[ #5 ]

109 32 5
                                    

Yena merintih kesakitan tepat saat dia mulai sadarkan diri. Matanya mengerjap perlahan, berusaha beradaptasi dengan cahaya yang memenuhi ruangan tempatnya berada. Tidak mudah memang, sebab kedua matanya telah tertutup nyaris dua hari penuh.

Aroma khas obat-obatan menyapa indra penciuman gadis Choi itu, membuat kepalanya terasa makin pusing.

"Kak Yena?" panggil seseorang membuat Yena menoleh dan mendapati gadis mungil yang dia kenali sebagai Yabuki Nako tengah berdiri di samping ranjangnya.

"Nako? Kamu kok ada di sini?" tanya Yena lirih.

"Aku khawatir sama kakak." Nako mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan. "Sebenernya ada yang mau aku tanyain, waktu itu ada apa sampai kakak pingsan di tengah jalan?"

Yena menyerngit, berusaha mengingat-ingat memori dua hari yang lalu. Akan tetapi, alih-alih mendapat jawaban, yang ada kepalanya malah terasa semakin sakit.

"Nggak inget," jawabnya lemah.

Nako menghela nafas berat. Ada sesuatu yang salah, Nako yakin. Tapi, dia tidak tahu apa itu. Di kondisi seperti ini pun, dia tidak bisa memaksa Yena untung mengingat, bisa-bisa gadis itu jatuh koma lagi.

"Kakak haus nggak? Mau minum?" tawar Nako.

Belum sempat Yena menjawab, pintu diketuk. Membuat atensi keduanya beralih pada seorang perawat yang berdiri di ambang pintu.

"Permisi, ada kiriman bunga untuk pasien Choi Yena," katanya sembari menyerahkan sebuket bunga lili.

"Dari siapa, sus?" tanya Nako.

"Ah, saya kurang tahu. Kurirnya pun bilang dari awal memang nggak ada nama pengirimnya."

"Oh, gitu. Makasih ya," ucap Nako dengan senyuman manis.

Sang perawat balas tersenyun kemudian pamit undur diri dan membiarkan kedua gadis itu berdua lagi.

"Kakak suka bunga?" tanya Nako sambil mencium sekilas buket bunga itu.

Yena menggeleng. "Enggak, aku malah punya alergi sama beberapa jenis bunga."

Nako menatap buket bunga di dekapannya. Berusaha menerka jenis bunga apa itu. "Kalau nggak salah ini lili putih, cantik ya?"

Yena mengangguk. Walau tak begitu suka, tak bisa dipungkiri kumpulan bunga lili itu memang terlihat indah.

"Hm, kalau nggak salah lili putih itu punya arti kemurnian, ketulusan dan persahabatan," ujar Nako. "Siapa ya yang ngirim bunga ini buat kakak? Pasti salah satu sahabat kakak deh!"

Kening Yena mengerut. "Tapi, semua sahabat kakak tahu kok kakak nggak begitu suka bunga. Gak mungkin mereka."

"Terus siapa dong? Jangan-jangan orang yang suka sama kakak?" terka si gadis mungil yang kemudian malah dihadiahi jitakan di dahi.

"Ngaco ah ngomongnya!"

Kedua gadis itu pun kembali bersenda gurau. Yang namanya Yena meski baru sadar dari koma, kalau nggak ngelenong memang gak afdol.

Pintu kembali diketuk, tapi kali ini pelakunya adalah Kim Yohan. Menimbulkan decak tak suka dari Yena yang entah mengapa selalu merasa sentimen terhadap pemuda Kim satu itu.

Yohan melangkah masuk. Pura-pura tidak sadar akan tatapan tajam Yena. Dengan ramah, dia menyapa Nako yang juga balas menyapanya. Padahal, baru beberapa hari yang lalu Yohan memarahi Nako habis-habisan. Untung saja, seorang Yabuki Nako bukan tipe pendendam.

Yohan menatap Yena tepat di mata dengan senyuman tipis di bibirnya. "Badan lo udah enakan?"

"Ya kayak yang lo lihat aja gimana?" jawab Yena ketus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beware (99─01L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang