Part 9

27.8K 2.8K 125
                                    

Pukul 5 pagi Raga terbangun, karena kesulitan bergerak. Saat dia melihat ke perutnya ternyata ada sebuah tangan kekar yang memeluknya dengan erat. Raga tersenyum sendu melihat kearah papanya yang selama ini dia benci.

Raga perlahan-lahan menyingkirkan tangan tersebut, tapi karena Richard adalah tipe orang yang sangat waspada akhirnya dia terbangun hanya karena merasakan pergerakan kecil.

"Sudah bangun hm? " tanyanya.

Raga mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sebenarnya dia ingin menjawab 'iya' tapi egonya terlalu tinggi sehingga dia hanya diam.

Richard bangun dan melepaskan plester penurun demam, kemudian meraba jidat putranya.

"Masih panas, kamu istirahat. Papa mandi dulu. "

Setelah Richard pergi ke kamar mandi, Raga termenung sambil melihat kearah balkon. Dia turun dari tempat tidur dan berjalan kearah balkon.

"Ibu.... Walaupun kenyataannya ibu menjual Raga tapi tetap saja, Raga tidak bisa membenci ibu. " gumamnya sendu.

"Bagaimanapun ibu yang selama 16 tahun ini membesarkan Raga, maaf bu karena Raga. Ibu harus kehilangan nyawa ibu. " lanjutnya dengan sendu.

Raga menghela nafasnya berat kemudian pergi dari balkon dan keluar dari kamar, dia membuka pintu pelan-pepan. Raga mengucap syukur saat tidak melihat keberadaan Sean dan anggota Death Shadow yang lainnya.

"Huftp... Aman guys. " ucapnya.

Raga berjalan pelan-pelan, walaupun pusing di kepalanya masih dia rasakan tapi dia tetap melangkah pergi.

"RAGA JANGAN KABUR! "

Raga terserentak kaget saat mendengar teriakan papanya, begitupun dengan anggota Death Shadow yang sedang berjaga dan anggota keluarga lainnya yang sedang santai di kamarnya masing-masing.

Raga menoleh kesana kemari dengan perasaan khawatir kemudian dia melihat pintu bercat hitam, dia segera membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya.

Raga berjalan mundur, tubuhnya menegang saat punggungnya menabrak sesuatu yang keras.

Perlahan-lahan Raga menolehkan kepalanya, dia meneguk salivanya berat saat melihat sosok itu yang tak lain adalah Xavier.

"Apa yang kau lakukan? "

Raga bersiap-siap untuk kabur, tapi dengan cepat Xavier mencekal pergelangan tangannya dengan kuat.

"Lepas! "

"Kemana anak itu kabur. "

"Kalian semua cepat cari bocah itu! "

"Ken periksa cctv, cepat! "

"El periksa gudang dan Aaric periksa pintu belakang! "

Xavier mengernyit bingung saat mendengar keributan di depan kamarnya, saat dia akan memeriksanya Raga langsung memegang tangannya.

Xavier menoleh dan melihat Raga yang menggelengkan kepalanya.

"Jangan di buka. "

"Kenapa? " tanyanya.

"Please kak jangan di buka. "

Pupil mata Xavier melebar saat Raga memanggilnya dengan sebutan 'kak' ada perasaan aneh yang menjalar hangat di dadanya.

"Duduk. " suruh Xavier.

Raga menurut dan duduk di ujung tempat tidur, netranya terus memperhatikan Xavier yang sekarang sibuk dengan laptopnya.

RAGA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang