Bakulan hidup

7 0 0
                                        

"Bulek anaknya masih sekolah di Jawa?" tanyaku penasaran sambil memilih beberapa buah jagung yang tergeletak di atas karung bekas beras.

"Iya de, dia masih pesantren, nanti kalo sudah lulus jadi ustadz gitu" jawab bulek sayur tersenyum. Ada rasa bangga ku dengar dari setiap ucapannya.

Aku terdiam sambil memilih timun yang berada satu plastik besar dengan terong.

Bulek baru sampai di tempat biasa jualan. Dan barang dagangannya pun ada beberapa yang belum di gelar di atas karung beras itu.

"Keluarkan aja de, semua. Jadi enak to, milihnya" ucap bulek dengan logat bahasa Jawa nya.

Aku mengangguk.
Aku masih enggan beranjak ke rumah, walaupun belanjaan sudah ku dapat.
'masak tumis jagung kacang panjang aja hari ini, ikan ku juga masih ada di kulkas' batinku memeriksa kembali plastik yang penuh belanjaan hari ini.

Aku duduk persis di samping bulek sayur.

"Ada lagi to' belanjaannya yang lupa" celetuk bulek melihat ke arahku.

"Kayaknya sudah bulek. Tapi masih lama juga waktu makan siang, duduk aja dulu disini" sahutku tersenyum lebar.

"Iya...iya.." bulek sayur sudah selesai menggelar sayur dan ikan dagangannya. Ada juga terselip di antaranya kue-kue tradisional seperti nagasari dalam satu plastik transparan.

"Bulek, anaknya satu aja kah?" aku mulai memborbardir bulek dengan pertanyaan ku lagi.

"Ngga, ada dua. Yang cewek pertama udah nikah,udah ada anak satu. Yang terakhir ini cowok ya masih sekolah" bulek menjelaskan panjang lebar.

Aku ber'O pelan.

Aku berpikir kalau yang di hadapanku ini adalah ibuku. Apa aku tega membiarkannya berjualan di usia yang seharusnya diam dirumah bersama cucu-cucunya.

Aku mengembara jauh dalam pikiranku.

"Bulek masih jualan gini, karena anak bulek masih perlu biaya untuk selesaikan kuliahnya" bulek tiba-tiba berkata, seakan ia bisa membaca pikiranku.

"Pasti banyak ya bulek biayanya" aku menyahut basa-basi.

"Iya de, banyak, kemarin aja minta kirimkan uang untuk praktek. Ngga berapa lama, katanya perlu buku baru yang harus di tebus"

Bulek menarik napas panjang, dan menghembuskan pelan-pelan.

Aku melihat raut wajah wanita paruh baya itu. Penuh lelah tapi ada satu yang membuat kekuatannya terus bertahan dengan segala kelelahannya.

Aku beranjak berdiri menenteng satu plastik belanjaan hari ini.

Ku pandangi langit yang hari ini kelihatan cerah, secerah hatiku mungkin😊😊.

🍃🍃🍃

RD311020 19.09 BPP

Cerita SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang