Seorang wanita berjalan terburu-buru sesekali melihat jamnya. Wajah wanita itu terlihat sangat cemas dan panik, kini dia tengah ada janji penting dengan atasannya namun gara-gara anak pemilik kost sekaligus teman SMAnya yang tidak membangunkan jadilah ia sekarang terlambat.
Silna Faradisa M.Psi.,Psikolog begitulah nama yang tertera pada nametag wanita itu.Disa mempercepat langkah kakinya memasuki koridor yang kembali membuatnya teringat pada momen 8 tahun yang lalu. Momen dimana Disa tau yang namanya sakit hati, cemburu dan rasa yang begitu asing untuknya kala itu.
Kini ia tidak menyangka sama sekali, akan melewati koridor sebuah rumah praktek setiap hari bukan sebagai pasien namun sebagai seorang psikolog. Senyum kemudian mekar mengiasi bibirnya.
Disa memasuki sebuah ruangan kerja yang sudah sekitar setahun ia tempati, di sana seorang wanita yang lebih tua darinya berkacak pinggang menatap Disa sangar.
“Disa, kok kamu telat?” Ucap wanita tua itu yang tak lain dan tak bukan adalah Renia, yang dahulu merupakan Psikolog yang membantu Disa.
Disa hanya mengembangkan senyumnya merasa bersalah. Namun di dalam ruangan itu tidak hanya ada Renia namun ada sosok wanita yang kini membelakangi Disa.
Renia menatap sosok wanita itu, kemudian metanya beralih pada Disa.
“Sa, dia klien kamu” ucap Renia kemudian pamit meninggalkan ruangan.Disa hanya mengangguk kemudian meringis ketika Renia menghadiahinya pelototan tajam. Lalu wanita berusia 25 tahun itu duduk di kursinya menghadap klien.
“udah lam-.” Ucapan Disa terhenti kala matanya berisitubruk dengan mata kliennya itu.
“maaf membuatmu terkejut” ucap klien itu sambil tersenyum canggung. Disa membalas senyuman itu dengan kaku.
Lama keduanya terdiam. Suasana ruangan semakin canggung. Disa beberapa kali berdehem dan meneguk salivanya, ia tidak menyangka akan bertemu dengan sosok dihadapannya ini lagi setelah hampir 8 tahun tidak bertemu.
“aku minta maaf” ucap klien itu kemudian menundukan wajahnya. Mendengar permintaan maaf itu hati Disa seakan teriris perih, matanya memanas dan mulai mengembun.
Klien itu kaget melihat mata Disa berkaca-kaca yang kemudian membanjiri pipi putih Disa dengan air mata.
“ah maaf” Disa meraih tisyu didekatnya kemudian tersenyum tulus.
"lama tidak berjumpa, Shani” ucap Disa membuat Shani ikut tersenyum.
“maaf ya baru sekarang aku berani menumin kamu” ucap Shani kembali menundukan wajahnya.
“nggak papa. Rama udah ngasih tau aku semuanya. Awalnya emang susah banget buat maafin kamu, tapi lama-kelamaan aku sadar. Aku kangen sama kamu” lagi-lagi Disa tersenyum tulus membuat mata Shani kini ikut berkaca-kaca, ia tidak menyangka Disa mau memaafkan dirinya yang egois ini.
“aku juga udah tau penyakit kamu dari Kak Renia. Kamu kenapa nggak pernah cerita”
“aku takut Dis, aku nggak bisa mengendalikan diri aku sendiri. Gangguan mental itu aku dapat setelah aku kehilangan kedua orang tua aku saat kecil. Aku dirawat oleh orang tua Affan. Dan semua kejadian itu membuat aku menjadi seorang monster Dis.
Aku selalu menganggap kedua orang tua Affan adalah kedua orang tuaku, aku mengganggap Affan lah yang menumpang di rumahku, aku bahkan mengusirnya dari rumahnya sendiri pas SMA, makanya dia kerja sambilan di kedai Es Krim dan tinggal di kost.
Aku hancurin hidup Affan. Pas aku tau aku punya gangguan mentalpun aku nggak terima Dis. Semua pengobatan dan konsul Affan yang nyiapin” Shani mulai menangis.Namun hati Shani menjadi sedikit lega ketika ia mengungkapkan semua cerita yang ia coba sembunyikan pada dunia, hatinya menjadi lebih ringan kala ia mengungkapkan emosinya dengan melepaskannya seperti ini.
“aku nggak terima dengan keadaan aku Dis, sampe aku tega mau bikin kamu ngerasain apa yang aku rasain.
Aku pengen kamu ngerti sakit yang aku alamin. Bukannya berusaha untuk sembuh, aku malah nyeret kamu kedalam masalah mentalku, aku iri sama kamu. Maafin aku Dis” Shani sangat menyesali perbuatannya dahulu.
Disa meraih tangan Shani kemudian menggenggamnya mencoba menyalurkan kekuatan pada wanita itu untuk berdamai dengan masa lalunya.
Jika dahulu Disa akan marah, maka berbeda dengan dirinya yang sekarang. Setelah menjadi seorang psikolog Disa tau bahwa jujur pada diri sendiri tentang suatu kesalahan bukan hal yang mudah dan patut diapresiasi, lagipula Disa juga sudah memaafkan Shani jauh sebelum hari ini.
“sekarang gimana?” Tanya Disa setalah Shani mulai tenang. Jujur saja setelah mengetahui Shani punya gangguan mental, Disa merasa tidak berguna menjadi seorang sahabat kala itu. Disa tidak tau apapun tentang Shani lebih tepatnya tidak mau tau. Sahabat macam apa itu.
Disa yang dahulu tak pernah mau ataupun mencoba untuk perduli dan merasa bahwa hanya dirinyalah satu-satunya orang yang paling terluka, padahal Shani juga terluka. Dan sekarang Disa ingin menebus semuanya dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Ia ingin menjadi berguna.
“seperti keliatannya. Aku baik-baik saja. Mulai bisa menerima kenyataan bahwa tidak semua hal bisa aku miliki teutama hati.” Ucap Shani dengan senyuman tulus.
Kemudian wanita itu terkekeh geli teringat kebodohannya dahulu yang kemudian membuatnya teringat seseorang.
“oh iya, gimana kabar Rama?” tanya Shani kemudian. Mendengar nama orang itu di sebut membuat Disa terdiam sebentar. Pemuda itu tidak kunjung pulang hingga saat ini. Rama mengingkari janjinya.
“aku tidak tau. Mugkin sekarang ia sedang bersenang-senang di Jepang sana”
Melihat Disa yang menjadi murung membahas Rama membuat Shani merasa bersalah.
“maafkan aku”
“tidak apa-apa. Oh iya bagaimana kabar Affan?”
“Affan sekarang tinggal di Swiss melanjutkan studinya dan sekarang mengelola restoran di sana” jawaban Shani membuat Disa melongo. Swiss? Hebat.
“ah padahal aku sangat ingin bertemu dengannya.”
“bisa kalau kamu mau”
“Benarkah?”
Shani membuka tasnya kemudian menyerahkan sebuah kertas berbentuk persegi yang terbungkus sebuah plastik bening.
“datanglah, Affan juga berjanji akan datang”
Disa kembali dibuat melongo. Sebuah undangan pernikahan kini terpampang nyata di atas meja kerjanya.
“tunggu, calon suamimu_.”
Shani menggigit bibir bawahnya. Melihat reaksi Disa. Sebenarnya bukan maksud dirinya dan calon suaminya menutupi hubungan mereka dari Disa tapi mau bagaimana lagi. Shani bahkan baru berani muncul di hadapan Disa hari ini.
~~~My Ex-Enemy~~~
hai guysss part satunya masih pendek yaa, huaaa aku nggak tau lagi gimana jalan ceritanya yang ini tapi semoga aja kalian Sukaa. Jangan lupa like sama komennya ya guys, Love you
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex-Enemy
Teen FictionIni adalah squel dari Nextdoor Enemy. "Bukankah kita sekarang bukan musuh lagi? Tapi mengapa kamu semakin jauh? Hemm mungkin ini saatnya gue yang berjuang" ~Silna Faradisa ~~~~~~~~~~ Silna Faradisa atau yang akrab disapa Disa. Gadis yang tertutup da...