ˋ2ˊ

36.7K 8.9K 3.9K
                                    

Jam digital di atas pintu berjalan, waktu permainan telah dimulai. Mereka yang tidak tahu apapun tentang permainan memutuskan untuk mengikuti alurnya setelah dibagikan peta sama Hyunsuk yang didapat dari kotak besi di tengah meja.

Peraturan telah dibaca, tertulis bahwa crewmate dan impostor sudah ditentukan. Mereka bingung, pasalnya tidak ada satupun yang merasa kalau peran sudah diberikan.

Sebagian besar meyakini kalau Hyunsuk si ketua BEM adalah crewmate. Wajar, anak baik-baik tidak mungkin diberi peran yang aneh-aneh.

"Sudah siap?" Tanya Hyunsuk dengan tangan menggenggam erat handle pintu.

Tak ada yang menjawab, itu tandanya iya. Setelah mengambil nafas dalam-dalam, Hyunsuk membuka pintu lebar-lebar.

Keheningan menyelimuti mereka. Lorong gelap dengan semilir angin terpampang nyata di mata mereka, kemana lorong itu mengarah?

"Kayaknya ini saklar lampu deh," kata Junghwan menunjuk sesuatu di samping kanannya.

"Coba tekan."

Saklar ditekan, seketika lorong yang gelap itu berubah terang. Mereka menganga, rupanya lorong itu bercabang, sepertinya ada banyak ruangan disana.

Tapi masalahnya, pintu keluarnya ada dimana?

"Yakin nih kita jalan kesana?" Tanya Jaehyuk takut, mepet-mepet ke Haruto yang notabenenya berbadan tinggi.

"Ya iyalah? Kita kan harus ngerjain task," jawab Jihoon ketus, memilih untuk berjalan duluan kemudian berbelok ke lorong kanan.

Sepertinya orang itu tidak mempercayai siapapun.

"Kalau kalian dengar alarm langsung balik ke ruangan ini ya. Hati-hati, saya minta tolong untuk tahan keinginan membunuh kalian, para impostor," ujar Hyunsuk serius, sebelum berlari kecil mengejar Jihoon yang entah ada dimana.

"Kita mencar nih?" Tanya Jeongwoo ragu.

"Gue sih maunya gitu, kita baru aja ketemu." Begitu kata Haruto, sebelum merangkul Jeongwoo membawanya pergi ke lorong kiri.

"Kita bareng-bareng aja?" Tanya Yedam hati-hati, takut ada yang tak nyaman dengan pertanyaannya.

"Ayo bareng!" Jawab Doyoung semangat.

"Gue bareng kalian aja deh, gue takut kalau sendiri," jawab Junkyu menatap Junghwan, rupanya adik sepupunya itu memikirkan hal yang sama.

"Di peta ada banyak ruangan, gue mau ke ruangan paling belakang dulu deh. Gue yakin gak ada yang mau ngerjain task disana karena jauh," kata Jaehyuk mengajukan diri.

"Ikut..."

Jaehyuk menoleh ke kirinya. "Boleh, ayo."

Asahi mengangguk, lalu mengekori Jaehyuk yang berjalan pergi seraya memandangi peta untuk melihat jalan menuju ke ruangan yang dimaksud.

Mashiho yang merasakan atmosfer berubah canggung memilih mengikuti Jaehyuk dan Asahi. Tersisalah enam orang di ruangan awal, terdiam canggung.

"Mau kemana dulu?" Tanya Doyoung buka suara.

Junkyu baru saja ingin menjawab, namun tubuhnya lebih dulu ditarik dan dibawa paksa oleh Junghwan ke lorong yang sama dengan Hyunsuk dan Jihoon.

"Kok main tarik aja sih?!" Nanti kalau gue jatuh gimana?!"

"Diem ah."

"Heh, kok jadi ketus begini? Kenapa lo?"

"Kita berdua aja, jangan sama si Doyoung Doyoung itu."

Junkyu melongo tak paham. "Loh, kenapa? Keliatannya dia anak baik-baik kok."

"Lo gak inget dia sekolah dimana? Jangan cari musibah, mending kita selesain task berdua."

Junkyu menyipitkan matanya. Aneh, Junghwan benar-benar aneh.















































Yoonbin memutuskan untuk pergi sendiri. Peta dia pandang berulang kali, kemudian mendongak ke depan, kembali lagi ke peta, begitu seterusnya.

Dia tidak tahu ingin pergi kemana, yang lain ada dimana, dan harus melakukan apa. Boleh tidur saja tidak sih?

"Woi kak, ngapain lo diem kayak jurig disitu?!" Tanya Jeongwoo dari kejauhan, tentunya dengan suara kerasnya.

"Daripada diem, mending bantuin kita! Kita gak ngerti nih cara benerinnya gimana, sini!" Perintah Haruto ngegas.

Yoonbin mendengus, dasar anak muda. Mau tak mau dia menghampiri kedua bocah berkelahiran 2004 itu dengan malas, ternyata mereka sedang sibuk membenarkan kabel berwarna-warni di dalam sebuah brankas besi.

"Kak Yoonbin, itu ada mesin juga. Tolong benerin dong, lo kan anak teknik tuh," suruh Jeongwoo dengan tidak tahu dirinya.

Yoonbin mendengus lagi, menunduk sedikit untuk melihat mesin yang dimaksud. Sesaat kemudian dia terdiam, garuk-garuk kepala.

"Gue gak bisa..."

"Hah?"

Yoonbin mengusap tengkuk lehernya kikuk. "Gue belum pernah liat mesin yang kayak gitu."

Haruto bertepuk tangan heboh. "Lo ngomong panjang lebar?! Wih daebak!"

"Tapi coba dulu kak, siapa tau bisa," kata Jeongwoo menyuruh lagi.

Yoonbin mengangguk kaku, mencondongkan badannya sedikit ke depan. Tangannya meraba mesin tersebut, memeriksa setiap incinya.

Haruto dan Jeongwoo memperhatikan dari belakang, Yoonbin terlihat fokus mencari letak permasalahan mesin tersebut. Setelah itu, keduanya terkekeh bersamaan, Yoonbin terkejut.

Saking terkejutnya, ia sampai tak sengaja menyenggol kabel yang mengeluarkan percikan listrik, kemudian listrik tersebut menyetrum lengannya.

"ARGHHHH!!!!"























































Teriakan Yoonbin yang keras itu membuat mereka yang berada di ruangan lain terkejut. Pasalnya, suaranya terdengar dan menggema.

Yedam yang hendak membuang sampah langsung melemparnya asal ke kotak besi besar di depannya. Dia yakin yang lain juga sama, berlari ke lokasi tempat Yoonbin berteriak.

Doyoung yang ditinggal tersenyum lebar. "Asik juga permainannya."

Kemudian, alarm emergency meeting pun berbunyi, disusul seruan Jihoon disertai derap langkah kaki yang bersahut-sahutan.

TET... TET... TET...

"Gue tau siapa impostornya!"

Among Us | Treasure ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang