"Yang suka sama kamu, kamu cuekin. Yang cuek sama kamu, kamu sukain."
🍁
"Ibu kangen kamu ...." Riana berujar susah payah, nada suaranya yang getir terdengar begitu memilukan. "Ibu sama Qira kangen sama kamu, El."
Suara itu kontan menghentikan gerakan Qirani. Cewek itu terdiam untuk beberapa saat, berusaha untuk tetap berdiri tegak di tempatnya.
"Ibu sayang sama kalian berdua ... Ibu sayang sama kamu, Daniel." kali ini suara memilukan itu nyaris terdengar seperti jeritan tertahan. "Tapi, Ibu nggak bisa bilang itu karena kamu terlalu benci sama Ibu."
Dari jarak itu Qirani dapat mendengar suara isakan tangis Ibunya yang perlahan mulai pecah dari balik dinding. Sesak seketika kembali meremukkan dada gadis itu.
"Qira janji bisa lewatin semuanya, tapi Qira mohon Ibu jangan nangis ...." gumam Qirani lirih. Ia bisa merasakan kini air mulai menggenang dibalik matanya.
Digenggamnya kuat-kuat kantong plastik yang berada di sebelah tangannya dan menguatkan pegangannya pada gagang pintu sebelum membuang napasnya berat.
"Jangan nangis, jangan nangis. Seenggaknya gue harus kuat untuk Ayah sama Ibu."
Qirani hendak berlalu dari tempatnya namun suara Riana kembali menghentikan langkahnya.
"Sekarang keluarga ini cuma punya adik kamu yang bisa diharapin, El."
Gadis itu sadar bahwa beban yang dipikulnya sekarang bukan hanya tentang masalahnya sendiri tapi juga keluarganya.
Ada banyak setumpuk harapan yang harus ia pikul sendirian demi sebuah pengharapan yang diharapkan darinya.
•••
"Qira!"
Gadis itu langsung terbangun dari tidurnya, ia mengusap wajahnya letih kemudian memperhatikan bukunya yang masih terbuka di hadapannya yang artinya ia tak sengaja tertidur dimeja belajar saat mengerjakan tugas.
"Qira buka pintunya, Ibu mau masuk!"
Qirani kembali tersentak dan dengan cepat ia menyahut. "Pintunya nggak Qira kunci kok, Ibu masuk aja."
Suara decitan pintu bergesekan dengan lantai langsung terdengar, diikuti dengan Ibunya yang kini berdiri di depan muka pintu.
"Malam-malam kayak gini temen kamu kesini buat apa?" tanya Riana datar.
"Temen?" Qirani mengerutkan dahinya. "Nay maksud, Ibu?"
Ibunya diam cukup lama, menatap Qirani lamat-lamat, sedangkan Qirani sendiri berusaha untuk menghindari tatapan Ibunya.
"Bukan, tapi temen kamu yang cowok."
Qirani sontak merapatkan bibir, berusaha untuk tidak memekik saking terkejutnya.
Riana menatap intens putrinya sebelum berlalu dari sana. "Kamu samperin dulu sana."
Butuh beberapa detik sampai Qirani bisa meraih kesadarannya. "Siapa, ya?"
Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat saat melewati Riana yang kini tengah berada di ruang tamu.
"Kamu mau kemana sampai ganti baju kayak gitu?" tanya Riana mengintimidasi.
"Eng-gak kemana-mana kok," walau terbatah gadis itu berusaha menyelesaikan kalimatnya tanpa kegugupan. "Cuma mau ke warung depan sekalian beli pulpen."
"Sama temen kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Must You?
Teen FictionShadrina Aletha Qirani. Seorang gadis remaja yang memiliki banyak ketakutan dalam hidupnya. Saat ia hanya memiliki Daniel sebagai pelindung satu-satunya, gadis itu malah menyaksikan kematian kakaknya tepat di hadapannya. Lalu, kehadiran Miko sebaga...