Chapter 18
Sisa perjalanan ke hotel terasa seperti 15 tahun, padahal sebenarnya hanya memakan waktu 15 menit. Aku ingin segera menyingkir dari rombongan ini dan menelpon Audy dengan penuh privasi.
Sayangnya meski sudah tiba di kamar hotel, privasi yang kucari itu tidak kutemukan karena Mbak Anggun, roommate-ku, rupanya stay di kamar dan berteleponan dalam waktu cukup lama. Aku sungguh takjub dengan dedikasinya karena di jam sebelas malam ini dia masih saja membicarakan masalah kerjaan dengan orang di balik sambungan.
Jadi, kuputuskan untuk keluar kamar dengan alasan mencari udara segar. Berhubung hotel ini dekat pantai, aku turun ke bawah dan berkeliling di sekitar sana.
Sebenarnya di bagian selatan pantai, masih ada bar hotel yang beroperasi, disana cukup ramai orang. Oleh sebab itu lebih baik melipir ke Barat, tempat yang sepi namun untungnya cukup terang karena masih terkena pencahayaan.
Aku duduk di pinggir pantai dan menelpon Audy. Semoga saja cewek itu tidak mengomel karena aku mengganggu waktu tidurnya. Tapi baru dering pertama, panggilanku sudah diangkat.
"Jam operasional lo kayaknya emang dua puluh empat jam ya, Dy," kataku.
Audy mendengkus geli. "Gue baru selesai cuci muka, baru naik kasur ini. Dan gue emang lagi nungguin telepon lo."
"Thanks, ya," balasku sungguh-sungguh. "Atas informasi tadi."
"Rex ada bales pesan lo atau angkat telepon lo?"
"Nggak ada. Nomornya nggak aktif."
"Jadi lo mau gimana sekarang? Putusin Rex?"
"Harusnya emang begitu, kan? Kecil kemungkinan yang lo liat tadi cuma salah paham doang. Rex emang selingkuh."
"Iya sih, Cit. Kayaknya itu rumah Viola, Rex nganterin pulang. Dan kayak yang gue videoin tadi, ada indikasi mereka emang punya apa-apa."
Aku menghela napas panjang, berharap beban di hatiku turut terlepas dan mengudara bersamaan lolosnya karbon dioksida yang kukeluarkan. Tapi yang ada justru denyut sakit yang ada di dadaku terasa makin nyata.
"Atau lo masih belum bisa percaya dengan video gue tadi? Mau konfirmasi lagi ke Rex atau coba buntutin dia lagi?" tanya Audy.
Aku tidak mungkin bisa berbohong pada diriku sendiri, sekeras apapun menyangkal atau berharap semuanya adalah kesalahpahaman, pada kenyataannya video itu adalah sesuatu yang tak bisa diabaikan. Itu adalah bukti konkret atas hubungan mereka.
"Gue sih yakin mereka nggak cuma rekan kerja atau temen doang," balasku. "Yang sekarang mengganggu pikiran gue, sejak kapan mereka begitu? Dan sejauh mana Rex udah bohongin gue."
"Mungkin sejak Rex masuk kerja di Tangerang? Dia ketemu cewek itu di tempat kerja, kan?"
"Mungkin. Tapi Rex bahkan belum sampai satu bulan kerja disana. Masa mereka PDKT secepat itu?"
"Atau sekarang masih PDKT?"
Pertanyaan Audy bagai perasan air jeruk nipis di luka hatiku yang menganga.
"Kenapa dia seenaknya pdkt sama cewek lain padahal masih jadi pacar gue?" Suaraku mulai bergetar.
Giliran Audy yang menghela napas. "Udah, jangan nangis, Cit. Rex nggak pantes dapetin cewek baik kayak lo. Dia bego karena udah berpaling segampang itu," hiburnya.
"Gue sama sekali nggak berekspektasi putus sama Rex dengan cara ini, Dy. Gue kira selama ini Rex cinta sama gue."
"Cit, kita emang nggak bisa percaya seutuhnya sama cowok. Jangan galau-galau banget. Lo bersyukur bisa tahu fakta ini sebelum hubungan lo sama Rex jalan bertahun-tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Break a Heartbreaker
RomanceOrlando Jaska dikenal sebagai selebriti ganteng, penyanyi dengan heavenly voice, dan playboy menawan yang bisa membuat tipe MBTI cewek-cewek berubah menjadi MLYT alias mleyot. Namun di mata Savana Citra, Lando itu nggak lebih dari sekadar selebriti...