6

43 7 0
                                    

Renjun masuk ke dalam kelas dengan kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun masuk ke dalam kelas dengan kesal.

Dia baru saja dari ruang guru untuk meminta pendaftaran menjadi anggota penyiar.

Tapi yang mereka bilang kalau ruang siaran sedang tidak membutuhkan anggota dan sedang tidak membuka pendaftaran.

Apa apaan?

Renjun mendengus lalu duduk di bangkunya dan segera menenggelamkan wajahnya.

"Lo kenapa dah?" tanya Haechan mendatangi bangku Renjun, "epet amat muka kaya abis di tolak cintanya."

Renjun menatap Haechan tajam, "yakali ada yang nolak pesona gue."

Haechan mencibir, "ya terus lo kenapa?"

"Gue gak diterima jadi anggota penyiar."

"Ya itu lo di tolak bego."

"Tapi kan bukan di tolak cintanya."

"Tapi ada tuh yang nolak pesona lo."

Renjun mendengus dan lebih memilih mengabaikan Haechan dengan memainkan handphone-nya.

"Eh iya, tumben lo exited banget? Gak ikut kelas seni gitu?"

Renjun menggeleng, "mau dapet pengalaman baru aja."

"Lo bukannya udah nerima yang radio yutup itu?" tanya Haechan.

Renjun menggaruk tengkuknya, tidak tahu harus menjawab apa. Dia bingung.

"Lo mah kagak bisa nipu."

Tak lama, Jeno datang dengan senyum khasnya. Membuat beberapa penggemar yang ada di kelas segera mengabadikan itu.

"Ehkhem. Peraturan menjaga privasi, tolong," ucap Renjun membuat mereka memasukkan handphonenya kembali.

"Sadis amat lo," kata Jeno.

Renjun menggidikkan bahunya tanda tak peduli. Toh, memang harus ya semua kegiatan idol di publikasikan?

"Eh iya. Tugas besok, lo pada udah beres?" tanya Jeno.

"Lo nanya ke Haechan juga Jen?"

"Lo mah. Gue udah beres elah Njun," geram Haechan.

"Tugas bahasa korea aja lo kemaren nanya ke gue. Yang orang Korea lo apa gue?" tanya Renjun.

Haechan mendengus, "ya kan gue lupa."

"Bukan. Yang matik itu. Gue gak begitu ngerti vektor, jadi gue tanya Chenle. Gila sih dia beneran nyelesein," kata Jeno kagum mengingat kemarin dia dan Chenle yang belajar bersama.

"Ya gak salah. Emang tu anak demen matik," ucap Renjun yang juga diangguki Haechan.

"Kaget aja. Di Cina yang matiknya pake bahasa Cina, kan musingin. Dia bisa-bisanya dapet nilai gede."

[1] psychí - Huang Renjun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang