Jacob berjalan menyusuri hutan, mengingat-ingat kembali jalan yang mereka lewati tadi malam. Tapi percuma. Ia tak bisa mengingat apapun. Keadaan siang ini dengan malam tadi benar-benar berbeda. Meski begitu, Jacob tak menyerah. Ia terus berjalan untuk menemukan ujung dari hutan ini.
Tiba-tiba saja, suasana menjadi gelap. Angin kencang berhenti berhembus. Jacob merasakan sesuatu memperhatikannya. Sesuatu yang menatapnya dengan tatapan mencekam.
“Siapa di sana?”
Prasangka buruk mulai memenuhi kepalanya. Jantungnya mulai berdetak tak karuan. Ia ketakutan. Ditambah ketika ia mendengar seseorang berlari dari satu pohon ke pohon lain.
“Siapa itu? Kevin? Juyeon? Chanhee? Apa itu kalian? Kalian mengikutiku?”
Sekilas, ia lihat sosok hitam berlari dari pohon ke pohon.
“Chanhee, Kevin, Juyeon! Hentikan! Aku serius! Jangan bercanda! Keluarlah!”
Kini Jacob merasa ada sosok yang mendekatinya secara perlahan. Suara gemerisik rumput yang terinjak perlahan demi perlahan membuat bulu kuduknya merinding. Tanpa menoleh, Jacob akhirnya memutuskan untuk berlari sekencang mungkin agar dapat kembali ke rumah di atas tebing itu. Ia bisa merasakan sosok itu mengejarnya.
—
“Hyu- Hyung… Jacob Hyung!”
Kevin membuka matanya ketika mendengar suara Chanhee.
“Chanhee?” Kevin memperhatikan Chanhee yang masih tertidur, namun wajahnya gelisah. Tubuhnya pun begetar tampak tak nyaman. “Chanhee, bangunlah!”
Dengan satu teriakan dari Kevin, Chanhee membuka mata. Secepat mungkin ia mendudukkan dirinya di atas kasur. Napasnya tersengal. Kevin memperhatikan dengan bingung dan perasaan khawatir.
“Chanhee? Kau baik-baik saja?”
“Kevin,” Chanhee menoleh dan menatap Kevin. Dengan cepat, dipeluknya tubuh lelaki berambut legam itu.
Chanhee tak menangis, namun Kevin tahu bahwa anak ini sedang tidak dalam keadaan baik.
“Chanhee? Ada apa? Kau bermimpi buruk?” Chanhee menggeleng, entah itu jawaban dari pertanyaan Kevin atau Chanhee hanya tak ingin menjawab. Kevin lalu menghela nafas, lalu mengusap punggung Chanhee. “Tenangkanlah dirimu.”
Hening sejenak. Kevin menunggu sampai Chanhee merasa benar-benar tenang. Setelah ia dengar nafas Chanhee sudah normal, tanpa melepas pelukannya, Ia kembali bertanya. “Kalau bukan mimpi buruk, apa yang membuat begini? Ceritakan padaku, Chanhee.”
“Entahlah, Kevin. Aku… Punya perasaan tidak enak.”
“Perasaan apa?”
“Seperti… akan ada hal buruk terjadi. Benar-benar buruk. Aku tak tahu apa dan kapan itu akan terjadi,” Chanhee mengeratkan pelukannya pada Kevin. Kembali Kevin rasakan tubuh anak ini gemetar. “Kevin, aku benar-benar takut.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunger
FanfictionIt's a wood. No, it's a trap. - Kevnew Juric Sangcob Thriller, mystery, fantasy (?) PLEASE READ NOTES AND WARNINGS IN THE PROLOGUE THANKS