Choi Yena berjalan lurus menuju kelasnya sambil sesekali melompat ceria mengikuti irama musik upbeat dari earphone yang terpasang di kedua telinganya. Sekolah masih sepi, tapi itu sama sekali tak mengganggu Yena karena gadis satu ini memang sudah terbiasa datang lebih awal.
Dia melenggang begitu saja memasuki kelas yang gelap dan entah mengapa terasa sedikit lebih dingin dari biasanya. Tak banyak berpikir, Yena langsung duduk kemudian mengeluarkan komik Conan miliknya, mencoba menghabiskan waktu sampai penghuni kelas datang satu-persatu.
Semua berjalan seperti biasa sampai ketika Yena tak sengaja menengok ke belakang dan melirik jam di dinding yang entah mengapa terus berdetik di tempat yang sama, 6:12.
"Itu batrenya abis apa gimana? Wah ga bener nih si Hyunsuk jadi bendahara, masa beli batre sebiji aja gak bisa?" omel Yena spontan, jiwa ibu-ibunya memang tak bisa ditahan kalau urusannya dengan murid penghuni kelas XII-3.
tik.. tok.. tik.. tok..
Bunyi jam rusaklah satu-satunya yang menemani Yena. Tapi aneh, kenapa satu pun teman sekelasnya tidak ada yang muncul? Di luar, sejauh mata memandang pun tak ada tanda-tanda kehidupan murid lain. Fokus Yena mulai terbelah antara buku di depannya dan kesunyian yang terasa janggal.
Dia meraih ponsel, berniat menanyakan keberadaan Hyewon, sahabat sekaligus teman sebangkunya.
Oit |
Dimana lo? |
Jangan bilang mabal? |Kwangbae.
| Harusnya gue yg nanya
| Lo ada dimana?
| Pelajaran pertama Pak Junki
| Lo mau menantang maut?Hah? |
Gue udah dateng dari tadi|
Kelas masih sepi |Kwangbae.
| Dih apaan sih?
| Gak lucu ya bebek
| Cepetan dateng woy!
| Yen? U okay?read 6.12
Yena menaruh ponselnya ke sembarang arah. Mulai bingung sendiri dengan situasinya. Sebenarnya ini ada apa sih? Apa jangan-jangan Yena lagi di-prank?
Netranya langsung menyisir seluruh kelas mencari sesuatu yang aneh. Nihil, semua tampak normal, kecuali satu yaitu Yena satu-satunya orang yang ada di sekolah itu.
Ponsel Yena bergetar menampilkan notifikasi chat dari Hyewon. Dia hendak mengabaikannya, tapi ada satu hal yang malah menarik perhatian gadis berponi rata itu. Jam di ponselnya menunjukan pukul 6.12, padahal ini jelas-jelas sudah beberapa menit berlalu. Kenapa jamnya tetap sama?
Bulu kuduk Yena meremang. Meski begitu, dia memberanikan diri pergi keluar kelas untuk mengecek keadaan. Siapa tahu dia bertemu seseorang.
Satu kelas, dua kelas terlewati. Semuanya kosong tanpa penghuni. Hawa tak enak yang mati-matian Yena abaikan mulai tak tertahankan.
Angin yang dingin menusuk ke tulang Yena menambah kesan horor di sana. Yena hampir menangis di tempat. Tolonglah, dia bukan jenis manusia pemberani. Kenapa juga dia harus mengalami sesuatu seperti ini?
Kembali ke kenyataan, Yena memutuskan untuk kembali berjalan. Kali ini, dia akhirnya sampai di depan ruang siaran sekolah. Tempat yang sangat familiar bagi gadis itu sebab dia merupakan salah satu senior di klub siaran sekolah.
Jika ditanya lebih baik dimana antara kelas dan ruang siaran, jelas Yena akan memilih ruang siaran. Maka dari itu, perlahan dibukanya pintu ruang siaran. Sesuai dugaan, tidak ada satu orang pun di sana.
"Oke, Yena. Tenang harus tenang! Ini bukan apa-apa! Bentar lagi yang lain datang! Harus tenang!" gumam Yena mengsugesti dirinya sendiri.
Dia pun mendudukan dirinya sendiri di salah satu kursi empuk khusus bagi penyiar. Menarik nafas dalam-dalam untuk menetralkan adrenalinnya yang masih berpacu kencang.
"Huh, kayaknya emang gue parno doang. Kenapa pula sih gue harus terlahir sebagai manusia penakut?? Kan enak gitu kalau lempeng macem si Hyewon," gerutu Yena sambil meninju-ninju meja kendali. Tanpa sadar, menyenggol tombol play untuk lagu yang akan diputar pada siaran sekolah.
Perlahan mengalunlah Für Elise dari semua speaker sekolah, makin menambah kesan mencekam di sana. Yena yang terkejut bukan main buru-buru mematikan tombol. Anehnya, melodi itu tetap mengalun, bahkan lebih kencang dari sebelumnya.
Panik, Yena mencabut kabel yang menghubungkan mesin dengan stop kontak. Sontak saja melodi itu berhenti terputar.
Akan tetapi, baru saja Yena hendak bernafas lega, lagi-lagi melodi itu kembali mengalun. Suaranya bukan lagi terdengar dari speaker. Kali ini, melodinya bagai sedang disenandungkan oleh seseorang.
Dan mau tahu bagian terburuknya? Senandungan itu tak lain dan tak bukan berasal tepat dari samping telinga Yena. Seluruh tubuhnya membeku, mati rasa. Dia bahkan tak punya tenaga untuk sekedar menoleh.
Dari ekor mata, Yena bisa melihat bayangan hitam menjulang tinggi dengan beberapa noda merah dimana-mana. Suaranya serak dan terdengar datar seolah tak bernyawa, dia bernyanyi sambil berbisik di telinga Yena dengan senyum tak manusiawi yang terpampang di wajahnya.
Mulut Yena hendak meneriakan sesuatu tapi tatapan bayangan itu seolah menyerap semua keberaniannya. Yena menggeliat tak berdaya, ingin menjauh selama beberapa saat sebelum visinya mengabur dan dia kehilangan kesadarannya.
Introducing to you :
ㅡ Choi Yena ㅡ
ㅡ Kang Hyewon ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware (99─01L)
Mistério / SuspenseBeware! They might be after you. ©ssakudayo, Nov 2020.