01

2.4K 260 58
                                    

"Maaf, Seungmin. Aku gabisa. Kamu terlalu baik untukku." Jisu, wanita yang baru saja menolak Seungmin menundukkan wajahnya, tak berani bertatapan langsung dengan Seungmin.

"Gue bisa jadi jahat kok demi lo." Seungmin tersenyum menahan kesal, kenapa selalu itu alasan penolakan yang ia terima, gak ada yang lain apa.

Jisu gelagapan, sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Seungmin. "H-hah?"

Seungmin tertawa lalu mengibaskan tangannya. "Enggak, enggak ada."

Padahal mereka sudah melakukan pendekatan selama 6 bulan, Seungmin bahkan sudah banyak berkorban waktu dan uang selama 6 bulan ini, dan lagi-lagi ia gagal mendapat pacar. Oke, bukan maksud Seungmin tidak tulus, tapi setiap hari ditanya kapan menikah oleh ibunya, membuat batinnya lelah, dan memutuskan untuk segera mencari kekasih. Dan jatuhlah pilihannya pada Jisu, wanita yang dikenalkan Felix padanya, dia juga pemilik coffeshop yang letaknya tepat didepan kantor Seungmin. Ia pikir kali ini akan berhasil, toh ia rasa ia menyukai Jisu dan sebaliknya, tapi ternyata sama saja seperti sebelumnya.

"Ini gak ada hubungannya dengan Direktur Lee, kan?" Seungmin masih memasang senyumnya.

Jisu menelan ludahnya takut-takut, tidak tau harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Loh, Seungmin, Jisu, kalian sedang makan siang bareng?"

Senyum Seungmin menghilang, tanpa perlu berbalik ia sudah tau itu siapa. Seungmin memutuskan berdiri dari kursinya, lalu membungkuk formal pada Lee Minho, atasannya. "Selamat siang, Pak."

"Aduh, tak perlu seformal itu Seungmin. Saya kan sudah bilang panggil saja Mas Minho." Jawab Minho tertawa pelan, lalu mengusak rambut Seungmin.

Seungmin tersenyum berusaha menahan diri untuk tidak menepis tangan yang masih aktif bertengger di kepalanya. Ingatkan Seungmin setelah ini untuk mencuci rambutnya tujuh kali, dan salah satunya dicampur dengan tanah.

"Saya gabung dengan kalian, ya." Tanpa menunggu persetujuan keduanya, Minho langsung mendudukkan diri di sebelah Jisu.

"Jisu udah pesan?" Tanya Minho sok perhatian.

"Belum, mas." Jawab Jisu tersenyum malu-malu.

"Kenapa belum pesan? Jangan diet-diet gitu, ah. Nanti kalau sakit, gimana? Saya pesankan ya."

"Iya deh mas."

Seungmin melotot tidak percaya. Padahal tadi Jisu menolak tawarannya untuk memesan makanan, dan sekarang lihatlah apa yang terjadi.

dan apa-apaan ini kenapa sekarang ia yang seolah menjadi orang ketiganya.

Lee sialan Minho, lo anjing banget, makinya dalam hati berbanding terbalik dengan wajahnya yang tersenyum kalem.

.

.

Insensitive

.

.

"Ah~" Seungmin menghela napas untuk kesekian kalinya. Ia meletakkan kepalanya di meja kantornya.

"Gausah ngedesah, ntar gue nafsu gimana?" Sahut Changbin mulai risih.

"Siapa yang ngedesah, njir. Gue dari tadi ngela napas. Mesum lo, gue aduin Felix baru tau."

"Sama aja desah kek, ngela napas kek. Gadak beda. Lagian lo kenapa lagi, ditolak Jisu?"

Seungmin langsung mengangkat kepalanya, lalu menatap Changbin penasaran. "Tau darimana?"

i n s e n s i t i v eTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang