Allura duduk di tepi ranjangnya. Ia masih bisa merasakan ciuman Kennrick pada bibirnya. Tidak ingin pikirannya menjadi kacau, dan tujuannya berantakan, Allura mengenyahkan segala tentang Kennrick dalam otaknya. Ia tidak boleh terlena, tujuannya saat ini adalah balas dendam bukan bersenang-senang.
Arwah ibunya tidak akan pernah tenang di alam sana, dan sebagai anak Allura tidak menginginkan hal itu.
Allura membaringkan tubuhnya. Beberapa jam lagi ia harus melakukan sedikit pertunjukan.
Mata Allura terpejam, dan saat ia baru ingin tidur, mimpi buruk mendatanginya. Membuat jiwanya terkoyak. Mimpi itu datang setiap malam setelah ia menjalani kehidupan keduanya. Bayangan dirinya ditemukan oleh orang-orang di sebuah penginapan muncul, menyiksa batinnya. Membuat jiwanya meronta untuk segera terbebas dari mimpi buruk itu.
Allura terbangun dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya yang disertai dengan getaran halus. Nafas Allura memburu, seperti dirinya habis berlari bermil-mil jauhnya.
Kedua tangan Lluvena mengepal, ia mencoba menenangkan dirinya.
Malam ini Allura tidak bisa tidur lagi. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat latihan beladiri yang ada di kediaman itu. Allura menghabiskan waktu yang seharusnya ia gunakan untuk tidur dengan berlatih bela diri di sana.
Ketika fajar hampir tiba, Allura kembali ke kediamannya. Ia mengganti pakaiannya yang sudah dibasahi oleh keringat.
Setelah itu Allura mulai membuat keributan di pagi hari.
"Diana perintahkan semua pelayan untuk berkumpul di sini!" Allura memberi perintah pada pelayannya yang sudah terjaga. Diana baru saja hendak mengetuk pintu kamar nonanya, tapi pintu terbuka dan ia langsung mendapatkan perintah.
"Baik, Nona." Diana tidak banyak bertanya, wanita itu segera menjalankan perintah dari majikannya.
Di lapangan persegi yang terletak di tengah-tengah empat bangunan kini para pelayan sudah berbaris.
"Aku kehilangan kalungku pagi ini! Siapapun yang mencurinya segera maju ke depan." Allura bersuara dengan tenang. Tatapan matanya juga tidak tergoyahkan.
Sepuluh pelayan yang ada di depan Allura merasa sedikit terkejut lalu mereka saling melirik ke antara rekan-rekan mereka, saling mencurigai. Setelah beberapa saat tidak ada yang bergerak maju, tidak satupun dari mereka merasa mencuri kalung milik Allura.
"Karena kalian semua tidak ada yang mau mengaku maka aku akan memerintahkan prajurit untuk memeriksa kamar kalian!" seru Allura lagi.
Ia mengangkat tangannya lalu beberapa penjaga segera mendekat padanya. "Periksa kamar para pelayan. Kalungku memiliki permata berwarna merah muda. Jika kalian menemukannya segera bawa padaku!"
Para penjaga menjawab serempak. Lalu mereka segera menjalankan perintah. Di barisan para pelayan, pelayan yang biasa menangani kakek Allura mulai berkeringat dingin. Perhiasan yang ia simpan di kamarnya akan dilihat oleh para penjaga.
Selanjutnya ia mencoba menenangkan dirinya, tidak apa-apa, yang penting tidak ada kalung milik Allura di sana. Perhiasan miliknya, ia bisa mengatakan bahwa itu perhiasan kualitas rendah. Ia bisa membelinya di pasar dengan harga murah.
"Diana, bantu aku memeriksa tubuh mereka!" Allura kemudian beralih pada Diana.
Pelayannya yang bertubuh mungil segera bergerak, ia memeriksa satu per satu pelayan dan tidak menemukan apapun di tubuh para pelayan.
Setelah beberapa saat seorang prajurit berlari mendekati Allura dan membawa kota perhiasan milik pelayan yang melayani kakek Allura. Wajah pelayan itu kini mulai memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny's Kiss
FantasyPengkhianatan dari orang yang ia cintai telah mengirim Allura pada kematian. Tunangan yang ia pikir tulus padanya, ternyata tidak lebih dari lelaki keji yang tidak memiliki perasaan apapun padanya. Allura mengingat ucapan tunangannya, bahwa wani...