Januari-Maret, 2020

18.7K 4.2K 1.8K
                                    


Januari 2020

Bulan cepat sekali silih berganti, dan tidak disangka sekarang sudah awal tahun.

Pergantian periode kepengurusan himpunan pun mulai dilaksanakan—seperti bagaimana setiap tahunnya biasa dilakukan.

Meskipun aku sudah tidak lagi menjadi pengurus, aku tetap datang untuk melihat kondisi lapangan. Ingin melihat saja bagaimana kabar adik-adikku yang akan demisioner dan yang akan dilantik.

Lebih tepatnya, aku ingin melihat Haidan juga.

Dan jujur saja, ini juga merupakan permintaan Haidan pribadi.

Setelah libur semester ganjil, aku tidak pernah lagi bertemu dengan Haidan. Tentu saja karena aku pulang ke Bogor, sedangkan Haidan di Bandung.

Anehnya, beberapa kali dia sempat mengirimiku pesan random yang aku tidak tahu apa tujuannya.

Dan kalian mau tahu apa lagi yang membuatku hampir gila?

Dia tidak lagi memanggilku dengan panggilan hormat. Entah apa alasannya, aku juga tidak tahu. Semuanya terjadi begitu saja—dan aku yang memang notabene bukan orang yang senioritas, tidak terlalu mempermasalahkannya.

Monday, 8:12 PM

Haidan Janardana: gistara

Gistara Mayeesha: ???

Haidan Janardana: gapapa manggil aja hahahaha

Gistara Mayeesha: idih anehhhh

Thursday, 7:55 AM

Haidan Janardana: gista udah bangun belum???

Gistara Mayeesha: kenapa nanya nanyaaa

Saturday, 10:11 AM

Haidan Janardana: gigi

Gistara Mayeesha: APA SIH

Sunday, 9:01 AM

Haidan Janardana: selamat hari minggu gistaaaa :D

Gistara Mayeesha: idaaaannnn knpppp

Sunday, 2:56 PM

Haidan Janardana: besok mumas loooh dateng donggg

Gistara Mayeesha: ngapain, aku udah ngga ada kewajiban wkwkwk

Haidan Janardana: ketemu aku :D

Gistara Mayeesha: emangnya aku mau ketemu kamu gitu???

Dan semua chat random-nya akan selalu berakhir seperti itu. Tidak berbalas.

Aku tidak tahu apa tujuannya. Kalau memang Haidan tengah mencoba melakukan pendekatan, kenapa semua chat-nya selalu berakhir mengambang. Dia tidak pernah mencoba mengangkat topik atau menanyakan kabarku. Kerjaannya hanya memanggil namaku, kemudian menghilang dan baru muncul beberapa hari kemudian. Selalu seperti itu.

Hari ini, bahkan meskipun aku sudah berpapasan dengan Haidan di ruang sidang, cowok itu hanya tersenyum sekilas padaku sebelum setelahnya sibuk dengan job desk-nya sebagai panitia divisi pubdok.

Seakan dia tidak pernah mengirimiku pesan acak setiap minggunya. Seakan dia tidak tiba-tiba memanggilku tanpa sebutan sopan lagi. Seakan tidak terjadi apa-apa.

Aku jadi bertanya-tanya, apa Haidan melakukan itu pada semua orang? Maksudku, mungkin dia juga mengirim pesan seperti itu pada Tasya, pada Raina, atau pada kakak tingkat perempuan yang lainnya.

Satu Hari di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang