November-Desember, 2019

18.5K 4.1K 1.5K
                                    


November 2019

Aku lama tidak mendengar kabar Haidan setelah dia hampir pingsan tempo hari dan membuatku harus membawanya ke klinik.

Pokoknya seingatku setelah siangnya kami makan bersama dan aku mengantar Haidan pulang ke kostannya, dia hanya mengirimiku pesan singkat yang berisi ucapan terima kasih karena aku sudah merawatnya, dan setelah itu tidak ada lagi kabar darinya.

Aku jarang melihatnya di kampus karena jadwal kuliahku dengan angkatan Haidan memang agak tidak selaras. Paling hanya pernah beberapa kali tidak sengaja berpapasan di tangga atau di lift, dan hanya sebatas itu.

Anehnya, Haidan juga tidak se-hype biasanya ketika bertemu denganku. Dia cenderung diam dan tidak seperti dirinya sendiri.

Aku sampai overthinking, apa aku melakukan kesalahan ketika terakhir mengantar Haidan sampai ke kostannya, tapi aku tidak ingat apapun.

Seingatku semuanya baik-baik saja.

Mungkin memang agak canggung sih setelah pulang dari klinik—yang aku juga tidak tahu apa alasannya. Bisa jadi karena Haidan sedang sakit jadi dia lebih pendiam. Atau, entahlah. Aku tidak bisa menerka apapun.

Tapi hari ini, ketika aku melihat Haidan lagi setelah sekian lama tengah bersenda gurau dengan teman-temannya di kantin, aku sadar kalau belakangan Haidan memang hanya tengah mendiamkanku.

Buktinya dia biasa saja kok. Terlihat seperti Haidan yang ceria dan banyak omong. Tapi kenapa tiga hari lalu ketika berpapasan di lift dia hanya menganggukkan kepalanya sekilas dan tersenyum tipis, ya? Apa mood-nya sedang jelek kala itu?

Aku yang hari ini kebetulan makan bersama Eja memutuskan untuk ikut bergabung dengan para adik tingkat karena siang ini kantin memang penuh. Tidak ada meja yang tersisa selain meja yang tengah ditempati adik tingkatku itu.

Namun, ketika teman-teman Haidan setuju, dia justru tiba-tiba beranjak sambil mencangklong tasnya.

Pamit terburu-buru pada teman-temannya, "Eh, urang sebat dulu, ya! Dah!"

Aku menatap kepergiannya dengan bingung, tapi rupanya bukan hanya aku yang kebingungan, tapi teman-temannya juga.

"Apaan sih, anjir si Idan? Dia kan kagak sebat."

-

Desember 2019

Minggu ini merupakan minggu terakhir UAS.

Aku tidak menyangka waktu berjalan secepat ini sampai tak terasa tiba-tiba aku sudah akan semester 8 saja. Dan di semester 8 nanti aku harus mengikuti program magang.

UAS terakhir mata kuliah metodologi penelitian adalah seminar proposal. Yang akan dilaksanakan lusa.

Dari sekarang, bahkan aku sudah mengalami mulas-mulas. Aku tidak mau lusa segera tiba. Aku cemas dan khawatir kalau-kalau aku tidak akan bisa melakukan yang terbaik.

Rasanya belakangan aku mulai stress dan overthinking.

Mungkin itu yang menyebabkan Haidan menyadari tampang tidak bersemangatku yang akhirnya membuat dia menyerah mendiamkanku—sebenarnya ini hanya asumsiku semata.

Aku sebelumnya tidak tahu kalau dia ada di hadapanku sampai ketika cowok itu tiba-tiba mencolek ringan bahuku.

"Teh Gigi kenapa?" tanyanya ketika tidak sengaja berpapasan denganku di depan fakultas.

Aku cukup kaget, karena sepertinya ini interaksi pertamaku dengan Haidan setelah sekian lama. Belakangan dia seakan menghindariku tanpa alasan yang jelas, dan tentu saja aku kebingungan.

Satu Hari di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang