Walking on His Path.

261 30 8
                                    

Judul lagu mulmed : Behind ost Voice..
Asli ga paham lagi ama lagu ini. Scoring ini dipake di scene2 menyayat hati juga V3. Saat Kanit Na meninggal. Saat Kwon Joo berusaha menahan Kang Woo ketika dia shock berat sewaktu si Raja Kawat Kaneki adalah Kakaknya. ..huhuhuhu. bisa dibilang ini lagu kebangsaan Dokang. Sadar ga sih lagu ini ga ada kayaknya di Voice 1.
 
Baiklah silahkan lanjut membaca. Slamat malam semua.

Jebal, drop vomment ya. Makasi.
**************************

Pongsan, dua hari kemudian.

   Kwon Joo meletakkan sebuah buket bunga tulip berwarna merah di bawah sebuah pohon pinus raksasa, yang berukuran paling besar di antara deretan tumbuhan lain, pada sepanjang jalan setapak, taman pinggir, sebuah area pemakaman Polisi di Kota Pongsan.

"Kang Woo-ssi, aku datang. Mianhae, karena baru sekarang bisa mengunjungimu lagi" tukas Kwon Joo seraya menundukkan kepala.

Satu tangannya di masukkan ke dalam mantel berbahan flanel abu-abu garis horizontal hitamnya. Rambut lurus indahnya yang kini berada tepat di atas bahu terbang akibat terkena angin kencang. Sekarang merupakan masa pergantian musim dari gugur ke dingin, akan tetapi hati Kwon Joo sudah mendingin entah sejak kapan.

   Menjilat bibir bawahnya, Kwon Joo mulai berbicara lagi. 

    "Kang Woo-Ssi, apa kamu tahu kalau Kapten tim ku pertama sudah ada di Korea Selatan lagi? Dia baru pulang dua bulan lalu, dan saat dia tahu tentang segalanya dia segera mengepak semua barangnya kemudian mengikuti tim Golden Time yang dipindahkan ke Jeju. Iya benar kami semua pindah ke sana sekarang. Di kantor baru ini, lokasinya tiga kali lebih luas dari sebelumnya, aku bahkan mendapatkan bantuan lebih banyak dari harapanku. Kemudian ruangan untuk tim Dispatch juga sudah diperluas. Sebulan sebelum Moo Jin Hyuk Timjang kembali ke posisinya, meja untukmu juga disiapkan secara khusus oleh Park Hyeongsa, Goo Hyeongsa,  dan Yang Hyeongsa. Apa kamu tahu, mereka meletakkan selusin rubik di sana, mereka bilang di surga benda-benda itu akan membuatmu sibuk, kalau-kalau kamu bosan".

  Dada Kwon Joo bagai teremas. Kegetiran juga kepahitan memenuhi dirinya. Ia sudah mulai berkaca-kaca.

   Membungkukkan badan, setetes air bening jatuh membasahi pipi putihnya.

"Kang Woo-ssi. Semuanya baik-baik saja sekarang. Kami baik-baik saja karena dirimu. Terima kasih karena sudah menjaga kami hingga hembusan nafas terakhirmu...aku...aku bahkan belum sempat mengatakan padamu soal pernyataanmu saat itu. Aku...."

Tak tahan lagi, Kwon Joo menutupi wajah memakai kedua tangannya. Kali ini ia membiarkan dirinya menangis sejadi-jadinya. Meluapkan seluruh isi hati yang telah ia pendam selama 3 bulan terakhir sejak kepergian Do Kang Woo untuk selamanya.

  Kepahitan juga penderitaan yang Kwon Joo rasakan selama ini bukan tanpa alasan. Dan kenapa dia suka sekali terbangun tengah malam dari mimpi buruk kemudian menangis berjam-jam sambil memeluk dirinya sendiri di dalam kamar apartemennya.

  Kilasan memori kejadian itu perlahan kembali berputar dalam benak Kwon Joo. Akhir dari tragedi keluarga sesungguhnya.

    Yang terjadi antara mendiang Do Kang Woo serta Kakak kandungnya, Kaneki Masayuki.


Para penembak jitu mengarahkan senjata mereka tepat ke arah bagian atas juga tengah tubuh Do Kang Woo. Di saat pria itu melingkarkan kawat ke sekitar leher Kaneki.

   Kwon Joo yang baru saja tersadar dari pingsannya dipaksa harus mencerna segala hal dengan cepat. Kemudian tatkala sang Pemimpin Snipper memberikan peringatan terakhir kepada Kang Woo agar menyerah juga melepaskan Kaneki tak lelaki itu indahkan.

Kwon Joo melemparkan pandangan panik, antara Kang Woo kemudian para Snipper di sebrang ruangan.

"Hajima". bisik Kwon Joo awalnya.

Dia sudah akan berdiri tepat ketika Kang Woo menoleh ke arahnya, berlinang air mata. Menatap tepat ke dalam sepasang iris coklat Kwon Joo, lelaki itu uniknya justru tersenyum melalui kedua netranya. Kemudian membisikkan sesuatu yang hanya mampu didengarkan oleh Kwon Joo seorang.

"Gomapta, Kwon Joo-Ssi..."

"Jebal..."Kwon Joo mulai menangis serta menggelengkan kepalanya. Sudah siap berlari ke arah Kang Woo.

"Saranghae Kwon Joo-ssi, saranghandago..."

Kemudian mengetatkan kawat disekeliling leher Kaneki.

Lalu bunyi desingan peluru terdengar.

Menembus kepala dan tubuh bagian lain Do Kang Woo.

"Andwaee!!!!!......"

Jeritan Kwon Joo pecah. Tepat di saat tubuh Kang Woo terjatuh ke atas tanah.

Dunia tempat Kwon Joo berpijak terasa runtuh saat itu juga. Jiwanya terasa ikut pecah menjadi kepingan di detik Kang Woo menghembuskan nafas terakhirnya.

Tangis wanita itu meledak. Dirinya hancur.

Dan di detik itu juga Kwon Joo menyadari, betapa sesungguhnya ia sangat mencintai pria tersebut.

    Bahkan, mungkin, ia tak akan pernah bisa mencintai laki-laki lain lagi. Seperti dirinya mencintai seorang Do Kang Woo.


Di masa kini, Kwon Joo hanya bisa tertawa pahit di sela tangisannya. Membuka kedua tangannya serasa menatap pohon pinus raksasa tempat Kang Woo di makamkan, dia berkata.

"Niga geuriwoyo, bogosipeoyo Kang Woo-Ssi.( Aku merindukanmu. Aku ingin melihatmu Do Kang Woo)"

Kwon Joo terus seperti itu selama beberapa saat. Hatinya terasa begitu perih juga remuk setiap teringat momen di detik menjelang kematian Kang Woo.

     Jika saja ia bisa melompat ke hadapan para snipper, jikalau ia bisa membalas ucapan pernyataan mendiang Kaptennya.

  Seandainya saja, Kwon Joo memiliki kesempatan untuk bisa bertemu sekali lagi dengan Do Kang Woo. Entah bagaimana caranya.

  Yang ia inginkan hanya memeluk erat pria itu kemudian mengatakan betapa Do Kang Woo amat berarti dalam hidupnya.

Seandainya
...........

Kemudian, angin kencang kembali menghantam tubuh Kwon Joo. Kali ini membuatnya sampai terdorong mundur beberapa langkah ke belakang.

  Terkejut, Kwon Joo memutar tubuh, sepasang netranya melebar saat melihat pemandangan di hadapannya.

Ada sebuah lubang besar berwarna hitam yang terbentuk di antara celah pepohonan, dari dalam sanalah angin kencang seperti badai itu muncul.

Panik. Kwon Joo awalnya mencoba berlari, ke arah yang berlawanan, akan tetapi lubang hitam tersebut seakan berniat menghisapnya kuat-kuat. Ia mencoba berteriak meminta tolong, namun percuma saja, area pemakaman tersebut masih sangat sepi di pagi hari itu.

    Kwon Joo berusaha bertahan dengan cara memegang kuat-kuat pohon pinus lain di sebelah makam Kang Woo. Akan tetapi.

     Ia gagal

     Tekanan angin terlalu kuat. Hanya butuh hitungan detik hingga lubang hitam tersebut menelan bulat-bulat tubuh Kwon Joo. Hal terakhir yang ia ingat adalah kegelapan.

    Kemudian, wajah Do Kang Woo.

     Memejamkan sepasang kelopaknya. Kwon Joo hanya bisa berdoa dalam hati. Jika memang ini mimpi buruk, maka biarkan sajalah dirinya tertelan masuk ke dalam jurang kegelapan.

Sebab sesungguhnya, Kwon Joo sudah tertalu lelah.

[COMPLETED!] WHEN OUR MULTIVERSE COLLIDE. (VOICE SCIFI FANFICTION). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang