Calon Suami

113 9 3
                                    


Aroma kopi menguar menyambut Putri saat ia mendekati meja. Sisi tegasnya hilang, wanita itu justru tampak menggemaskan dengan piama tidur bergambar pikachu. Senyum manis bak madu pun hadir kala matanya menangkap roti selai kacang dan susu hangat kesukaan tersaji di meja. 

"Pagi, Bu." Putri mengecup pipi wanita yang tengah menuangkan kopi hangat ke gelas di sisi meja. 

"Pagi, Sayang," balas ibunya.

Putri duduk, lalu meraih roti di piring dan mengunyahnya tak sabar. "Hmm, enak sekali." 

"Pelan-pelan, Put." Wanita yang mengenakan baju daster itu  mengingatkan. Putri membuatnya gemas dengan bertingkah seperti anak kecil  setiap berhadapan dengan makanan yang disukai.

Sang anak lantas mengangkat dua jarinya membentuk huruf v seraya menampilkan gigi putih yang berjejer rapi. 

"Ada kelas hari ini, Put?"

"Ada, Bu. Sekalian mau ngasih bimbingan juga," terang Putri seperti biasanya di pagi hari.

Bicara mengenai bimbingan, sering kali mahasiswa mengabaikan hal itu hingga berbulan-bulan. Putri pun kadang bosan mengingatkan apalagi ketika alasan yang mereka berikan bermacam-macam.

Putri mengembuskan napas, sabar sudah jadi langganan. Dan kesabarannya kali ini kembali  harus diuji saat menjadi rekan kerja Alvaro. Jika mengingatnya, Putri menjadi kesal sendiri. Alvaro terus-menerus menerornya. Seperti semalam, ponsel berdering berulang kali. Merasa terganggu ia meraih benda pipih itu lalu mengeceknya, benar saja ...  notifikasi dari orang yang sama memenuhi kontak pesannya.

Alis Samurai:

Halo, Bu Dosen!  Jangan lupa besok jam sebelas lewat satu detik, kita wajib bertemu.

Jangan lupa ya, Bu Dosen

Jangan lama-lama.

Harus tepat waktu.

"Ah, orang itu benar-benar menyebalkan! Lewat satu detik. Dasar! Dia pikir dia itu siapa?" gumamnya lirih.

Tak tahu sejak kapan Alvaro mengusik pikiran wanita itu,  semua menjadi aneh sejak kehadiran sang pria.

Berulang kali Putri  yang sedang menikmati makanannya itu menggeleng-geleng, mengusir bayang-bayang mata tajam milik si penganggu.  Tindakannya itu pun menarik perhatian wanita paruh baya yang sedang menyesap kopi di sampingnya. 

"Kenapa Put, terlalu manis ya?"

"Tidak, kok, Bu. Buatan Ibu mah selalu pas."

"Iya dong! Siapa dulu ibu."

Putri terbahak mendengar penuturan sang ibu. Tentu saja, membuat pagi Putri kembali menyenangkan.  

***

Putri baru saja tiba dan memarkirkan mobil di area kampus yang berada tepat di samping kantor rektorat. Saat membuka pintu, Putri dibuat terpukau dengan sosok laki-laki yang berjalan ke arahnya, senyum tak lepas dari bibir itu. Berbeda dari penampilan sebelumnya, hari ini Alvaro memakai kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku menambah kesan maskulin.

"Halo, Bu Dosen! Sepertinya kita memang harus bertemu lebih cepat, Bu," sapa Alvaro dengan senyum khasnya. Dan itu sangat menyebalkan. 

"Saya rasa juga begitu, Pak," balas Putri saat suara itu menyapa indera pendengarannya.

Sedikit kehilangan fokus, Putri memilih membuang pandangan saat lelaki itu terus menatapnya. Ia bergerak ke belakang membuka bagasi mobil. Tanpa bersuara dosen itu mengambil buku, serta laporan yang akan dibawa ke ruangannya. Melihat Alvaro bergeming Putri menghela napas. 

Dosen CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang