Prologue

2.2K 228 16
                                    

Prolog

"Lando! Aku salah apa sih sama kamu?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lando! Aku salah apa sih sama kamu?!"

Suaraku bergetar. Teriakanku tadi terdengar goyah. Aku mengusap air mata yang jatuh ke pipi dengan punggung tangan. Sungguh aku benci dengan bocah laki-laki yang kini cuma cengar-cengir dan bertos ria dengan teman-temannya seolah mereka baru saja menyelesaikan misi menyelamatkan dunia.

Aku memegang ujung rambutku dengan jijik. Sebelumnya aku selalu menyukai rambut tebal, hitam, dan panjangku. Namun, aset indah yang kusayangi tersebut kini tampak mengerikan. Ada permen karet berwarna ungu yang sudah tampak pudar dan memucat. Permen karet tersebut lengket disana dan susah untuk dilepas.

"Dasar cengeng!" dengkus bocah laki-laki itu dengan enteng.

"Aku nggak mau tau! Singkirin ini dari rambutku!" teriakku lagi, kali ini makin kencang. Tanpa ragu aku mendekatinya yang masih duduk di puncak perosotan dan menarik kakinya agar dia terjatuh.

Rupanya bocah itu lebih tangguh dari yang kukira, sekuat apapun aku menariknya, dia tidak bergerak dari puncak perosotan.

"Jangan teriak-teriak," ucap bocah itu dengan songong. "Tinggal potong rambut aja sana apa susahnya, sih?"

Tangisku makin jadi. Aku kini sudah berjongkok dan menelungkupkan mukaku ke lutut. Aku tidak mau memotong rambut berhargaku. Permen karetnya lengket sampai di bawah telinga. Memotongnya sama saja membuat penampilkanku seperti anak laki-laki dan aku benci terlihat tomboy.

"Huu... Citra cengeng, orang nggak sengaja."

Aku kembali mendongak dan memandang Lando berapi-api. "Kamu sengaja!! Kamu sengaja pegang rambutku pura-pura mau liat jepit yang kupake!" bentakku kesal.

Besok adalah hari pertama aku menginjakkan kelas tiga SD, aku nggak mau penampilanku terlihat aneh. Kalau dipangkas paksa, parahnya mungkin aku akan terlihat seperti sedang memakai helm ke sekolah.

"Itu nggak sengaja namanya, aku emang cuma mau liat jepit bunga kamu," bela Lando.

Bohong! Aku tidak lupa dia tadi cengar-cengir dan bertos dengan teman-temannya seolah mengisengiku memang sudah menjadi rencananya.

"Aku aduin ke Mama!" balasku masih dalam sisa tangisku.

Lando tiba-tiba turun dari perosotan, kemudian dia menggandeng tanganku. "Yuk, aku anterin ke Mama kamu. Aku bisa bilang aku nggak sengaja."

Lando dengan entengnya menarik tanganku dan membuat kami berjalan bersisian. Dia bahkan sempat melambaikan tangan ke rombongan bocah laki-laki yang masih di taman sebagai tanda dia harus pamit duluan.

Aku menyentak tangan Lando, tidak suka dengan sikapnya yang semena-mena ini. "Jangan bohong di depan Mama aku! Kamu tadi jelas sengaja!"

"Aku nggak sengaja, Mama kamu pasti nggak akan marah."

"Kamu sengaja!"

"Enggak, kok! Emang ada buktinya?"

"Kamu sengaja!" teriakku lagi, kali ini diiringi tangis karena perasaanku sudah kesal setengah mati.

Lando tersenyum miring. "Nggak perlu nangis, rambut panjang kamu juga jelek kok."

Ucapan Lando membuat tangisku makin menjadi-jadi.

***

A/N

Hai, hai! #HowSeries kembali menyapa!
Fyi, cerita ini nggak saling berkaitan dengan How to Love a Bad Boy (Ezra - Kiara), jadi bisa dibaca terpisah.

Ini bakal jadi cerita panjang pertama aku yang genrenya Young Adult, alias bukan teenfiction anak sekolahan lagi. Tapi seperti ceritaku pada umumnya, cerita ini juga akan dibawa dengan ringan, jadi bacanya nggak perlu pake mikir wkwk.

Semoga suka dan setia mengikuti kisah Lando dan Citra. Banyak hal menyenangkan yang akan terjadi dalam kisah mereka. So, stay tune! 💖

Thank you!

With love,

galaxywrites.

How to Break a HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang