05. Masih Kontakan?

266 73 29
                                    

"Kebiasaan dia yang nggak terbiasa buat gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebiasaan dia yang nggak terbiasa buat gue. Nggak pa-pa, tetap cowok gue. IYA, COWOK GUE!" Nara.

"Mam apa? Agak geli, sumpah. Mau protes tapi takut dianya ngambek. Nara kenapa semakin kesini semakin menye-menye begini ya Tuhan." Dava.

o0o

"Kenapa muka lo di tekuk begitu? Nggak baik di depan makanan, rangat-rengut gitu." ujar Adista, teman satu organisasi dengan Nara. Yang kebetulan juga teman makan siangnya hari ini.

"Lo tahu Dava Ravelino nggak, Dis?" tanya Nara.

Adista yang kini tengah menyesap minumannya pun mengangguk. "Cowok lo kan?"

"Nggak tahu." katanya sembari mengedikkan bahu dengan acuh.

Adista mengernyitkan dahinya. Jelas sekali Dava itu pacarnya Nara, tetapi entah mengapa Nara dengan acuhnya bilang tidak tahu. Dalam benak Adista berucap begini, "Mungkin lagi berantem kali ya?" Adista yang tidak ingin kepo dengan hubungan kedua orang itu pun hanya memilih diam dan kembali menyantap makan siangnya.

o0o

Kelas Nara hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Setelah makan siang tadi, Nara sudah tidak mempunyai kelas lagi. Kepergian Adista yang pamit untuk kembali ke kelasnya, tidak menutup kemungkinan untuk Nara segera pulang. Karna ia masih ingin di kampus sekaligus menunggu Dava selesai rapat.

Nara masih menetap di kantin yang sama, kini ia tengah menunggu Rena teman kelasnya yang tidak mengikuti kelas hari ini—katanya kesiangan. Rena meminta Nara untuk menemaninya makan siang, tentu Nara tidak menolak. Karna itu termasuk alasan yang tepat jika dirinya ditanya Dava mengapa masih di area kampus alih-alih pulang.

Kemudian tanpa di sengaja, atensinya menangkap sosok Sandika yang tengah berjalan ke arahnya. Mungkin kalau di lihat tadi, sepertinya laki-laki itu tidak melihat Nara. Namun Nara tetaplah Nara, ia berusaha untuk bisa menutupi wajahnya dengan benda pipih yang ia genggam.

Dan sialnya kaki Sandika tersandung di meja tempatnya terduduk. Tidak sampai tersungkur, namun mejanya tetap bergeser sedikit jauh.

"Aduh, sorry ya?" katanya sembari merapikan meja dengan semula.

Nara tidak menjawab, ia masih berusaha menutupi wajahnya dengan benda pipih itu.

"Nara?" panggil Sandika pada akhirnya.

Sang tuan nama hanya dapat menghela napas jengah. Bisa-bisanya laki-laki itu mengenali dirinya yang sudah bersusah payah menutupi wajahnya.

Sandika tersenyum, kemudian ia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Nara.

Boyfriend • 5 [] Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang