13

1.9K 157 12
                                    

"Haechan..." panggil Renjun pelan.

Haechan yang sedang memainkan ponselnya menoleh. "Ya?"

Renjun bertanya pelan, "kenapa dulu lo pergi ga bilang-bilang?"

"Kayaknya gue lupa sih dulu," Haechan memegang dagunya.

"Ih!! Jawab yang bener," Renjun memukul bahu Haechan pelan.

"Emang bener???"

"Kok semua orang tau lo pergi? Lo cuma lupa bilang ke gue doang?" Renjun berkacak pinggang.

"Yaa awalnya hari-H gue pindah tuh mau nyamperin dulu ke tempat les, tapi ga jadi." Haechan mencoba menjelaskan.

"Gue sampe nyamperin ke rumah, loh??? Gue panik banget dulu, mana ternyata rumah lo udah sama orang lain. Lo nggak tau aja."

"Lo kangen sama gue ya," Haechan menghampiri Renjun di ranjangnya. Ia memeluk pinggang Renjun dari belakang. "Hehehe."

"Gue nggak kangen, bego," Renjun ingin memukul Haechan, tapi badannya dikunci oleh yang lebih muda.

"Tadi siang mantan lo kerasukan apa, anjir," Haechan bertanya. "Gue nggak pernah kayak gitu."

Renjun mengangguk. "Gue nggak percaya juga."

"Yaudah." Haechan menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Renjun. "Tidur."

"Ya."

Sebenernya, malem itu Renjun nggak bisa tidur. Salahin Haechan yang nggak ngelepasin pelukannya barang 1 inci.

***


Hari kedua di pantai.

Hari ini, murid sekolah SMASM akan berangkat ke rumah-rumah penduduk untuk ngasih bantuan buku-buku pelajaran bekas yang kondisinya masih bagus.

Sekarang, Renjun, Jaemin, Haechan, dan Jeno lagi bantuin Bu Yoona ngangkut barang-barang untuk ditaruh di truk kecil. Mereka berangkatnya jalan kaki, karena rumah warga sebenernya nggak begitu jauh dari pantai.

"Dah," Bu Yoona menaruh kardus terakhir ke dalam truk. "Makasih ya, anak-anak Ibu."

Keempat murid tersebut serentak mengangguk.

"Kita berangkat kapan, Bu?" Haechan bertanya sambil melihat ke sekeliling. Cuaca pagi ini adem.

"Abis ini. Ayo baris dulu," Bu Yoona merangkul bahu Haechan lalu berjalan ke arah barisan para murid.

Setelah itu, mereka berangkat ke perkampungan warga.

Sepanjang perjalanan, Renjun tak henti-hentinya menengok ke arah pemandangan yang terbentang di depannya. Desa yang mereka hampiri cukup besar. Ada anak-anak yang sedang bermain di lapangan. Para ibu memerhatikan anak masing-masing sambil mengobrol. Para ayah bekerja di pantai.

"Punya rumah di desa gini enak kali, ya," Renjun berbisik pelan ke arah Jaemin di sebelahnya.

"Iya, masih asri," Jaemin menjawab. "Tapi jauh kalo mau kemana-mana."

Renjun mengangguk.

Saat mereka sampai didesa, Renjun, Jaemin, Haechan, dan Jeno langsung mendapatkan tugas ditemani oleh Pak Heechul untuk membagikan buku dan mengajari murid-murid Paud dan TK.

"Kami masih kekurangan banyak sekali buku untuk bahan pembelajaran," salah satu guru TK, Momo, menjelaskan tentang keadaan belajar mengajar. Ia menoleh kearah kelima pemuda tersebut. "Makasih untuk bantuannya, ya, anak-anak..."

"Anak-anak ini seneng kok bisa ngebantuin. Iya kan, anak-anak?" Pak Heechul menghibur Momo.

Renjun, Jaemin, Haechan, dan Jeno mengiyakan.

Sampai di kelas, Momo memperkenalkan muridnya satu-persatu.

"Nah, kakak-kakaknya ini udah ngasih kita banyak buku untuk belajar. Hayo, bilang apa?"

"Makasih kakak-kakak!!" Para murid serentak berkata.

"Gemes banget," Renjun tersenyum.

Setelah itu, kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

Pertama-tama, Jaemin diminta untuk memberikan ice breaking untuk anak-anak di kelas.

"Tebak kakak peragain apa, nanti yang bener, kakak kasih permen. Okeh?" Jaemin memberikan perintah.

Anak-anak mengangguk.

Jaemin membungkukkan badannya, menaruh kedua tangannya dipinggang, lalu mulai menggerak-gerakkan kepalanya kedepan. Ia mengeluarkan suara 'kwak kwak'.

"Burung!" Salah satu murid menjawab.

Jaemin menggeleng, "ayo, lebih spesifik lagi." Ia melanjutkan lagi gerakannya.

"Burung kalkun," salah satu anak perempuan menjawab.

"Benerr," Jaemin tersenyum puas lalu mengeluarkan permen kaki dari sakunya. Ia memberikan permennya sambil mengelus rambut si anak perempuan.

Permainan dilanjutkan. Kini, Jaemin memeragakan kucing. Salah satu anak laki-laki langsung menjawab benar.

Setelah ice breaking selesai, pembelajaran di kelas langsung dimulai.

Haechan yang udah terbiasa sama anak-anak kecil di rumahnya otomatis langsung akrab sama para murid. Begitu pula Jaemin dan Jeno yang keliatannya langsung disukain sama anak-anak disini.

Sementara Renjun kadang-kadang masih awkward dan nggak ngerti gimana cara ngeladenin anak-anak yang ngobrol sama dia.

"Renjun," Haechan menepuk bahu Renjun pelan. "Kalo ngobrol sama anak-anak itu, ya lo duduk. Jangan berdiri," Haechan tertawa melihat Renjun yang kelabakan.

"Iya, iya," Renjun akhirnya duduk disebelah Haechan.

"Sini, dek Wonyoung," Haechan mengundang salah satu murid untuk duduk di sebelahnya. "Udah ngerjain tugas yang tadi dikasih sama Bu Momo?"

Murid bernama Wonyoung itu menggeleng pelan.

Haechan mengangguk-angguk, "Nomor berapa yang masih nggak ngerti?"

"Yang ini. Yang ini juga..." Wonyoung menunjuk ke beberapa soal kurang-kurangan yang belum ia kerjakan.

"Nah, soal-soal ini, adek kerjain bareng Kak Renjun." Haechan menunjuk kearah Renjun. "Mau, ya? Kak Renjun ganteng, kan?"

"Mauu!!" Wonyoung mengangguk semangat.

"Nah, Jun, ajarin," Haechan menepuk bahu Renjun pelan, memberi semangat. "Kakak pergi dulu ya." Ia melambaikan tangannya ke arah Wonyoung.

Renjun menelan ludahnya, gugup. Harus dia akui, Renjun gugup bukan karena dia harus ngajarin Wonyoung.

Renjun mungkin gugup karena perlakuan Haechan barusan. Ia tidak tahu bahwa Haechan bisa menjadi se-sweet itu didepan anak-anak kecil.

"Kak Renjun?" Wonyoung menyadarkan Renjun dari lamunannya. "Kak Renjun sakit? Mukanya merah. Nanti aku bilangin Bu Momo kalo kakak sakit."

"Eh, enggak, dek," Renjun akhirnya kembali fokus. "Ayo mulai kerjain soalnya."

"Okee kak. Ini yang aku paling nggak ngerti..."

***

A/N: hai.

201129

(836 words)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tropical Night | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang