Raga turun dari tempat tidur dengan cara menjatuhkan dirinya langsung, untung saja dia menjatuhkan tubuhnya tepat di atas karpet bulu yang begitu lembut dan nyaman.
"Dah kayak setan aja. " gumamnya.
Raga mengesot kearah pintu, dia langsung berhenti mengesot saat melihat knop pintu bergerak menandakan ada seseorang di luar yang hendak masuk ke kamarnya.
Ceklek
Raga menatap Kenneth yang masuk sambil memasang raut wajah datar, di tangannya ada laptop. Kenneth menaruh laptop tersebut di atas meja kemudian dia mendekat kearah Raga.
Raga menatap garang kearah Kenneth yang di balas tatapan datar oleh Kenneth. Raga berteriak nyaring saat Kenneth menggendongnya ala bridal style.
"Diam! " bentak Kenneth kemudian membawa tubuh Raga ke sofa.
"Geli anjir, turunin gue. "
Kenneth sama sekali tidak mempedulikan ucapan Raga, pria dingin itu langsung duduk di sofa dengan Raga berada di pangkuannya.
"LEPAS! "
"Diam dan lihatlah. " ucap Kenneth sambil mengarahkan wajah Raga ke laptop.
Raga memasang raut wajah kesal, tapi dia langsung mengernyit bingung saat melihat beberapa orang yang memakai jubah hitam berdiri di depan orang-orang yang duduk terikat di kursi dengan penutup kepala yang berwarna hitam di kepala mereka.
Salah satu orang berjubah yang mengenakan topeng silver berbicara.
"Ini hadiah untuk anak nakal sepertimu Raga. "
Dor
Raga membulatkan kedua matanya saat melihat orang yang duduk di kursi paling ujung di tembak oleh orang berjubah hitam itu.
Dor
Dor
Satu-satu dari ke enam orang yang duduk di kursi itu mati di tembak.
Raga memberontak di pangkuan Kenneth, tentu saja dia sangat jijik melihat tontonan semacam ini, sedangkan Kenneth tidak membiarkan Raga pergi, dia mencengkram dagu Raga dan memfokuskan kepala anak itu kearah laptot.
Dor
Dor
Dor
Kenneth tersenyum setan saat melihat Raga menutup kedua matanya. Kenneth mengusap pelan kerutan di dahi adiknya itu, dia bisa merasakan jika tubuh Raga bergetar ketakutan. Mungkin karena ini pertama, tidak tapi kedua kalinya Raga melihat pembunuhan di depan matanya.
"Kenapa? Kau takut. "
Raga menggigit bibirnya kuat-kuat, rasanya dia ingin menangis tapi dia malu jika harus menunjukkan kelemahannya di depan musuhnya.
"Mereka mati dan itu salahmu Raga, jika saja kamu tidak membuat kami marah pasti mereka masih hidup. "
Kenneth mengangkat Raga dan membaringkannya di tempat tidur.
"Nah sekarang jadilah anak baik. " ucapnya sambil menepuk pelan kepala Raga kemudian pergi.
Raga membuka kedua matanya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan intens.
"Anjir, gila mereka semua iblis biadab. " gumamnya.
"Death Shadow adalah Mafia terkejam di dunia dan parahnya gue malah tinggal bareng mereka. "
"Aish punya dosa apa gue di masa lalu sampai bisa ketemu titisan iblis jahanam kayak mereka, ibu doa'in Raga ya semoga Raga bisa kabur. "
...............
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [End]
JugendliteraturRaga ingin bebas dari kekangan keluarga papanya tapi Raga juga berpikir dua kali, setelah bebas dia akan kemana? Dia tidak punya tempat untuk pulang, tempat sumber kebahagiaannya juga sudah di lenyapkan oleh sang papa, lalu dia harus kemana. "Ibum...