Saat ini Camella sedang tertawa terbahak-bahak di hadapan Alland. Camella memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu lama tertawa.
"Sampai kapan kau akan mentertawakanku, huh?" jengkel Alland melihat gadis itu terus tertawa.
"Baik-baik aku akan berhenti," ucap Camella menahan tawanya.
Flashback on.
"Siapa laki-laki itu?"
"Laki-laki?" Camella mengernyitkan keningnya.
"Yang berbincang denganmu di telpon saat di Skotlandia."
Camella semakin bingung dengan pertanyaan atasannya, seingatnya ia tidak menelpon pria manapun.
Ah yeah! Dia baru ingat.
Saat di Skotlandia ia hanya menelpon ayahnya, dan itupun tidak di depan atasannya. Apakah Alland menguping?
"Kau menguping pembicaraanku?" selidik Camella. Alland tampak gelagapan.
"Tidak sengaja. Aku ingin memintamu melakukan sesuatu saat itu, dan kau asik bertelpon mesra." alibi Alland, padahal yang sebenarnya adalah ia sengaja menguping.
Kemudian setelah mengatakan itu, Camella tertawa terbahak-bahak.
"Mengapa kau tertawa?"
"Kau cemburu dengan ayahku, heh?" ucap Camella masih dengan tawanya. Alland sedikit terkejut, namun ia menutupinya dengan mudah.
"Kau yakin itu ayahmu?" Alland kembali ke posisi awalnya yaitu berdiri di samping Camella dengan menatap lurus ke depan.
Camella mengangguk yakin. Sekarang Camella paham mengapa Alland mendiamkannya, apa laki-laki itu cemburu?
"Kau cemburu?" ucap Camella.
"Tidak, aku hanya tidak ingin fokusmu terganggu."
"Alasan diterima." saut Camella dengan tawanya.
"Aku tidak beralasan."
Camella kembali mentertawai atasannya itu.
Flashback off.
Alland terus menatap gadis di hadapannya lekat, biasanya gadis itu hanya memasang ekspresi marah, kesal, ataupun senyum menggodanya kepada Alland. Namun kini gadis itu tertawa, tidak Alland pungkiri, walaupun gadis itu mentertawakan dirinya namun ia senang melihat tawa Camella. Ia sungguh cantik.
"Sir?" tegur Camella, pasalnya Alland hanya menatapnya lekat tanpa berkedip. Alland tersadar dari lamunannya.
"Ya?" ucap Alland menahan rasa gugupnya.
Camella beranjak dari kursinya dan menghampiri Alland yang duduk di seberangnya. Ia mendorong kursi Alland dan membelai bahu pria itu dengan sensual. Alland hanya diam melihat tingkah sekretarisnya ini, ia memperhatikan setiap pergerakan dan sentuhan yang diberikan gadis itu. Camella naik ke pangkuan Alland dan mengelus lembut rahang pria itu. Alland menatap dalam-dalam mata gadis itu. Sesungguhnya Alland mulai terangsang akibat perlakuan gadis di depannya ini.
Oh tidak-tidak!
Tidak biasanya pria itu cepat terangsang, bahkan mereka belum melakukan apapun! Oh bahkan Alland sudah mulai terangsang ketika melihat gadis itu mengenakan sweater-nya. Sepertinya ia sudah kehilangan akal sehatnya ketika bersama gadis ini.
"Mengapa kau terlihat seperti seorang kekasih yang sedang cemburu, huh?" goda Camella. Ia gemas dengan atasannya ini, sudah terlihat jelas bukan bahwa pria itu termakan oleh rasa cemburu? Tetapi ia gengsi mengakuinya.
"Aku tidak cemburu, dan aku bukan kekasihmu." ucap Alland masih dengan tatapan dingin nan tajamnya.
"Tetapi kau menatapku seperti aku adalah gadis yang paling kau cintai." goda Camella kembali.
Alland sedikit tersengat akibat ucapan gadis itu. Apakah benar yang dikatakan gadis itu? Tidak. Mustahil. Ia tidak akan pernah mencintai gadis di hadapannya ini. Semua wanita sama saja menurutnya.
"Jangan bermimpi." ucap Alland datar.
"Okay, let's see!" ucap Camella. Ia semakin gencar menggoda atasannya itu. Tangannya sudah menari-nari di dada bidang Alland yang sudah tidak tertutupi kemeja akibat ulahnya. Ia tahu betul jika pria di depannya ini sudah bergairah.
"Kau nakal." ucap Alland masih menikmati permainan Camella.
"Dan kau tidak bisa menolakku." ucap Camella dengan senyum menggoda. Ia mengecup tulang pipi Alland dan turun ke rahang pria itu. Camella menggigit-gigit kecil cuping telinga pria itu.
Kemudian Camella melumat bibir Alland tanpa persetujuan pria itu. Di luar dugaan Camella, pria itu membalas lumatan dari gadis itu. Lidah mereka sudah saling menari-nari, Alland menghisap bibir penuh milik Camella. Ciuman mereka semakin liar, tangan Camella sudah berada di tengkuk leher Alland. Tak tinggal diam, kini tangan Alland sudah menyingkap sweater Camella dan meremas bokong gadis itu dengan gemas.
Saat dirasa pasokan udara di antara mereka sudah berkurang, mereka melepaskan ciuman itu dan mengambil napas dalam-dalam, berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin. Mereka terengah-engah dan saling menatap satu sama lain dengan kilat gairah.
"Milik-mu sudah mengeras, sir." ucap Camella dengan mengulum senyum, ia bangga dengan dirinya karena berhasil membuat pria itu terangsang, buktinya saat ini sesuatu yang ia duduki terasa membesar dan mengeras.
Tangan kanan Alland berpindah dari bokong Camella menjadi ke daerah sensitif gadis itu. Alland mengusap klitoris gadis itu dengan ibu jarinya.
"Ahh.." desah Camella pelan karena mendapat sentuhan mendadak di area sensitifnya.
"Dan kau sudah sangat basah," bisik Alland.
Alland sudah tidak dapat menahan gairahnya, ia beranjak berdiri dengan menggendong depan gadis itu. Kaki jenjang gadis itu masih melingkar di pinggul Alland, tangannya dikalungkan di leher pria itu. Alland berjalan tanpa melepaskan tatapannya kepada Camella.
"Kau ingin membawaku kemana, sir?" ucap Camella karena pria itu mengangkatnya.
"Di sini." ucap Alland mendudukkan Camella di meja kerjanya yang terhitung luas.
"K-kau yakin? Di sana ada sofa, sir." ucap Camella menunjuk sofa di ruangan Alland.
"Kita belum pernah melakukannya di meja, naughty girl." bisik Alland sensual. Pipi Camella bersemu merah mendengar penuturan pria itu.
(Kurang lebih seperti ini spot naena mereka ehe)
Haloha! Update✨
Mwehehehe hayolo digantung pas mau naena😂
Thankyou yang sudah menyempatkan membaca!❤🤗
Jangan lupa vote and comment yaps!💞Love you all!
Xoxo💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Bitch
Romance"Aku ke sini ingin mengajakmu untuk tidur denganku." "Impossible!" *** Reputasi seorang Camella Oliver sebagai seorang penakluk laki-laki malam itu tercoreng karena penolakan Alland Chris Allister, tetapi semua orang di kelab juga tahu kalau tidak m...