Setelah keributan yang terjadi kemarin, hari ini Allura mendapatkan kamar yang lebih baik. Ia pindah dari paviliun di dekat hutan ke paviliun yang berada di sisi utara bangunan utama kediaman Perdana Menteri.
Tidak ada lagi perabotan usang. Tidak ada lagi pintu kamar yang mungkin akan patah jika dibuka dengan sedikit kuat. Nuansa kamar itu dipenuhi dengan campuran warna putih dan cokelat.
Allura tidak memiliki warna yang ia sukai secara khusus, tapi kombinasi putih dan cokelat cukup bagus di matanya.
Ia pindah ke tempat itu tanpa membawa apapun. Hari ini ia akan mendatangi Selir Samantha untuk menagih hak-haknya. Ia telah menghitung berapa uang saku bulanan yang harus ia dapatkan selama 18 tahun ia hidup. Hari ini, ia harus mendapatkan semuanya jika tidak ia tidak akan meninggalkan Selir Samantha.
"Diana, ayo beri kunjungan pada Selir Samantha." Allura sudah selesai melihat-lihat kediamannya.
"Baik, Nona." Diana mengikuti Allura dari belakang.
Sepanjang jalan menuju ke paviliun Selir Samantha, tidak ada pelayan yang memberi hormat pada Allura.
Allura mengejek dirinya sendiri, sikap diam dan penurutnya selama ini telah disalah artikan oleh para pelayan. Membuat mereka lupa posisi mereka di kediaman itu.
Di taman paviliunnya, Selir Samantha tengah menikmati teh melati, sepertinya wanita itu tengah menenangkan saraf otaknya yang tegang.
"Selamat pagi, Selir Samantha." Allura menyapa Selir Samantha dengan suara dingin.
"Apalagi yang kau inginkan?!" Suasana pagi Selir Samantha yang buruk kini semakin buruk karena sapaan dari Allura.
Semalam Perdana Menteri memberi perintah agar ia menyiapkan paviliun di utara untuk Allura. Ia sangat tidak rela Allura menempati paviliun itu, tapi ia juga tidak bisa menentang perintah suaminya.
"Jangan terlalu bersemangat, Selir Samantha. Aku hanya ingin meminta sedikit darimu."
Selir Samantha mendengus jijik. "Cepat katakan! Aku muak melihatmu!"
Allura terkekeh pelan. "Baiklah, mari kita selesaikan dengan cepat. Aku menginginkan uang bulananku yang selama ini kau simpan dengan baik." Allura menggunakan kata-kata manis, tapi ia jelas bermaksud menekan Selir Samantha untuk menyerahkan miliknya.
"Aku tidak memiliki uang. Semua uang sudah digunakan untuk memeli kebutuhan rumah dan dapur!" Selir Samantha berbohong. Ia memiliki banyak uang, tapi ia tidak mau memberikannya pada Allura.
"Baiklah, kalau begitu aku akan meminta langsung dari ayahku." Allura membawa Perdana Menteri ke dalam masalah ini.
"Apa kau mengancamku!" Selir Samantha mendelik tajam.
Allura menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan salah mengartikannya, Selir Samantha. Karena kau tidak memiliki uang maka aku akan pergi ke ayah. Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Selamat menikmati tehmu." Allura berbalik.
"Berhenti!" Selir Samantha bersuara marah. Ia benar-benar jengkel pada Allura. Jika Allura meminta uang pada Perdana Menteri maka ia akan diomeli oleh suaminya. Hal-hal seperti ini suaminya tidak perlu mengurusnya.
"Julie, berikan 50 koin emas padanya!" Selir Samantha akhirnya memberikan Allura uang.
Allura tertawa lagi. Membuat Selir Samantha semakin meradang.
"Apa yang kau tertawakan!" bengis Selir Samantha.
"Kau hanya memberiku setengah uang bulanan. Bukankah itu jumlah yang terlalu sedikit."
"Memangnya berapa yang kau inginkan!"
"Aku ingin 40.000 koin emas."
Selir Samantha tersedak air liurnya sendiri. Wajahnya kali ini menjadi gelap. "Kau sedang mencoba untuk merampokku!" bentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny's Kiss
FantasyPengkhianatan dari orang yang ia cintai telah mengirim Allura pada kematian. Tunangan yang ia pikir tulus padanya, ternyata tidak lebih dari lelaki keji yang tidak memiliki perasaan apapun padanya. Allura mengingat ucapan tunangannya, bahwa wani...