Part 4

32.7K 2.9K 258
                                    

Raga bergerak lincah menghindari orang-orang berpakaian hitam yang menghalangi langkahnya. Di depan sana, Raga melihat gerbang Mansion yang menjulang tinggi, hanya itu jalan keluar satu-satunya dari Mansion De Angelo.

"Tuan muda anda tidak boleh pergi. "

Raga menatap sinis kearah orang yang berbicara. "Tuan muda pala lo gundul, minggir sat! "

"Tuan muda anda di larang berbicara kasar. "

"Bodo, gue gak peduli. Mulut-mulut gue ya terserah gue. " ucap Raga sambil berlari menghindari orang-orang tersebut. 

"Sedikit lagi gue bakal keluar dari Mansion genderuwo ini. " gumamnya.

Richard menatap datar kearah Raga yang hampir sampai di dekat gerbang, dia menoleh kearah Gara dan menyuruhnya untuk menjalankan rencana kedua.

Gara mengangguk singkat sambil tersenyum setan.

"Sedikit lagi, sedikit lagi ga. Ayo semangat! " ucap Raga.

Raga tersenyum lebar saat tangannya berhasil memegang pintu gerbang.

"Kau tidak akan bisa lari lagi. " gumam Gara.

Raga memekik sakit saat merasakan benda tajam menembus kulit lehernya. Dia memegang benda tersebut dan mencabutnya dengan cepat.

"Awww! Anjir ini, obat bi-us.... "

Tubuhnya terhuyung ke belakang dan dengan cepat di tangkap oleh salah satu anggota Death Shadow.

Richard menghela nafasnya kemudian menyuruh Aaric untuk membawa Raga kembali ke kamarnya.

"Dasar anak nakal. " gumam Aaric sambil menatap datar kearah Raga yang berada di gendongannya.

Setelah sampai di kamar Raga, Richard langsung menyuruh Elrand untuk mengambil rantai.

"Papa serius akan merantainya? " tanya Gladis. Dia merasa tidak tega, apalagi saat melihat wajah Raga yang begitu menggemaskan saat tidur.

Richard mengangguk singkat, dia akan melakukan apa saja agar Raga tetap berada di sisinya. Elrand kembali dengan membawa rantai di tangannya. 

Sebelum itu, Richard memasangkan kaus kaki tebal di kedua kaki Raga supaya rantai tersebut tidak melukai pergelangan kaki anak itu, dan Richard dengan cepat langsung memasang rantainya.

"Keluar, biarkan anak nakal itu istirahat. " suruh Abraham.

Mereka semua keluar dari kamar Raga, kecuali Richard dan Abraham.

"Dia mirip sepertimu. "

Richard terkekeh pelan. "Aku tahu, karena dia putraku. Darah dagingku sendiri. "

Abraham menyeringai, dia telah menyadari bahwa Richard sudah terpesona oleh Raga. Tentu saja, Raga memiliki wajah manis namun sikapnya sangat bertolak belakang dengan penampilan wajahnya yang seperti anak manja dan penurut.

"Hm, apa kau menyesal membunuh ibunya? " tanya Abraham.

Richard terdiam sebentar, kemudian tertawa sinis dan menatap datar kearah Raga.

"Jalang itu pantas mati, aku bahagia telah membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. "

"Baguslah. " Abraham.

Tok tok tok

"Masuk. " suruh Richard.

"Tuan Ric, ada tuan Devon di bawah, dia ingin bertemu dengan anda. "

Richard mengernyit bingung, seingatnya dia tidak memiliki janji dengan seorang Devonte Alfonso, ketua Mafia dari Italia.

"Hm, kau dan Sean jaga di depan kamar Raga. " suruhannya kemudian keluar bersama dengan Abraham.

RAGA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang