5 - The Monster

425 76 28
                                    

⚠⚠⚠
Chapter ini mulai sadis, meski pun masih kadar ringan dan nggak detail. Di awal sudah diperingatkan lho, ya. Kalo ada apa-apa, maaf saya nggak bisa tanggung jawab.

Selamat membaca...

Hujan makin deras dan kemungkinan di luar terjadi badai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan makin deras dan kemungkinan di luar terjadi badai. Bahkan sambungan listrik terputus akibat sambaran petir. Kini keadaan seisi rumah gelap. Keenam penghuni sementara di sana juga sudah berada di kamar masing-masing, mencoba mengistirahatkan diri setelah perjalanan mereka yang sama sekali tak menunjukkan titik terang.

Hyung...”

Juyeon mendengar suara rintihan dari Eric. Ia membuka mata dan menemukan Eric tengah menggenggam lengannya.

“Eric? Kau sadar,” setelah memeluk tubuh sang maknae, Juyeon melepaskannya dan memberikan sebuah kecupan di puncak kepala lelaki mungil itu. Kemudian matanya menatap khawatir pada wajah lesu milik Eric. “Ada apa, Eric?”

“Aku... Aku lapar, hyung.”

“Tapi aku tak tahu apa makanan tadi siang masih bisa dimakan atau tidak,” jawab Juyeon.

“Aku lapar, hyung.”

Juyeon mendapati Eric terus menatapnya. Kasihannya bocah ini. Padahal ia sedang dalam keadaan sakit, tapi harus mengalami kondisi seperti ini.

“Baiklah. Akan kulihat apa makanan tadi siang masih bagus atau tidak. Kau tunggu di sini, ya?”

Setelah meninggalkan kecupan lembut di bibir yang dia rindukan itu, Juyeon turun dari kasur dan berjalan menuju ruang makan. Ia menemukan panci yang tadi siang mereka pakai untuk memasak. Dicicipinya apapun yang ada di dalam panci itu.

“Syukurlah masih bisa dimakan meski pun sudah dingin,” Juyeon tersenyum lega, lalu mengambil mangkuk dan memasukkan makanan itu ke mangkuk.

Tiba-tiba saja, Juyeon merasa ada yang aneh. Udara di sekitarnya terasa dingin. Ia mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Tapi entah kenapa, ia tak berani menoleh ke belakang.

“Eric. Apa itu kau?”

“Iya, hyung. Ini aku.”

Ya, itu suara Eric. Tapi Juyeon justru makin tak berani berbalik setelah mendengar suara Eric. Rasanya ada yang berbeda.

“Aku sebentar lagi selesai. Kenapa kau tidak tunggu di kamar saja?” ujar Juyeon. Dalam hatinya ia sudah ketakutan. Tapi ia mencoba percaya bahwa itu adalah Eric.

Keadaan kemudian sepi, tak terdengar suara Eric. Juyeon kini bisa berbalik. Tapi ia tak melihat ada Eric di sana. Tiba-tiba ia rasakan ada sebuah tangan menggenggam pundak kanannya dari belakang.

“Karena aku…”

Mendengar suara Eric tepat di telinganya, Juyeon menoleh.

“Kelaparan.”

HungerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang