BAB XI

6.3K 1K 1.2K
                                    

*Mohon Perhatian, adegan kekerasan akan muncul, jadi bagi yang tidak kuat, bisa diskip. Ini Bukan bacaan anak dibawah 18+, untuk yang sudah 18+ juga tetap harus menjaga pikirannya supaya terkendali dan jangan sampai dibawa kedunia nyata. terimakasih.

"Baik, terimakasih laporannya. Tolong nanti kabari saya lebih lanjut." Arlan menyudahi telfonnya. Tapi, tubuhnya kini tak bergerak seiincipun, saat merasakan benda tajam menyentuh kulitnya. "Siapa?"

"Maju...duduk dan jangan macam-macam." Suara berat itu memerintahkannya, Arlan menurut. Ia duduk di salah satu bangku taman. Sedangkan orang mengancamnya duduk dihadapannya, melepaskan topi dan kumis palsunya.

"Bachtiar.."

Laki-laki itu tersenyum. "Sudah lama tidak bertemu."

"Kau.."

"Aku sudah keluar sejak setahun yang lalu. Tapi, aku gunakan waktu untuk bertahan hidup, mencari pekerjaan tidak semudah dulu. Sekolahmu sudah banyak kemajuan sekarang." Ujar Bachtiar. "Tapi, semaju apapun, kau bahkan tidak bisa mengenaliku dengan baik. Kita sempat bertatapan beberapa kali disekolah, kau benar-benar tidak mengenaliku lagi."

Arlan menghela nafas, "Apa maumu sekarang?"

Bachtiar tersenyum, "Tentu saja mewakili tugas malaikat maut untuk menjemputmu. Tugasku sebagai suami dan ayah sudah tidak lagi memiliki kuasa. Si bisu itu bahkan terlalu takut untuk bertemu denganku." Ia memajukan posisi duduknya. "Bagaimana mungkin, kau bisa begitu baik pada keluargaku?"

"Tidak peduli mereka keluargamu atau bukan, yang perlu kulakukan hanya membuat mereka aman dari parasit seperti kau Bachtiar. Anakku juga meminta aku menjaga mereka, hitung-hitung bisa sebagai ibu pengganti bagi Evans-Bryan."

"Siapa kau, sampai berani mengambil keputusan itu!"

"Farhan, aku melihat anakmu punya potensi. Dia bahkan melebihi anakku sendiri, aku tidak membandingkan, aku tetap bangga pada anakku sendiri. Tapi jika Farhan terlahir sebagai anakku, aku juga akan sangat bangga. Bukan bertindak bodoh melalukan hal yang tidak berguna." Ejek Arlan. "Apa yang sekarang kau dapatkan setelah ini? Berusaha melengserkanku, tapi malah terjatuh sendiri." 

Bachtiar bangkit dari tempat duduknya, mengarahkan pisau ke wajah Arlan. Namun, laki-laki itu tidak bergeming sedikitpun, ia bersikap sangat tenang dan masih bisa memberikan senyumnya. "Apa ucapanku salah? Apa yang tersisa untukmu sekarang? Hukumanmu karena sudah membuar Erlangga dan Istrimu terluka bahkan belum siap. Sekarang, kau malah berniat menambah daftar dosamu?" 

"DIAAAMMM!!"

'Slaaapppp'

"OM ARLAANNN!!!" Erlangga adalah orang pertama yang menyaksikan keributan itu langsung memekik keras. Reta, Bryan, dan Nana yang mendengar teriakan itu langsung berlari keluar dari kamar. Sementara sang pelaku langsung melarikan diri. Erlangga berlari menghampiri Arlan, berusaha menahan pendarahan. 

"PAPAAA!!!" Reta yang datang lebih dulu juga memekik shock. Nana menahan Reta untuk tidak melihat lebih dekat, Bryan yang paling terakhir datang membantu Erlangga. 

"Hubungi Ko Evans Bry.." Ujar Erlangga. Bryan mengangguk patuh dan menghubungi kokonya itu. 

**************************

Helena keluar dari gedung perusahaan, ia tidak menemukan mobil Ethan melainkan mobil Jordan beserta pemiliknya. Laki-laki itu bahkan membukakan pintu untuknya. "Gue anter lo pulang." Gadis itu memutar bola matanya dengan malas, ia mengambil ponselnya berniat menghubungi managernya. "Gue dihubungi sama Jason, kalau Ethan pulang karena gak enak badan. Dia juga minta gue buat ngejemput lo." 

"Adek gak ada akhlak." gumamnya kesal. "Makasih, gue bisa naik taksi."

Sebelum Jordan meneruskan ucapannya, ponselnya berdering. "Hallo..."

Come And Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang