💔9

342 70 38
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR❕

SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK VOTE❕

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA❕

JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN❕

DILARANG MENCOPY PASTE ❕❕❕

MAAF KALAU ADA YANG SALAH SAMA KATA-KATANYA❕

HAPPY READING ❕

Keesokan harinya...

Gadis itu lagi dan lagi membuang atensinya pada jendela di sampingnya. Beberapa kali ia membuang napas dengan kasar.

"Apa yang akan Janah lakukan ketika berada di rumah itu?" gumam Janah sesaat pada orang yang di sampingnya.

"Nenek yakin kalau kalian bisa berbaikan," balas Nenek dengan keyakinan yang penuh.

"Percuma kami berbaikan kalau akhirnya bertengkar kembali. Semua ini membuat Janah bosan. Padahal Janah hanya perlu kasih sayang yang mereka berikan pada adik Janah, Nek," lirih Janah menyenderkan kepalanya pada jendela pesawat.

Tangan Nenek terangkat dan memberikan usapan sayang di rambut Janah, "Nenek yakin kalau mereka sayang dan rindu sama kamu."

Janah menggeleng dengan masih memalingkan atensinya pada jendela pesawat, "Janah tahu Nenek hanya ingin menenangkan hati Janah. Sejak awal Janah bersama Nenek, mereka tidak pernah menanyakan kabar Janah. Janah tahu semuanya."

'Tidak, sayang. Mereka setiap saat bertanya kabar kamu melalui Nenek. Mereka sayang dan rindu dengan kamu,' batin Nenek berkata.

"Kata orang, api dibalas dengan air. Jika kamu membalasnya dengan api juga, maka masalah akan menjadi besar. Masalah tidak akan habis, jika kalian membalasnya dengan api. Kamu mau kan menjadi air di dalam permasalahan ini? Buat semuanya seperti dahulu kembali," ucap Nenek.

"Dahulu sama sekarang tetap sama. Sama sekali tidak ada perbedaan. Janah bosan pada semuanya. Mereka mengatakan pergi pada Janah, tapi hati mereka berkata lain seakan ingin menahan Janah. Apakah Janah harus percaya dengan itu? Janah tidak ingin jatuh ke masalah yang sama kembali. Janah lelah, Nek," lirih Janah berakhir menutup mata.

🖤🖤🖤

Beberapa jam berada di dalam pesawat membuat Janah dan Nenek capek duduk. Kini mereka harus duduk lagi sambil menunggu jemputan dari rumah.

"Nenek tidak lapar?" tanya Janah membuat Nenek menggeleng.

"Nenek rindu dengan masakan Bunda kamu. Nenek makannya di rumah aja. Kamu juga rindukan dengan masakan Bunda?" ucap Nenek membuat Janah mengangguk.

"Hampir lima tahun, ya, Janah tidak pulang? Semenjak kejadian mereka tidak menganggap Janah lagi di dalam keluarga itu. Mungkin Janah akan menahan malu saat mereka tidak kenal pada Janah," ucap Janah dengan mirisnya.

"Banyak kejutan yang menunggu kehadiran kamu," ucap Nenek sambil mengusap lembut tangan Janah.

Janah menurunkan pandangannya dan berusaha tersenyum. 'Iya, akan banyak kejutan dengan kepulangan Janah. Mereka akan lupa pada Janah dan mengusir Janah kembali. Kejutan indah bukan?'

"Jangan berpikir yang aneh. Ayo, Mang Didit sudah sampai," ucap Nenek sambil membuat Janah berdiri.

"Mang Didit masih menjadi sopir di rumah itu?" tanya Janah dan dibalas Nenek dengan anggukan kepala.

"Mang Didit ternyata setia juga, ya," ucap Janah dengan senyuman kecilnya.

"Saya orangnya memang setia Neng," ucap Mang Didit mengambil alih barang-barang milik majikannya.

Istri Kedua (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang