Chapter 5

161K 5.7K 188
                                    

Hari sudah mulai sore, Camella menunggu supirnya. Tidak berapa lama, supirnya sudah datang.

Camella memasuki Mansionnya, pelayan-pelayan membungkuk hormat menyambutnya. Ia bergabung dengan ayahnya yang sedang makan malam.

"Daddy aku pulang," ucap Camella mengecup pipi ayahnya yang sedang makan dari belakang.

"Oh honey, ayo makan. Ini makanan kesukaanmu, daddy yang buat lho." Ucap Ayahnya.

"Wow steak, thank you daddy." Ucap Camella sambil menarik kursinya.

"Sekarang, jelaskan kepada daddy tumben sekali kau pergi pagi-pagi tadi?"

"Ah ya, aku sudah bekerja dad." Ucap Camella.

"Lho? Daddy tidak memaksamu untuk bekerja honey. Daddy hanya memintamu menyelesaikan pendidikanmu dengan baik, dan sekarang kau sudah melakukan itu, itu sudah cukup bagi daddy. Apa kebutuhanmu tidak tercukupi?" tanya ayahnya dengan ekspresi khawatir. Pasalnya ia selalu memanjakan Camella, ia tidak ingin melihat Camella menderita atau merasa kurang.

"Tidak daddy, itu lebih dari cukup. Hanya saja aku sudah dewasa daddy, aku tidak ingin menghabiskan waktuku dengan sia-sia, lagi pula dengan aku bekerja aku tidak perlu meminta uang lagi kepada daddy," ucap Camella mengembangkan senyumnya.

"Oh tidak-tidak honey, kau tetap putri kecil daddy. Mommy akan marah jika mengetahui daddy membiarkan putri kecilnya kelelahan seperti ini." Ucap ayahnya.

Ya, ibu Camella sudah meninggal akibat kecelakaan sejak Camella berusia 17 tahun. Sejak saat itu Camella mulai menginjakkan kaki ke tempat-tempat tidak benar, dan tentunya tanpa sepengetahuan ayahnya. Ia terpukul, tidak bisa menerima jika ia ditinggalkan ibunya secepat itu.

"Tidak daddy, aku sangat menikmati pekerjaan ini. Aku bahagia daddy," ucap Camella mengelus tangan ayahnya meyakinkan.

"Baiklah honey, aku tidak akan memaksamu. Tetapi kau harus berjanji, jika kau lelah kau harus berhenti saat itu juga." Ucap ayahnya.

"Ya daddy aku janji."

Ayahnya tersenyum memandang wajah putrinya yang kini sudah beranjak dewasa. Jika istrinya ada di sini, mungkin ia akan senang melihat pertumbuhan putrinya. Ia merindukan istrinya.

"Ah ya daddy sampai lupa, dimana kau bekerja?"

"Di Allister Company dad,"

"Wow, itu merupakan perusahaan besar honey!" ucap ayahnya terkejut.

"Yeah dad, dan kau tahu? aku ditempatkan sebagai sekretaris Ceo tersebut!" ucap Camella.

"Hebat putri daddy," ucap ayahnya mengusap lembut rambut Camella.

"Ya daddy, dan kau tidak perlu memberi aku uang lagi." Ucap Camella dengan ekspresi marah dibuat-buat. Ayahnya terkekeh melihat putrinya.

"Iya-iya honey, aku tahu kau sudah tidak membutuhkanku, bahkan gajimu saja sudah cukup untuk menghidupi dirimu sendiri, ya kan?" ucap ayahnya dengan nada pura-pura sedih. Camella tertawa melihat perilaku ayahnya, ayahnya tidak pernah berubah kepadanya.

"Ya daddy, bahkan aku bisa lebih kaya daripada daddy. Setelah aku bekerja lima tahun, maybe." Ucap Camella bercanda.

"Setelah itu kau akan melupakan daddy?" ucap ayahnya dengan muka memelas.

"Tentu tidak daddy, aku sayang daddy."

"Aku juga sangat menyayangimu putri kecilku,"

Mereka menyelesaikan makan malam mereka dengan berbincang-bincang dan diselingi tawa canda.

Camella memasuki kamarnya setelah menyelesaikan makan malamnya. Ia memutuskan untuk berendam air hangat. Ia memasuki bath up dan duduk memeluk kakinya. Hatinya terenyuh melihat ekspresi ayahnya yang selalu ceria di depannya. Ia tahu ayahnya sedang dilanda masalah setelah tidak sengaja mendengar percakapan minggu lalu.

Saat itu Thomas Alexandrio-ayah Camella, sedang berada di kamarnya. Ia sedang menelpon seseorang.

"Bagaimana bisa? Mengapa omset kita menurun drastis seperti ini? Sudah satu tahun kondisi perusahaan kita seperti ini dan tak ada perubahan." Ucap Thom.

"Kalau seperti ini, tidak lama lagi kita bisa bangkrut." lanjutnya. Thomas mematikan panggilan tersebut. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Kalau begini, putriku akan hidup susah. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi!" gumam Thom.

Camella tidak sengaja mendengar itu saat ia melewati kamar ayahnya yang tidak sepenuhnya tertutup. Ia mendengar ucapan ayahnya. Ia tidak pernah melihat ayahnya begitu frustasi.

Sejak saat itu Camella memutuskan untuk mencari kerja dengan gaji yang tinggi. Dengan begitu ia tak perlu merepotkan ayahnya lagi dan ayahnya akan fokus kepada perusahaannya lagi, atau mungkin Camella dapat membantu perusahaan ayahnya suatu saat.

Ayahnya tidak memberitahu Camella tentang masalahnya, ia tak ingin putrinya menjadi khawatir. Ia selalu ingin yang terbaik untuk putrinya, itu adalah amanat dari ibu Camella. Ia tidak bisa melihat Camella bersedih. Sesungguhnya, Thomas adalah ayah yang sangat baik. Camella sangat bersyukur memiliki ayah seperti Thomas, meskipun ia ditinggal ibunya, ia sama sekali tidak kekurangan kasih sayang.

Camella sudah keluar dari kamar mandinya, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ya?"

"Camella apa kau ke sini malam ini?" tanya Jane sedikit berteriak di seberang sana. Suasananya terdengar berisik sekali, tentu saja Jane ada di sebuah kelab.

"Tidak malam ini Jane, ayahku sedang di rumah." Ucap Camella.

"Okay girl! Aku ingin menikmati malamku, bye," ucap Jane.

Sebenarnya Camella ingin sekali pergi, namun ayahnya sedang berada di rumah. Biasanya jika ayahnya di rumah, ia akan keluar malam hari dengan sembunyi-sembunyi, namun kali ini ia tidak melakukan hal itu. Ia harus mengisi energinya untuk hari esok, apalagi untuk menghadapi Alland.

***

Alland sedang berada di ranjang king sizenya. Ia sedang membaca novel, hari ini ia tidak tertarik untuk pergi ke kelab manapun. Ia memilih menghabiskan waktu dengan novel-novel kesukaannya.

Walaupun pria itu dingin dan workaholic, ia sangat suka membaca. Itulah yang menjadi alasan dirinya begitu cerdas. Tampan, sexy, cerdas, dan sukses di usia muda. Siapa yang tidak menginginkan laki-laki itu?

Tiba-tiba pikirannya dipenuhi oleh gadis itu. Kejadian dimana ia mencium bibir manis gadis tersebut. Semakin Alland berusaha mengabaikannya, semakin ia menginginkan gadis itu. Entah getaran darimana, tiba-tiba ia menginginkan gadis itu. Alland menggelengkan kepalanya menyadarkan dirinya dari lamunan.

"Mungkin hanya sesaat," gumam Alland.

Ya, pada dasarnya Alland tidak pernah benar-benar mencintai seorang wanita. Alland hanya menginginkan tubuh mereka, dan itu pun bukan sembarang wanita yang ia inginkan. Dan ia sangat yakin, perasaannya kepada Camella sama seperti itu.









Haloha! Update✨
Thankyou guys if you read my story. Please leave a vote and comment. Hope you like it❤

Xoxo💋

Sexy Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang