"(y/n), kemana aja kamu? Kenapa papa dapat laporan kalau kamu bolos les, huh?" Aku yang baru saja melangkahkan kaki mendadak terdiam mendengar ucapan dingin yang menusuk telingaku. Tubuhku sedikit gemetar, namun aku memberanikan diri menjawabnya.
"Uh.. (y/n) kan sudah bilang kalau (y/n) ada latihan panahan hari ini," ucapku dengan suara yang lebih pelan dari biasanya. Papa menghela nafas kasar. Ia kembali memandangiku dengan tatapan dinginnya.
"Lalu, kamu pergi kemana lagi? Mana mungkin latihan panahan sampai selarut ini!"
"A-aku... Anu, itu.. Apa dah.. Itu"
"BICARA YANG JELAS, (Y/N)!"
"Aku pergi menjenguk nii-chan. Maaf tidak memberitahu papa. (y/n) kangen nii-chan." Papa kembali menghela napas kasar sambil memijat pelipisnya. Kemudian, ia kembali memandangku dengan pandangan yang tidak bisa kubaca. Aku semakin menundukkan kepalaku. Tubuhku bergetar karena ketakutan.
"(y/n), berapa kali papa kat-"
"Huwaaaaa.. Papa.. Papa marahin (y/n) terus! (y/n) kan udah ju..jur," teriakku sambil menangis.
"Oke, fine. Kamu bisa ketemu nii-chan mu itu. Tapi jangan lupa minum obatmu, (y/n)." Aku menganggukkan kepalaku. Kemudian, aku langsung menuju kamarku untuk mandi dan berganti baju.
Setelah berleha-leha sejenak, aku mendengar papa memanggilku untuk makan malam. Aku segera turun karena sebenarnya waktu makan malam sudah lewat. Saat sampai di ruang makan, aku melihat banyak buah-buahan dan juga daging panggang di atas meja.
Papa masih sibuk membuat susu untukku dan sereal untuknya. Ketika semua sudah siap, kami makan dengan tenang.
"Aahhh.. Kenyangnya," ucapku sambil mengelus perutku pelan. Masakan papa selalu yang terbaik! Melihatku selesai makan, papa berjalan ke kotak P3K dan mengambil obat.
"Sebelum tidur, minum itu dulu. Kau harus menjaga kesehatan dengan baik." Aku mengambil obat yang papa sodorkan. Aku sebenarnya tidak tau ini obat apa. Papa secara berkala memberiku ini sejak setahun yang lalu. Sejak terjadinya kecelakaan padaku, nii-chan, dan mama. Aku sempat ingin menanyakannya pada papa. Tapi papa tidak terlihat baik baik saja saat aku membahas kecelakaan itu. Jadi, aku memutuskan untuk diam dan menerimanya. Lagipula papa melakukan ini untukku.
Setelah minum obat dan memberikan ciuman selamat tidur pada papa, aku segera menuju kamarku. Jam menunjukkan pukul 12 malam. Aku mematikan lampu kamarku, menyalakan lampu tidurku, lantas bersiap untuk tidur. Tak lama kemudian, kegelapan menyelimutiku.
Tsukishima pov:
Aku menghela nafas dengan kasar ketika mendengar putriku pulang larut malam untuk menemui nii-channya. Aku tau kalau kecelakaan tahun lalu berakibat besar pada mentalnya. Dia trauma pada taksi, sejak saat itu dia selalu pergi dengan sepeda atau jalan kaki. Aku tidak masalah dengan traumanya. Tapi ada satu hal yang membuatku benar-benar stress.
Aku yakin aku sudah memastikan bahwa istriku dan anak laki-lakiku mendapatkan tempat peristirahatan terakhir yang tenang. Bahkan proses pemakamannya kusembunyikan dari media massa agar tidak terjadi keributan dan proses pemakaman berlangsung khidmat. Tapi putriku terus beranggapan bahwa nii-channya masih hidup.
Aku takut untuk memberitahu kenyataan bahwa nii-channya sudah meninggal. Tapi, apa dia bisa percaya? Aku membuntutinya selama ini. Dan tiap dia bilang akan menemui nii-channya, aku selalu was was. Dia datang ke rumah sakit sendirian, masuk ke ruang rawat inap yang sengaja kukosongkan sejak dia bilang nii-channya berada di sana. Awalnya aku ingin percaya. Tapi melihat dia berbicara sendiri di atas kasur kosong membuat hatiku nyeri. Karena itu aku memutuskan memberitahunya.
(y/n) pov:
"(y/n), ada yang ingin papa bicarakan denganmu. Ini rahasia. Jadi kalau kamu mau tau, menanglah di perlombaan kali ini."
"Hmmm... Biasanya aku tidak tertarik. Tapi okelah. (y/n) akan berusaha keras!!" Aku mulai serius dalam berlatih. Ntah kenapa, wajah papa seakan akan sangat berharap aku menang. Dia seperti ingin memberitahuku sesuatu yang darurat.
Tiba saatnya di hari perlombaan. Aku dan klubku berangkat ke Tokyo. Papa bilang bahwa dia tidak akan datang di perlombaan kali ini. Dia tidak akan membuka portal berita dan hanya akan menungguku mengatakan hasilnya di rumah.
Akhirnya, aku pulang membawa kemenangan. Aku segera menaiki sepedaku dan mengayuhnya sampai rumah. Kulihat papa terkejut dengan kehadiranku. Tak lama dia tersenyum.
"PAPA LIHAT! AKU MENANG!! Jadi.. Apa yang mau papa beritahu?"
"Mandi dulu sana!" Aku segera berlari ke kamarku. Setelah selesai mandi, aku segera turun menemui papa. Papa menangkap eksistensiku di ruang TV. Ia tersenyum dan menarik tanganku ke kamarnya. Ia mengambil sebuah kotak besar berwarna merah dan memberikannya padaku.
Aku membuka kotak itu. Aku mengernyitkan dahi bingung. Kotak ini berisi boneka teddy bear kecil, sweater oversize berwarna putih dan slayer berwarna biru. Aku melihat noda darah pada sweater dan slayer. Memang sudah pudar, tapi polanya masih terlihat. Aku bertanya kepada papa kenapa ada noda darah di situ dan punya siapa itu.
"Kamu ga ingat? Di hari kecelakaan, Keito pakai itu. Dan boneka teddy bear itu kamu yang beli bersama Keito di hari yang sama. (y/n), kamu yakin Keito masih hidup?"
"Apa maksud papa? Nii-chan masih hidup! Dia sedang mendapat perawatan di RS." Papa menarik tanganku dan berjalan menuju mobil. Kamu berdua naik ke mobil itu. Setelah sekitar 1 jam perjalanan, kami tiba di tempat pemakaman. Aku mengikuti papa berjalan ke sudut di sebelah kanan.
"Lihatlah! Apa menurutmu mereka bangkit dari kubur!? Kau pikir papa membohongimu? (y/n), tidak ada siapapun yang kamu temui di RS. Itu hanya bagian dari imajinasimu!"
Aku tersentak mendengar teriakan papa. Tapi aku yakin kalau yang kutemui di RS adalah nii-chan. Aku mengernyitkan dahiku bingung.
"Papa, kau yakin aku yang melakukannya? Jangan jangan papa yang berimajinasi di sini! Papa bisa saja mengambil mayat lainnya!"
Papa terlihat semakin menggila. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apapun. Aku bahkan tidak memiliki ingatan tentang kecelakaan itu. Aku melihat papa menggali gali tanah kuburan itu dengan tangannya. Segera kuhentikan kegiatannya itu.
"PAPA CUKUP! Kita kembali ke rumah, oke? Kita masih perlu waktu untuk membicarakan ini. Entah itu butuh waktu berbulan-bulan, berminggu-minggu.. Berapa lamapun, kita akan membicarakannya setelah tenang. Ayo, ayo pulang papa"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue..
.
.
.
.
.
.
.
.
Author note:Maaf ya kemaren bener bener sibuk sampai keteteran segala hal. Terus sorenya aku liat MAMA sampe lupa kalau kemaren janji mau up 😭 Ok next chapter ku post setelah ulangan ya.
Oiya, buat chapter ini.. Aku mau nanya pendapat kalian. Lebih milih tim (y/n) atau tim Papa Tsuki yang bermasalah sama ingatannya? :") Kejam banget yak aku bikin ginian.
Yaudah gitu dulu. Makasih udah mampir~
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa || Haikyuu x Reader
Fanfiction[Update Rutin] How if you was born as a daughter of haikyuu character? Random story created by me Original character belongs to Haruichi Furudate!! Start: 30 Nov 2020 End: