"Drama nolak pasien rujukan masih suka berlangsung?" tanya Laynard setelah mendengar perintah Lisa pada perawat.
Lisa mengangguk. "Ya, kadang. Makanya kita harus jelaskan kondisi pasien sampai detail untuk menjadi bahan pertimbangan rumah sakit rujukan supaya menerima pasien yang mau dirujuk."
Lisa masih mengawasi pasien yang kini sudah sedikit lebih membaik setelah diberi selang oksigen, sembari menunggu kabar dari perawat ia melanjutkan percakapannya dengan Laynard. "Di kota tempat lo tinggal juga banyak drama nolak pasien rujukan?"
"Hampir semua wilayah kayaknya begitu." Laynard mengulum senyum, tak menampik. "Lo kenapa milih kerja di sini Lis? Kemampuan lo lebih dari cukup buat masuk ke rumah sakit sekelas Royal Raffles."
Lisa menggeleng. "Karena di sini nggak ada yang gue kenal, gue nggak akan dicap masuk sini cuma karena backingan atau koneksi, rumah sakit ini mau nerima gue yang baru lulus dan masih minim pengalaman karena mereka benar-benar membutuhkan gue Lay."
"Ah, gue paham. Tapi setelah mendapat pengalaman bekerja di sini tentunya lo harus ambil kesempatan yang lebih besar lagi bukan? jangan sampai lupa dan terus berada di zona nyaman lo Lis, atau lo nggak akan pernah berkembang dan cuma jalan di tempat."
"Makasih banyak buat nasihatnya Lay, akan gue pertimbangkan lagi," ucap Lisa tulus. Perkataan Laynard memang ada benarnya, selama tiga tahun ini Lisa sudah terlena di zona nyamannya.
Perawat yang Lisa beri titah untuk menghubungi rumah sakit lain berlari tergopoh ke arah Lisa dengan wajah pucat pasi. "Dokter!" teriaknya dengan napas terengah.
"Ada apa?" tanya Lisa kebingungan. Perawat itu seperti habis melihat hantu saja batinnya.
"Dok, pasien ini merupakan pasien suspek SVO2."
Bola mata Lisa melebar, sangat terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar. Ini jauh lebih mengerikan dari hantu meski sama-sama tidak terlihat dengan mata telanjang. SVO2 atau dikenal juga dengan Svinovirus Pulmonary Syndrom adalah virus yang baru saja ditemukan dan sedang menjadi wabah di Afrika Tengah selama beberapa bulan terakhir ini. Lisa tidak begitu terlalu mengikuti perkembangan informasi tentang virus ini, namun yang terakhir ia tahu angka kematian penyakit ini mencapai 43%.
"What a life...." Laynard mengusak wajahnya kasar, merutuki nasibnya yang begitu sial. Ini benar-benar sesuai dengan ungkapan sudah jatuh tertimpa tangga.
Lisa menelan ludah gugup. "Dari mana kamu dapat info ini?"
"Tadi saya menelepon rumah sakit Royal Raffles untuk menanyakan apakah kamar isolasi mereka tersedia, mereka bilang belum bisa memastikannya. Saat saya menyebutkan kronologis dan identitas pasien mereka langsung memberikan informasi itu. Kebetulan satuan tugas tim penanganan SVO2 sedang mencari pasien yang kabur dari tempat karantina ini di sana dok."
Lisa tidak dapat berkata, terlalu syok dengan fakta yang tersaji di hadapannya, pun dengan Laynard. Keduanya saling berpandangan dalam keterkejutan.
"Sekarang satuan tugasnya sedang dalam perjalanan ke sini." Perawat itu menggigit jari. "Sekarang kita harus gimana dok?"
Lisa memejamkan mata, berpikir keras untuk menentukan langkah yang tepat. "Tolong jauhi area ini! Dan jangan ada satu orang pun yang pergi ke luar ruangan sampai petugas datang!" ujar Lisa dengan lantang dan keras, membuat semua mata tertuju padanya.
Mendadak suasana berubah menjadi mencekam, Lisa menatap pasien yang terbaring lemah di hadapannya dengan kesal. Bagaimana ia mengabaikan protokol dan membahayakan nyawa-nyawa lain yang berada di sekitarnya. Betapa egoisnya orang ini.
"Sus, tolong ambilkan rekam medis pasien ini," pinta Lisa. Ia harus mengetahui dan mengecek seluk beluk pasien ini lebih jauh.
"SVO2, jangankan obat atau vaksinnya, alat untuk mendeteksinya saja masih sulit didapatkan," keluh Laynard. "Ini benar-benar bencana," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medical Robin Hood | Lisa X Sehun
Storie d'amorePertemuan Lisa dengan Sehun sang pewaris tahta kerajaan Rumah Sakit Royal Raffles membuat dunianya berubah, media yang membesar-besarkan kedekatan mereka saat menempuh pendidikan kedokteran dulu memperkeruh suasana antara dirinya dengan sang tunanga...