x x x i i i

19 3 0
                                    

Rose memperlihatkan chat mereka dari berapa banyak chat yang masih tersimpan rapi di dalam penyimpanan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose memperlihatkan chat mereka dari berapa banyak chat yang masih tersimpan rapi di dalam penyimpanan ponselnya.

Itu adalah pesan ketika mereka telah makan malam bersama. Nyatanya, lelaki itu mengambil pose jeleknya tanpa sepengetahuan.

Pop up ponselnya beralih ke nada dering panggilan dengan menampilkan siapa si penelpon.

Nessa is calling ...

"Gue didepan asrama, nih!" tegas Nessa berdecak setelah panggilan telepon terhubung.

"Online balas chatnya siapa, sih? Lama banget--"

Rose mematikan sambungan telepon lalu menyusul temannya itu di depan penjagaan asrama meraih jaket rompi miliknya yang tergeletak di gantungan.

Cukup tabah dengan peraturan penjaga asrama di Agency Internasional Accademy ini. Jika orang luar dengan istilah 'tamu', mereka diwajibkan memangil orang yang ingin dikunjungi selagi menunjukkan kartu kewarnegaraan asrama.

Itu membuat Rose menemui Nessa di pintu penjagaan selagi berurusan dengan Bapak berkumis berpakaian putih itu memberikan kartu anggota asrama, agar dipastikan dan diperbolehkan.

"Rose!"

Nesa memeluk Rose ketika mengetahui keberadaannya. Rose menunjukkan kartu anggota asramanya kepada penjaga lalu mengangapi temannya itu, "Lo kayak ga ketemu gue satu abad."

"Kan emang," cibir Nessa memberikan cupcake. "Sok sibuk, sih."

"Daripada lo rebahan mulu, gayanya sibuk-sibukan."

Sesampai di asarama Rose, Nessa sibuk-sibuknya menata cupcake dengan rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampai di asarama Rose, Nessa sibuk-sibuknya menata cupcake dengan rapi. Balutan coklat dengan bentuk topping meses cares freckles, apalagi aromanya sangat mengundang selera.

"Gue beli seratus lima puluh dolar yen."

"Terus gue harus bilang 'Wow'?"

"Gak juga sih." Nessa mengacak rambutnya yang tidak gatal, menyegir kuda ala andalannya.

Padahal, gadis itu tidak membeli dengan harga yang ia sebutkan tadi. Cupcakenya itu adalah oleh-oleh dari Kakek buyutnya. Keluarga jauhnya menginap dirumahnya selama beberapa hari. Begitulah.

Ya. Masa Nesaa bisa makan sebanyak itu?

Nasib menjadi anak tunggal, tidak sesuai dengan porsi kecil makanannya.

"Nessa ... gue sendirian, Chanyeol ninggalin gue, hiksss."

Nessa tergejolak kaget dengan peruntunan kalimat Rose. Ia segera menaruh mapan kue cupcakenya lalu menenangkan temannya itu.

"Ditinggal sewaktu sayang-sayanya?"

"Nessa! Gue ga bercanda!" Rosse memutar bola mata malas dibalas dengan kekehan kecil Nesa.

Ini adalah waktu para cewek saling bertukaran cerita, dengan gaya dramatis yang selalu di setiap adegan.

"Lah gimana keadaan perasaan lo?" Nesa bertanya balik.

Rose mangangkat bahunya bertanda, ia sendiri pun tak mengerti. Bagaimana perasannya. Bagaimana pertemanannya. Bagaimana hubungannya dengan Chanyeol. atau hanya sekedar partner collaboration.

Rose yang tanpak sibuk berfikir, keheningan senyap ketika Nessa tertawa kencang terbahak-bahak.

"Ketawanya dikecilin volumenya," tegur Rose memakan hidangan cupcake milik Nessa di meja makan.

***

[✔] food bloggerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang