9

1.2K 179 7
                                    

tw // mentions of physical violence (kekerasan fisik)

-

Entah bagaimana, Renjun tiba-tiba kebangun jam setengah 3 pagi. Karena nggak biasa tidur di luar kamarnya, si pemuda Jilin jadi mimpi buruk. Bangun-bangun matanya udah basah semua.

Sekarang, dia lagi duduk di tepian kasur sambil mengerang pasrah. Mau tidur lagi nggak bisa, mau bangkit tapi masih ngantuk.

"Serba salah, anjir. Kesel," gerutunya. Dia bangun dari kasur, ngeraba nakas dan ngambil soflens.

"Jun?"

Renjun menoleh kaget.

Iya, ya. Kan gue sekamar sama Haechan, Renjun mengelus dadanya.

"Lo berisik banget," Haechan mengambil gelas minumnya dari meja, lalu menenggaknya pelan.

"Sori." Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gapapa." Haechan menaruh kembali gelasnya yang sudah kosong, lalu duduk di kasurnya. "Tadi lo gasrak-gusruk. Mimpi?"

Renjun mengangguk perlahan. "Gue mimpi dibacok orang terus ngeliat bunda nangis sambil manggil-manggil. Taunya gue mukul kepala sendiri."

Haechan tertawa, "kok bisa, sih."

"Jangan diketawain!!" Renjun merenggut. "Rasanya kayak udah mau mati, tau gak. "

"Iya, iya." Haechan berhenti tertawa. "Tapi serius, deh. Lo ileran banget."

Renjun yang sadar lalu membalikkan badannya lalu menghadap kearah kaca, "jelek banget gue."

"Mana ada," Haechan dengan cepat menjawab. "Dielap dulu makanya." Ia mengambil tisu kering dari tasnya, lalu diberikan ke yang lebih tua.

"Makasih," Renjun membersihkan area sekitar mulutnya, "gue mau cuci muka."

Sebelum Renjun sempat melangkahkan kakinya ke kamar mandi, Haechan sudah menariknya keluar dari kamar.

"Haechㅡ APA-APAAN?!?!?"

"Kecilin suara lo! Nanti yang lain bangun," Haechan tertawa lalu kembali menarik Renjun ke luar pintu villa, membawanya duduk di pasir pantai.

Renjun tergegun.

"MAKSUD LO APA ANJIR?? KAN GUE KAGET," Renjun berteriak kesal ke arah Haechan.

"Enak, tau. Subuh-subuh main ke pantai." Haechan terkekeh pelan sebelum menatap ke arah air laut.

Renjun menatap Haechan, lalu ikut melihat ke ombak yang cukup kencang. Cuaca sekarang dingin, sekitar pantai masih ditutupi sama kabut. Langit juga belum menampakkan sinarnya.

Tenang.

Satu kata yang dapat menggambarkan hati kedua anak Adam itu saat ini.

Keduanya diam dan tidak berbicara sepatah katapun, namun atmosfer yang ada sangatlah nyaman.

Renjun kembali melihat kearah Haechan, dan yang lebih muda juga sekarang tengah memerhatikan dirinya.

"Lo suka disini?" Haechan memecah keheningan diantara keduanya.

Renjun mengangguk.

Haechan perlahan berdiri lalu menjulurkan tangannya ke Renjun. Yang lebih tua menerima uluran tangan itu dengan senang hati.

"Mau kemana?" Renjun bertanya kepada Haechan yang sudah berjalan didepannya, menggenggam erat jari-jarinya.

Haechan tersenyum, "ikut aja."

Renjun bergumam sebagai balasan. "Lo udah pernah kesini?"

"Pernah," jawab Haechan. "Dulu, waktu masih SD, sih. Tapi masih hapal."

Tropical Night | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang