Mengaduk rasa

2 1 0
                                    

Pagi ini aku seperti biasa mengantar anakku yang paling kecil ke sekolah.
Ia bersekolah di sekolah TK di daerahku.
Mesin motor ku panaskan, sembari menunggu Ammar nama anakku yang paling kecil naik.

"Ma, katanya kakak mau ikut antar aku sekolah" celetuk Andi saat ia muncul dan segera bonceng motor.

Aku mengangguk.

"Kak, ayoo, sudah jam 8 kurang nih" aku setengah teriak menengok ke dalam rumah.

Salim, anak pertamaku yang paling besar saat ini sudah berumur 9tahun. Kenapa pagi ini dia tak sekolah? Karena saat wabah penyakit melanda negaraku, yang mengharuskan anak-anak sekolah terpaksa belajar online dirumah.
Karena anak-anak TK ada pengecualian, jadinya turun sekolah 2 kali seminggu saja. Seperti sekarang ini.

Dengan tergesa-gesa Salim menaiki motor di belakang Ammar.

"Sudah ma" ucap Salim sesaat sudah di boncengan ku.

"Baca doa naik kendaraan dulu" aku berseru pada anak-anak ku.

Salim memulai berdoa di ikuti Ammar. Karena adiknya belum fasih, jadinya lucu mendengar ia mengucap doa naik kendaraan 😂😂.

---

Sepanjang jalan menuju sekolah Ammar tak banyak percakapan, antara aku dan anak-anak.

Saat melewati sebuah taman yang tak jauh dari sekolah. Aku mengamati seorang perempuan paruh baya mengaduk tempat sampah.

Aku sengaja melambatkan laju motor. Dan mengamati pemandangan itu.

"Ma, kasian ya,nenek itu. Masa ambil di bak sampah kotor bau gitu" celetuk Salim, rupanya matanya juga mengamati pemandangan itu.

Aku mengangguk tanda setuju.

"Ma, coba nanti mama kasih nenek itu makanan kalau pas bagi-bagi" ujar Salim lagi.

Hatiku merembes hangat.
Ya Allah, begitu baiknya pemikiran anak seusianya.

Aku terharu dan bahagia.
Betapa anakku juga memikirkan dan ikut prihatin dengan keadaan sekitarnya 😭😭😍😍.

'pasti kak, pasti mama kasih nenek itu ya' janjiku dalam hati.

Aku melajukan motorku pelan-pelan.
Dengan perasaan penuh bersyukur setiap saat..

🍃🍃🍃

RD241120 8.29 BPP

Cerita SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang