𝗗𝗮𝘆² ; Pukul 6 Pagi

48 9 0
                                    

"Selamat pagi pemberian Tuhan."

Gracia menoleh menemukan Yangyang dengan Infus yang ditenteng nya, juga senyum lebar yang selalu terpantri di wajah nya.

Kemudian mendelik geli, "Selamat pagi juga kambing." Ujar Gracia dengan wajah mengejek.

Yangyang mendengus ketika mendengar 'sapaan' Gracia untuk nya.

"Gua baik baikin malah ngatain, apa mau mu? Jangan lagi!" Celoteh Yangyang asal, sembari mendudukan diri nya di sebelah Gracia.

Gracia memandang horror Yangyang, "Curiga gua lo pasien gangguan mental"

Ucapan Gracia berhasil membuat Yangyang mendelik kesal kearahnya, "Gila aja, gua masih waras kali, gada nunjukin gejala-gejala pula."

Gracia melirik Yangyang sekilas, "Pasien gangguan mental gak selalu nunjukin gejala kali." Ujar gadis itu malas.

Yangyang menaikan sebelah alisnya, sembari menatap Gracia kepo.

"Bukannya gangguan mental pasti ada gejala? Tetangga gua 3 orang gangguan mental, selalu ada gejala." Ujar Yangyang.

Gracia terkekeh pelan, "Pasien gangguan mental gak semua gitu, mereka juga gak sebodoh itu, mereka tau gimana cara menyembunyikan diri dari orang-orang."

"Emang ada yang begitu?"

Gracia menghela nafas, "Banyak, mereka punya gejala, tapi selalu nyembunyiin gejala nya dibalik bayang-bayang." Ujar Gracia.

Yangyang mengangguk seolah mengerti.

"Kalau lo?" Tanya nya tiba-tiba.

Gracia tersentak sejenak, lalu menatap Yangyang bingung.

"Maksudnya?" Gracia menatap bingung Yangyang.

"Ya itu, kata lo kan pasien gangguan mental kadang nyembunyiin gejala, terus lo gimana? Ada gejala gak?" Jelas Yangyang.

Gracia menaikan sebelah alisnya, "Emang gua keliatan gangguan mental?" Tanya nya balik.

Yangyang menggaruk kepalanya yang tak gatal itu bingung, "Ya kan kata lo pasien gangguan mental kadang nyembunyiin gejala. Siapa tau aja lo salah satu dari mereka."

Gracia tersenyum simpul, "Kayak nya iya deh." Ujar nya dengan nada bercanda, juga jari telunjuk di bibir seperti sedang berpikir.

Yangyang merotasikan bola matanya malas, "Halah."

Gracia tertawa kecil melihat respon Yangyang.

"Kalau lo?"

Kini beralih Yangyang yang bingung.

"Gua? Gua kenapa? Ada gejala gangguan mental?" Tebak nya sembari menunjuk dirinya sendiri, dengan tangan nya.

Gracia lagi-lagi dibuat tertawa oleh Yangyang, walau hanya tawa kecil.

"Kalau itu sih udah keliatan, gak perlu ditanya orang-orang udah pada tau kalau lo ada gangguan mental."

Yangyang mendesis kesal, "Bangsat." Umpatnya.

"Canda Yang, maksud gua lo sakit apa?"

"Endorkarditis." Jawab Yangyang singkat.

Gracia mengerutkan keningnya, maaf maaf saja, walau nilai Biologi Gracia tinggi, dia tak pernah memperhatikan dengan benar materinya.

Melihat raut wajah bingung Gracia, YangYang terkekeh pelan.

"Endorkarditis, penyakit jantung yang disebabkan oleh infeksi pada bagian dalam jantung." Jelas Yangyang.

Gracia membeku.

Bukan karena apa.

Tapi bagaimana bisa ada penyakit seperti itu? Ah, apa yang tidak bisa didunia ini?

Ah, Banyak.

"Gak pernah denger?" Tanya Yangyang, ketika raut wajah kebingungan masih terpatri jelas diwajah cantik Gracia.

Gracia mengangguk pelan.

"Wajar sih, jarang orang kena penyakit ini, gua pun gak akan pernah tau sebelum gua didiagnosis menderita penyakit ini, 2 bulan yang lalu."

Gracia lagi-lagi mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

"Hari ini jadwal lo apa aja?" Tanya Yangyang langsung mengganti topik.

Gracia mengedikan bahu nya, "Kulineran mungkin." Jawab nya asal.

Yangyang sedikit terkejut, "Emang dikasih?"

"Iyalah, gua juga mau pergi sekolah sih, tapi jam 8an, masih lama."

Iya, ini masih pukul 6 pagi, baik Yangyang maupun Gracia sudah berkeliaran di rumah sakit, dengan alasan yang mungkin sama.

Udara segar pagi hari.

"Kok lo dibebasin gitu?" Tanya Yangyang, "Atau lo udah dibolehin pulang?" Tanya nya lagi.

Gracia menatap kedepan dengan kaki yang ia luruskan.

"Penyakit gua gak ganas, tapi ganas. Lagi pula gua harus pulang kemana, kalau rumah gua aja disini?" Tutur Gracia.

Yangyang sekali lagi terkejut

"Lo.. Udah berapa lama disini emang?" Tanya Yangyang hati-hati.

Gracia menoleh, lalu tampak berpikir.

"Em.. Sepuluh tahun mungkin? Atau sebelas? Gatau, pokoknya gua gede disini." Ujar Gracia santai.

Yangyang rasanya akan mendapat penyakit jantung tambahan lagi.

Apa gadis ini bercanda?

Tapi dilihat dari interaksi nya perawat juga dokter yang lewat, sepertinya sudah mengenalnya sejak lama.

"Gak becanda kan lo?" Tanya Yangyang ragu.

Gracia mendengus, "Lo tau kenapa gua balik stengah jam sebelum jam makan siang kemaren? Karna ruangan gua beda, juga jauh, paling jauh dari ruangan rawat lainnya. Bahkan dari ruangan dokter."

"Lah terus apa hubungan nya?"

Ingin rasanya Gracia memukul pemuda bermarga Liu ini, tapi kasian, nanti penyakit nya menambah:(

"Pasien tetap itu, ruangan nya beda, dan paling jauh dari kamar rawat lainnya." Jelas Gracia dengan sabar.

Yangyang akhirnya mengerti.

"Jadi, lo pasien tetap?" Tanya YangYang sekali lagi.

Gracia mendecak kesal, "Banyak banget pertanyaan lo macem Dora tau!"

Yangyang hanya menunjukan ekspresi tanpa dosa nya.

"Yang gua duluan ya." Ujar Gracia, setelah melihat jam tangan nya.

"Kenapa?"

"Mau siap-siap ke sekolah, udah stengah 7, takut telat." jawab Gracia.

Yangyang mengangguk, "Hati-hati, bilang supir nya hati hati kalau bawa kendaraan."

Gracia tertawa singkat, "Gua nyetir sendiri kali, lagi pula gua bukan tipe bawa mobil macem orang dikejar maut."

Yangyang melotot.

"Heh udah sakit bawa mobil sendiri."

"Banyak bacot, udah ah, gua duluan ya Yangyang, see u!" Pamit Gracia lalu segera berlari menjauh.

Yangyang menatap aneh serta khawatir, "Dia gak ada penyakit jantung atau strok kan? Atau asma?" Tanya nya, pada dirinya sendiri.

Sedikit lama ia bergeming, lalu sadar akan suatu hal.

"Eh bentar, Ini kan tanggal 23 Desember? Sekolah mana yang buka tanggal segini?"

🦋🦋🦋

©𝐓𝐢𝐧𝐤𝐢𝐞𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠
231220

10 Days with Mr. Liu || Ft. YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang