Aku berjalan tertatih tatih. Luka yang kuterima hari ini lebih parah dari yang lalu. Aku tidak tau kenapa papaku menggunakanku sebagai samsak tinjunya. Orang itu... Ah, dia tidak pantas kupanggil papa, kan?
Malam ini, aku kembali tertidur di atas ranjang kayu dan beralaskan kain tipis. Di dalam mansion yang megah ini, bahkan eksistensiku lebih buruk daripada pembantu di sini. Hah, kenapa mereka semua diam saja saat melihatku dipukuli? Apa semua orang di sini tidak memiliki belas kasihan? Lucu sekali!
Aku mencoba untuk tertidur. Mengabaikan udara dingin yang menusuk sekujur badanku yang penuh luka. Setidaknya dunia mimpi lebih baik dari duniaku sekarang.
Di tengah malam, aku terbangun karena sentuhan lembut di atas lukaku. Ini terjadi lagi. Aku tidak tau siapa yang mencoba mengobatiku karena dia selalu menutup mataku dengan kain. Aku tidak bisa melihat apa apa. Tapi, ini benar benar menghangatkanku.
Aku mendengar suara isak tangis dari orang yang mengobatiku saat ini. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sejak awal dia mengobatiku. Bahkan ketika papa mulai memukuliku pertama kali. Mungkinkah dia bisu?
"Kakak malaikat, terima kasih," kataku setelah mendengar suara langkahnya yang menjauh. Aku tidak tau apa yang ada dipikirannya. Mungkin, sebaiknya aku menanyakannya saat itu. Karena tanpa sadar, keingintahuanku mengubah jalan hidupku.
Aku terbangun ketika matahari mulai menunjukkan cahayanya. Luka di sekujur tubuhku sudah diobati dengan sempurna. Aku tersenyum kecil lantas beranjak ke kamar mandi kecil di kamar yang lebih seperti gudang ini.
Entah pukul berapa sekarang, yang jelas aku sudah berada di luar rumah. Aku berjalan menuju sekolahku dengan jaket pink kusam, rok panjang, dan masker untuk menutupi lukaku. Dan kehidupan sekolahku berulang kembali.
Setiap hari, aku sengaja pulang di malam hari. Setidaknya hal itu mengurangi luka yang akan kudapatkan di rumah. Tapi hari ini, aku memutuskan untuk segera pulang. Aku tidak bisa menahan rasa sakit yang mendera.
Sesampainya di rumah, aku tidak melihat kehadiran papa. Aku berjalan pelan menuju kamarku. Sedikit susah karena lukaku sepertinya terbuka kembali. Di kamar, aku mengganti baju dan perban yang membalut tubuhku. Setelahnya, aku langsung beranjak untuk tidur.
"DASAR ANAK SIALAN! BERANINYA KAMU TIDUR LEBIH DULU DARI AKU! DIMANA TATA KRAMAMU, HAH!?" teriak papa sambil menarik rambutku kasar. Aku yang terbangun karena perlakuaannya tersentak kaget.
Papa menarik rambutku dan menggeretku sampai ke ruang tamu. Aku dimarahi habis habisan olehnya. Sabuk yang dia genggam terus mengenai badanku.
"SEBENARNYA KENAPA PAPA MEMUKULKU!? KENAPA PAPA KASAR PADAKU! AKU SALAH APA!?" teriakku tanpa sadar. Bulir-bulir air mata mulai turun melalui pipi tirusku. Gerakan papa terhenti. Ketika aku memberanikan diri menatap matanya. Pandangan matanya seakan menahan amarah yang begitu besar.
"FINE! KALAU KAMU GA SUKA, KELUAR DARI RUMAH INI SEKARANG! DASAR ANAK TIDAK TAU DIUNTUNG! SUDAH DIBESARKAN MALAH MELAWAN!"
Setelah mendengar teriakan papa, aku bergegas masuk ke kamarku. Aku menangis dengan keras di atas kasur kerasku. Tak lama, seseorang masuk ke dalam ruanganku. Dia satu satunya kakak pelayan yang selalu menemaniku.
"Masa kerjaku akan habis seminggu lagi. Apa kamu mau ikut tinggal denganku? Apa... Apa kamu bersedia mengubah margamu menjadi seorang Kuroo?" ucap kakak pelayan dengan mata sendunya. Mendengar ucapannya, tanpa sadar aku menyunggingkan senyum tipis. Kurasa kakak pelayan itu menyadarinya.
"Umm.. Apa aku tidak akan dipukuli?"
"A-ah.. T-tentu saja tidak! Aku akan menemui papaku agar dia bisa membawamu keluar dari sini, bagaimana?"
"Oke!!" Tanpa sadar, aku menjawab dengan semangat. Senyumku semakin lebar saat aku memikirkan bagaimana masa depanku dengan keluarga yang harmonis. Tidak ada teriakan, tidak ada kekerasan, dan tidak ada papa. Aku ingin membuang semua yang kupunya saat ini.
Beberapa hari kemudian, ayah kakak pelayan-yang baru saja kutahu namanya adalah Kuroo Tetsumi-akhirnya datang. Dia menemui papaku dan menjelaskan maksud kedatangannya. Tak kusangka ternyata keluarga Kuroo begitu kaya melihat baju yang dipakai ayah Kak Tetsumi yang terlihat mahal.
Mendengar permintaan keluarga Kuroo, wajah papa menunjukkan raut yang.. Eumm, mungkin sedikit terkejut?
"Kau.. Mau membawa anak ini?"
"Iya, dan kupastikan bahwa dia akan hidup lebih layak daripada di sini"
"Huh, bawa saja kalau kamu menginginkannya. Memang apa bagusnya anak itu!?" Mendengar ucapan ketus ayah, rasa sedih kembali menyelimutiku. Aku sempat berharap setidaknya mendapatkan sedikit kebahagiaan dari papa sebelum meninggalkannya. Tapi ternyata, papa tidak pernah melihatku.
Di tengah hari, aku selesai mengemasi barang barangku. Sebelum memasuki mobil yang ayah baruku bawa, aku menemui papa di ruang kerjanya. Aku mengetuk pintu ruang kerja papa.
"Umm, papa? Apa aku boleh masuk?" Aku menunggu beberapa saat namun tidak ada jawaban keluar dari balik pintu ini. Aku kembali mengetuk pintu dan mengatakan hal yang sama. Setelah tiga kali melakukannya, aku memutuskan menyerah.
"Papa, aku akan meninggalkan kotak ini di depan pintu. Ini berisi surat dan hadiah yang selama ini ingin kuberikan padamu. Kuharap papa hidup sehat. Terimakasih telah memberiku tempat tinggal dan menyekolahkanku. Selamat tinggal, papa."
Setelah menaruh kotak yang kubawa, aku berlari ke pintu depan. Ayah baruku telah menunggu. Kemudian, kami memasuki mobil dan segera menuju rumah baruku.
Sesampainya di sana, aku terkagum kagum melihat sebuah rumah mewah di depanku. Ada taman bunga yang mengelilingi rumah ini. Di tengah taman, ada wahana bermain yang cukup terawat. Meskipun tidak sebesar mansion tempat tinggalku dulu, ini terlihat sangat menenangkan. Aku memasuki rumah ini. Ayah baruku menyuruhku duduk di sofa sambil menunggunya mengemasi barang barangku di kamar. Sambil menunggu, aku berkeliling dan melihat ruangan itu.
"(y/n), kau suka rumahnya?" tanya Kak Tetsumi. Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat. Kak Tetsumi menyodorkan segelas susu padaku. Aku mengambilnya dan langsung meminumnya. Wah, rasanya benar benar berbeda dari susu yang selama ini kuminum. Aku tersenyum kecil dan menghabiskannya.
"Nah (y/n), mulai hari ini rumahmu di sini. Kamu bisa tidur sendiri kan? Kamarmu berada di samping kamar Kak Tetsumi di lantai 2. Kamar ayah ada di bawah. Nanti Kak Tetsumi akan mengajakmu berkeliling. Dan mulai hari ini, namamu menjadi Kuroo (y/n). Tolong panggil aku dengan sebutan ayah, mengerti?"
"A-ah... Itu.. Oke, tapi untuk panggilannya sepertinya tidak.. sopan?"
"Tidak apa apa, kamu boleh memanggilku seperti itu"
"Oke, ayah!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Or tbc?Author note:
Gimana ceritanya? Agak.. Ngebosenin ya? Tapi aku gamau ngehalu tengah malem sendirian jadi kupublish aja~
Sebenernya ga peduli sih mau yang baca atau vote banyak atau ngga. Aku cuman kadang frustasi gara gara bahan haluku terlupakan jadi mending kupublish di wp XDNext, Kageyama Tobio!! Ditunggu ya, dan buat part ini... Maunya kujadiin beberapa chapter sih. Tapi kalau gaada yang minta, yaudah. Gausah dilanjut haha XD
Okay, thank you for coming guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa || Haikyuu x Reader
Fanfiction[Update Rutin] How if you was born as a daughter of haikyuu character? Random story created by me Original character belongs to Haruichi Furudate!! Start: 30 Nov 2020 End: