Part 20

20.6K 2.5K 176
                                    

Feliks menatap datar kearah remaja yang baru saja menyebutnya sinting, ucapn Raga tersebut sedikit melukai hatinya yang sekuat baja. Feliks menghela nafasnya dan mengeluarkan revolver miliknya dan mengarahkannya kearah Raga.

"Eh! Om jangan main yang kayak begituan, bahaya njir. "

"Menurutlah boy, jika tidak kau akan tamat. " ucap Feliks.

Raga meneguk salivanya berat kemudian mengangguk pelan, daripada nyawanya game over.

"S-sebenarnya siapa kau ini om, datang-datang bawa mainan berbahaya bertingkah aneh pula. " tanya Raga.

"Sudah ku katakan aku daddy mu baby boy. "

Raga menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian menatap heran kearah Feliks.

"Daddy apaan sih, perasaan gue ini lagi di culik. Kenapa jadi nambah bapak anjir. " gumam Raga.

Feliks menyimpan kembali revolvernya kemudian menatap Raga.

"Ikut daddy, kita makan malam. "

Raga mengangguk cepat daripada dia mati muda. Mereka menaiki lift sampai ke lantai pertama, Raga keluar terlebih dahulu sambil berlari kecil karena merasa takjub dengan tempat ini, atap dari Mansion milik pria sinting itu terbuat dari kaca sehingga Raga bisa melihat langit malam.

"Raga jangan berlari, kau bisa terjatuh dan terluka! " peringat Feliks sambil mencoba mengejar remaja yang menjadi putranya itu.

"Njir keren men. " gumamnya.

Raga terus saja berlari sampai kakinya sedikit terpeleset, tapi untung saja Feliks segera menarik tangannya.

"Daddy bilang jangan lari! Hampir saja kau celaka anak nakal. "

"M-maaf. " ucap Raga.

Feliks menghela nafasnya kemudian menarik Raga ke pelukannya, pria yang memiliki hati dingin itu begitu hangat saat di dekat Raga, entah bagaimana bisa seperti itu. Bahkan anggota Red Sword saja sampai melotot melihat perlakuan hangat pimpinan mereka.

"Lain kali jangan membantah ucapan daddy, mengerti. "

Raga mengangguk, kemudian dia melepaskan pelukan Feliks dan segera duduk di meja makan. Jika soal urusan makan, dia tidak peduli dengan sekitarnya.

"Ayo daddy cepat, Raga lapar. " ucapnya tanpa sadar menyebut Feliks daddy.

Feliks terkejut mendengar ucapan Raga, tapi dia segera menetralkan wajahnya dan tersenyum tipis.

"Hm. "

...............

"Si sialan itu, berani sekali menculik putraku. " desis Richard dengan tatapan membunuhnya, begitu juga dengan yang lain.

"Bajingan. " umpat Kenneth.

Raven dan Elrand hanya memandang datar kearah mereka yang sedang mengumpat.

"Siapkan anggota terbaik Black Shadow, besok kita jemput Raga dan hancurkan Feliks sampai menjadi abu. " ucap Samy di angguki oleh yang lain kecuali Kenneth.

"Tidak dad. "

Mereka semua menoleh kearah Kenneth dengan tatapan tidak bersahabat.

"Why? " tanya Samy dengan datar.

Kenneth menatap dingin kearah Samy. "Aku mengenal bajingan itu, jika kita gegabah. Nyawa Raga taruhannya. " ucapnya.

Mereka semua saling berpandangan.

"Lalu apa rencanamu boy? " tanya Richard.

"Ikuti permainan liciknya dan kita lihat apa yang sebenarnya bajingan itu inginkan. "

Mereka semua mengangguk setuju untuk kali ini, tapi jika Raga sampai terluka seinci saja mereka akan memburu bajingan sialan itu dan menghabisinya dengan kejam.

Sedangkan di Mansion Gennadius, Raga sedang bermain monopoli bersama dengan bawahan Feliks dan sang tuan rumah hanya mengamati permainan Raga dan bawahannya.

"Ah, paman Viktor curang. " ucap Raga.

Viktor menggelengkan kepalanya dengan pelan, sambil menatap datar kearah Raga.

"Tidak tuan muda, saya membeli rumah di Tokyo dan anda berhenti di rumah saya, jadi anda harus membayar. " ucapnya.

Raga menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak paman, Raga tidak mau membayar. Siapa suruh paman membeli rumah di Tokyo. " ucap Raga tidak mau kalah.

"Maaf tuan muda, tapi saya tidak akan tertipu lagi. " kata Viktor sambil tersenyum tipis kearah Raga.

Raga mendelik kesal kemudian menatap Feliks. "Om sint-maksud Raga, daddy om Viktor curang. "

Feliks hanya menatap datar kearah Raga, kemudian dia berdiri dan mendekat kearah Raga.

"Waktunya tidur boy. "

Raga berdecak kesal. "Ck, jangan sekarang dad. Masih seru, lagipula masih jam 8 yakali Raga tidur. "

Feliks tidak mempedulikan ucapan Raga, pria itu malah memangku Raga dan membawanya ke kamar.

"Tidak ada bantahan baby boy. "

"YAK! DADDY LEPASKAN! ANJIR BISA KELAR HIDUP GUE KALAU SAMPE ORANG LAIN LIHAT! OM SINTING TURUNIN! " jerit Raga sambil memukul-mukul punggung Feliks.

"Diam baby. "

Raga hanya dapat mendesah kasar, jika Feliks orangnya. Dia tidak akan bisa membantah karena pria yang satu ini lebih berbahaya di bandingkan dengan papanya.

"Papa, Raga mau pulang, kangen. "

Tbc

Please vote dan comment 🙌🙌🙌

RAGA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang