g

96 14 16
                                    

•~•
▪︎'g' you look good to me▪︎

senja sudah menampakkan keelokannya, didukung semburat merah sang surya juga deru angin yang semakin meng-indera. tampaknya, cantiknya senja masih tak dapat menandingi Xiaojun yang terlelap dengan indahnya, batin Hendery bersajak ria.

"Dejun, bangun yuk! udah sore nih" ucap Hendery membangunkan sang rapsodi yang terlihat nyaman demgam dunianya

"bentar lagi iiih. masih ngantuk" ucap malas Dejun bersamaan dengan rengekan kecil pertanda dia masih belum ingin bangun

"udah jam 5 lho. aku gendong loh kalo gak bangun-bangun" tak terduga, Xiaojun malah membalas,

"gendong ajaaa" suaranya ia buat-buat bagai bocah yang merengek dibelikan balon, lucu.

"e-eh! y-yaudah hayuuk!" dari suaranya, sudah kelihatan kalau Hendery salah tingkah namun senang. tanpa berlama-lama, Xiaojun sudah berada di gendongannya dan tetap tertidur seakan tak terusik.

btw, Hendery menggendongnya dengan koala style.

selama digendongan Hendery, Dejun mengigau,

"ayah, nanti main lagi ya"

"ayah, kok ayah diem aja sih" racau Xiaojun sambil menepuk punggung Hendery pelan

"yah, beliin bakso pertigaan!"

"ayah, bunda mana?"

dan racauannya hanya menyangkut tentang ayah dan bundanya terus sampai ia di letakkan Hendery di kursi penumpang.

"eunghhh.." perlahan, Dejun bangun dan kaget karena kini Hendery terlihat duduk di kursi pengemudi sambil menatapnya intens.

"h-henderry?" 

"iyaaa. gimana Xiaojun, masih mau bakso?" pertanyaan Hendery lontarkan karena pikirnya tadi Xiaojun merengek karena ia pikir Hendery itu ayahnya. dalam hati, ia berniat menawarkan makan karena sejak sampai disini mereka belum makan, dan tadi Xiaojun tanpa sengaja memberinya ide

"b-boleh" salting. ia mengingat apa yang diucapkannya saat meracau tak jelas di gendongan Hendery tadi

Hendery terkekeh dan mencium lembut pipi Xiaojun melesatkan mobilnya menuju arah warung langganan keluarga Seo saat berlibur atau berkunjung ke daerah ini. sedangkan Xiaojun, masih saja salah tingkah dan memalingkan wajahnya yang dipastikah merah merona itu ke arah kaca.

5 menit perjalanan yang canggung pun terlewatkan. kini keduanya sudah berada di meja makan yang ada dengan posisi berhadap-hadapan. 

"loh, Mas Aheng to? iki karo sapa mas? ndengaren mampir gak karo ibukmu" ucap terkejut namun ramah sang penjual yang bernama Pak Cahyo, yang kebetulan merupakan tetangga sekaligus kakak kelas semasa smp ibunya di Solo dulu.

"njih pak, niki kula kalihan rencang. ibuk dhateng luar kota kalih bapak. wau saking villa terus bablas mampir mriki." jawab Hendery dengan bahasa dan logat jawa yang membuat kaget Xiaojun.

"owalah ngono ta. yowis, arep pesen opo?" tanya Pak Cahyo dan menawarkan pesanan

"mau apa Jun?"

"bakso deh, sama es jeruk aja" 

"bakso 2, sama es jeruk 2 pak" final Hendery yang dibalas pak Cahyo dengan acungan jempol.

"lu asli orang mana sih? bahasa jawanya bagus gitu" tanya Xiaojun penasaran

"papa tuh campuran orang batak+jawa, trus mama asli suku jawa, Solo tepatnya. Tapi, gw lahir di puncak alias villa tadi 4 tahun, trus akhirnya kita pindah dan menetap di depok." jelas Hendery 

"Loh, aku juga asli Solo" ucap Dejun sedikit tak menyangka lalu dibalas,

"gak nyangka loh. ternyata tetangga kita, Jun. cocok lah. fiks, Jodoh!" ucap Hendery penuh keyakinan, seakan dirinya adalah orang paling beruntung sedunia setelah perbincangan singkat tadi. 

orang-orang sudah melihat Hendery dengan tatapan bingung, karena yang ditatap kini sedang mengepalkan tangan sambil mendongakkan kepalanya dan bergumam kata 'yes'. kelihatannya, Xiaojun sedikit malu akan kelakuan orang di hadapannya.

"sungguh memalukan! aku benar-benar malu!" gumam dramatis Xiaojun lalu membuka hpnya seakan tak melihat kelakuan Hendery

"ekhm. ini pesenannya" sela Pak Cahyo, sambil menghidangkan pesanan mereka berdua dan menyadarkan Hendery akan dunia.

"Aheng! dimaem kui baksone! ojo gur kumat wae. aku nak dadi kancamu wis tak pemdem kowe kat mbiyen. isin aku" ujar Pak Cahyo pedas melihat kelakuan pelanggannya dan temannya yang tak mau menganggapnya ada

"hehe. maturnuwun Pak." ucap terima kasih Hendery.






AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang