h

76 13 19
                                    

•~•
▪︎'h' you're so heavenly▪︎

Hari ini hari Senin. identik dengan hari yang paling tak disukai pelajar dan pekerja dalam seminggu. berhenti malas-malasan, dan kembali mengerjakan hal-hal rumit.

namun berbeda dengan keadaan sekolah Wakanda genk, sebab sekolah merekahari ini meliburkan upacara dan menetapkan bahwa hari ini, mereka diperbolehkan pulang setelah jam keempat selesai dengan alasan rapat yayasan.

tampaknya semuanya bahagia. Tak terkecuali sepasang tokoh utama kita, yang kini sedang duduk berhadapan berdua di kantin. tak bisa lagi dianggap berdua sih, karena tiba-tiba sekelompok orang bergabung memenuhi bangku dengan pasangan masing-masing

"udah pesen Heng?" Lucas bertanya pada Hendery, yang memang biasa dipanggil Aheng oleh orang terdekatnya.

"belom. nunggu lo semua lama."

"ya maap, jemput pawang dulu dong biar makannya afdhol." Lucas menjawab sambil melingkarkan tangan besarnya ke pundak Jungwoo, pacarnya.

"ciee, Dejun udah official nih sama Hendery?" goda Jungwoo yang dijawab Xiaojun "belum kak." nyengir, dan menggelengkan kepala

"di official dong Der! katanya suka, udah deket gitu kok digantung mulu" celetuk Changbin di pojok meja, dan dilanjutkan Soobin,

"malu lo sama Jarwo! dia gendut burik gitu juga pas suka Surti langsung ngungkapin. mana dilapangan, trus diterima lagi. jadi couple of the year kan mereka!" sindirnya.

fyi, Jarwo adalah teman sebangku Soobin yang seperti di deskripsikan. lalu Surti, ia adalah anak lugu dari kelas akselerasi, anak ibu kantin yang paling disayangi warga sekolah karena kepintaran dan sifat ramahnya, serta rupanya pun manis dan cukup imut

"udah udah! ini mau pada pesen apa?? gw traktir deh, mumpung baik" ucap Guanlin disela-sela perdebatan kurang berfaedah tadi. mendengar kata 'traktir', langsung saja Dino dan Yangyang sebagai jomblo disana segera menawarkan diri memesankan makanan mereka

"eh! gw sama Yangyang aja yang mesen. mau makan apa?" tanya Dino semangat, juga mengambil 2 lembar uang merah yang diserahkan Guanlin

semuanya pun mengatakan pesanan mereka kepada Yangyang dan lansung dicatat di note hp, lalu kemudian ia menyusul Dino yang tadi sudah melesat duluan ke area penjual minuman di sebelah kanan dari arah muka kantin.

10.45

waktunya pulang hari ini!

sudah rutin sejak kejadian kehujanan pada chapter ke 3 kemarin, mereka berdua selalu pulang bersama, dengan harapan bisa semakin akrab

buktinya, kini keduanya mampir ke taman pinggir kota sambil menyandarkan diri di pohon rindang, dengan es krim 3 rasa di masing-masing genggaman

"kangen rumah" gumam Xiaojun pelan. nampaknya, Hendery masih bisa mendengar suara lirih tersebut

"mau pulang aja Jun?" tanya Hendery memastikan

"iiih maksudnya tuh kangen ayah bunda sama adek di rumah" Xiaojun menjawabnya lucu; mencebikkan bibir dan memakan es krimnya kembali dengan memalingkan wajah ke arah lain

"ya kan aku nanya doang. kamu mah ngambekkan" ujar jujur Hendery walau tetap saja ditambahkan filter dalam kalimatnya

"Dejuuuun" rengek Hendery sambil memegang tangan kiri Xiaojun yang menganggur dengan memijat-mijat pelan jarinya

"kalo mau aku gak ngambek ada syaratnya!" kata Xiaojun yang memalingkan kembali wajahnya kerah Hendery lalu tanpa sadar mengeratkan genggaman Hendery di tangannya

"a-apa syaratnya?" refleks Xiaojun ternyata menyebabkan Hendery salting dibuatnya

"beliin seblak depan taman situ! sama kesananya gak boleh make motor, jalan aja. tapiiiii, kamu gendong aku dipunggung!" syaratnya sungguh mudah, menurut Xiaojun sendiri. sementara Hendery, memasang senyum pahit. lagi-lagi, ia menyematkan prinsip percintaannya,

'cinta itu perlu diperjuangkan'

yaaah.. mungkin kata tersebut cukup untuk menyemangati dirinya saat ini. Xiaojun pun seakan tak punya dosa, menaiki punggung Hendery lalu melingkarkan tangannya sambil berkata "kudaa! ayo berangkat!"

semoga saja Hendery kuat.

ditengah perjalanan 'gendong-gendongan' itu, Xiaojun melihat seorang nenek yang ingin menyebrang jalan raya, dengan kondisi duduk diatas kursi roda, tanpa penjagaan seseorang disampingnya.

"Der, turunin aku deh cepetan!" ucap Xiaojun agak tergesa

"kenapa?" Dejun segera memberi kode padanya untuk melihat kearah depan. menyadari ada sesuatu di sana, keduanya segera mendatangi sang nenek, dengan harapan bisa membantu beliau sampai ke seberang taman

"nek, mau nyebrang ya? kita bantu ya" tawar Xiaojun kepada sang nenek. beliau tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya

"eum, kayaknya kalau pakai kursi roda bakal susah Nek. di seberang langsung trotoar gitu dan gak ada tanjakkan buat jalannya. nenek berkenan digendong sama teman saya?" tawar Xiaojun sekali lagi. Nenek tersebut mengiyakan saran Dejun

"nah, Der. siniin tas nya. kamu gendong nenek ya" ujar Xiaojun lembut dan dibalas senyum oleh Hendery dan langsung saja ia menyodorkan tas sekolahnya. tanpa berlama-lama, ia membantu sang nenek untuk naik ke punggungnya.

lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi merah, menandakan bahwa kendaraan lalu lintas harus berhenti dan mereka diperbolehkan untuk menyebrang. segera keduanya berjalan sambil membantu sang nenek. kebetulan, tujuannya sama, warung seblak.

sesampainya di warung, nenek tadi berucap "terimakasih nak. tadi kalau kalian gak ada, mungkin nenek bakal nunggu lama disana sampai anak saya nyamperin sehabis ngelayanin pelanggan."

"loh, ini warung anaknya nenek ta? saya kira juga mau jajan disini" ujar lugu Xiaojun yang di balas kekehan sang nenek

"yaampun buuk! maaf banget tadi saya banyak pelanggan trus malah kelupaan ibuk. nak, makasih banget ya udah nganterin ibuk." lega ibunya sudah pulang diantar kedua orang baik di depannya, ia merasa berterimakasih sekali

"iyo nduk gak apa-apa. tadi ibuk juga liat warungmu ini rame banget. oh iyo, iki podo mrene gak cuma nganter ibuk, arep tuku seblak juga. di gratisi yo, apikkan" sang nenek mengintruksikan anaknya di akhir kalimat agar ia memberi seblak untuk keduanya, kali ini dengan cuma-cuma.

"mboten mbak, niki kulo bayar mawon." tolak halus Xiaojun

"gak usah dek. kebaikan dibalas dengan kebaikan. ya, gak usah sungkan" kekeuh Penjualnya, lalu disela Hendery,

"maturnuwun buk, nek. udah ah, duduk aja susahnya apa sih. menghargai pemberian orang, Jun." ucap Hendery menengahi, dan kemudian disusul Xiaojun yang mengalah dan mendapatkan seblak gratis, sembari berbincang kecil dengan sang nenek

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang