17. Bad News Ever

694 112 10
                                    

Chapter 17

Aku masuk ke apartemen Lando sambil membawa belanjaan dari supermarket. List belanja bulanan Lando ternyata cukup banyak. Mulai dari makanan kaleng, snack, minuman, kebutuhan mandi, body care dengan berbagai merek dan lain-lain.

Saat masuk ke apartemen, kulihat Lando dengan wajah bangun tidurnya sedang mencari air mineral di dalam kulkas. Bahkan matanya masih setengah terpejam. Luar biasa, ini hampir jam dua belas siang. Bisa-bisanya dia baru terbangun.

Aku meletakan belanjaan di atas meja dan menatap Lando yang tampak tidak terkejut dengan kehadiranku.

"Banyak banget kebutuhan bulanan lo," komentarku dengan napas lelah.

"Padahal sebagian udah gue alihin pesen online, besok sore cek di ruang paket, ya," balas Lando enteng.

Aku ingin mengomel tapi aku tahu diri, jadi kuurungkan niatku. Lando menyerahkan sebotol air mineral dingin yang langsung kusambut senang hati.

Lando duduk di stooll pantry sambil menengak air minumnya. Sepertinya dia masih mencoba mengumpulkan nyawa karena tatapannya terlihat zoning out.

"Lo mau ke Niskala jam berapa?" tanyaku memecah keheningan.

"Sore, sekitar jam tiga."

Aku mengangguk. Aku baru ingat satu hal. "Btw, lo udah makan?" tanyaku sambil membuka kantung belanjaanku tadi.

"Belum, gue barusan banget bangun. Mau makan siang bareng? Gue delivery."

"Hm, boleh sih, tapi delivery kan lumayan lama, in case lo udah laper kebetulan gue tadi take away mac and cheese. Gue tiba-tiba kepengen ini tapi males makan di tempat, jadi gue bawa kesini. Sharing aja kalau mau." Aku mengeluarkan sekotak mac and cheese yang ter-packing rapi di dalam kantung belanjaanku.

Wajah ngantuk Lando berubah, matanya langsung melek sempurna dan berbinar melihat mac and cheese di atas meja seolah itu adalah makanan pertama yang dia lihat setelah puasa satu minggu.

"Ngaku, Cit, lo bisa baca pikiran gue, ya?" ucapnya yang membuatku bingung. "Gue pengin order mac and cheese semalem, tapi restonya udah tutup."

"Oh, ya? Lo order di jam ghaib kali."

"Jam satu malam, sih."

"Cuma orang hamil yang tiba-tiba pengen makan mac and cheese di jam satu malam."

Lando tertawa. "Gue cuci muka dulu," katanya lalu turun dari kursi dan ke kamar mandi.

Aku duduk di samping kursi Lando tadi dan menyiapkan sendok. Aku suka makanan kaya keju begini, tapi satu porsi kadang cukup berlebihan untukku sendirian. Baguslah ada Lando yang mau diajak sharing.

Lando kembali dengan wajah yang lebih segar, kemudian ia duduk di tempatnya semula, tepat di sampingku. Dan dengan senyum lebar, dia mulai menyendok macaroni dengan lumuran keju itu ke mulutnya.

"Enak," ucap Lando.

Aku menyetujuinya.

"Mau makan siang apa nanti?" tanya Lando sambil memainkan ponselnya.

"Terserah, sih."

"Cewek banget jawabannya."

Aku meringis. "Gue emang lagi nggak punya keinginan khusus."

Lando lanjut menggulir layar ponselnya sambil sesekali menyuap mac and cheese ke mulutnya. Selama beberapa menit hanya keheningan yang tercipta.

"Kemarin lo sama Meita nge-date, ya?" tanyaku berusaha mencari topik.

How to Break a HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang