lik Mirna sama kedua anaknya tuh kebagian peran antagonis.
"Hahahaha. Bener kata kamu, kita khan cuma babu dan..."
"Tukang angon sapi." cetusku.
Kami tertawa tergelak sedikit mengurangi penat hati.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Nak Awan tumben main kesini." tanya lik Marwan saat Awan datang berkunjung pada malam minggu.
"Saya ada perlu sama pak Marwan."
"Ada apa ya?"
"Ehm... Begini.. Ehm.. Saya suka sama Caca pak. Saya mau ngelamar dia?"
"Apa?" teriak Ningrum dan lik Mirna berbarengan.
"Iya begitu bu. Saya suka sama Caca. Jadi saya mau lamar dia."
Lik Marwan nampak diam sibuk berpikir, kemudian berkata.
"Kamu yakin? Apa kedua orang tuamu setuju?"
"Saya akan bilang pada mereka pak. Dan meyakinkan mereka. Tapi sebelumnya saya mau tahu bagaimana tanggapan Caca atas lamaran saya. Gimana Ca?"
Aku terdiam kemudian menarik nafas pelan.
"Kamu tanyakan dulu kepada orang tuamu baru saya akan memberikan jawaban."
Setelah pembicaraan itu, Awan tak ada kabar. Aku sih cuek karena aku pun tak ada rasa sama dia. Aku cuma penasaran sama tanggapan kedua orangnya sama aku si gadis yatim piatu.
Sikap Ningrum dan lik Mirna mirip bawang merah serta ibunya. Aku laksana bawang putih yang menderita. Weee... Tapi bohong. Walau aku selalu menuruti setiap perintah mereka tapi dibelakang mereka aku dan Hasan kompak mencaci. Hihihi.
🍁🍁🍁🍁
Aku sedang memijat Eyang puteri di teras belakang. Hari ini Eyang puteri nampak sehat, wajahnya cerah dan senyumnya nampak sumringah.
"Ca.... Caca... Keluar kamu." teriak seseorang membahana.
Aku meminta Eyang menunggu dulu, aku akan mencari tahu siapa yang berteriak mencariku. Sebelum aku masuk ke dalam rumah. Bu Laras datang dan langsung berkacak pinggang.
"Heh... Kamu. Gadis yatim piatu tukang nunut dan gak punya urat malu. Kamu pikir Awan siapa? Dia itu kerja jadi kaur keuangan desa, lulusan S1. Kamu sih apa? Jauhi Awan, Awan itu pantesnya dapat sarjana dan anak orang kaya bukan orang kaya kamu. Pengangguran lagi. Sudah nunut, pemalas, inget ya, jauhi Awan."
"Kamu sama Hasan bener-bener gak tahu malu. Pake pelet apa kalian. Kinan keponakanku saja sampe kesengsem keblinger sama dia. Cuma tukang angon sapi. Cih.... Gak mutu. Awas kalian."
Bu Laras segera masuk kembali kedalam rumah. Walau aku tahu kalau reaksi keluarga Awan akan seperti ini. Tapi, tetap saja ada rasa sakit di dada ini. Mataku yang jarang menangis tampak berkaca-kaca. Aku segera mengusapnya dan berbalik untuk menemani Eyang lagi.
Deg.
Aku melihat lilikku. Dengan tangan gemetar dia memegang cangkul di tangannya. Bisa kulihat wajah terluka dari sorot matanya. Wajah yang sangat mirip dengan almarhum bapak. Sayangnya hanya wajah yang mirip tapi sikap ketegasan dan mengayomi sama sekali tak dimiliki oleh adik bapakku ini.
Aku tahu dia mendengar semua omongan bu Laras yang menghinaku dan ... Puteranya.
Gubrak...
Kami tersentak kaget.
"Eyang."
"Mbok."
KAMU SEDANG MEMBACA
4. Pelabuhan Terakhir (Novel Dan Ebook)
De TodoCahaya Mustika atau dipanggil caca adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama liliknya(om), adik dari mendiang ayahnya. Sejak kecil dia harus mengalah kepada anak-anak liliknya. Merasa asing di keluarganya sendiri. Hingga datang sebuah lamaran da...