Minggu ini aku benar benar kerepotan. Banyak orang yang berada di sekitarku, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Semua tak luput dari popularitas papaku yang nyaris mengalahkan Paman Tooru. Bagaimana tidak? Di usianya yang menginjak 36 tahun, dia masih tetap eksis di dunia voli. Teman-temanku di SMP terus menggangguku dengan hadiah untuk papa. Ditambah lagi, aku ini cantik! Hehe~
Tentu saja aku harus percaya diri dengan penampilanku. Aku ini model majalah olahraga terkenal. Ya, sebenarnya aku menjadi model karena popularitas papa sih. Tapi siapa yang peduli soal itu?
Sejak aku menjadi model, sudah banyak orang yang mendadak menjadi fansku. Bahkan, aku tidak tenang untuk bersekolah di sini. Ditambah lagi, bulan ini papa kembqli menjadi setter di pertandingan voli internasional. Seperti biasa, dia menang =_=
Karena itu, semakin banyak orang yang memberikan hadiah padaku. Bisa dibilang, aku ini most wanted ^~^
Bel pulang telah berbunyi. Setelag menaruh semua hadiah di lokerku, aku berjalan menuju gerbang. Hari ini, papa berjanji untuk menjemputku. Sudah banyak laki-laki yang menawarkan tumpangan padaku, tapi aku menolak semuanya.
Tak terasa, sekolah telah sepi. Hanya segelintir orang yang masih berada di sekolah. Aku terus mencoba menghubungi papa. Tapi, sedari tadi dia tidak mengangkat telponku. Bahkan dia tidak menjawab pesanku!
Aku tidak peduli berapa banyak pesan yang kukirimkan padanya. Hari sudah gelap, matahari tak lagi nampak. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri.
Di jalan, aku merasakan ada seseorang yang mengikutiku. Aku berkali kali mengecek belakangku, tapi tidak ada siapapun yang tertangkap mataku. Aku mencoba berjalan lebih cepat. Saat melewati toko dengan jendela kaca yang besar, aku akhirnya melihat orang yang membuntutiku.
Tunggu! Dilihat dari pakaiannya, sepertinya aku mengenal orang ini. Aku memberanikan diri melihat ke belakang. Kali ini, aku berhasil melihatnya. Dia tampak terkejut, tapi dia pandai menyembunyikan ekspresinya. Dia memakai bucket hat berwarna hitam, masker hitam, kaos hitam, dan celana dengan rantai disakunya. Mataku menangkap gelang biru di pergelangan tangannya. Itu gelang yang sama dengan milikku! Aku memperhatikan postur tubuhnya. Orang ini....
"PAPA! KENAPA MEMBUNTUTIKU!?"
"Papa main TOD, dan papa dapet dare buat ngikutin kamu diam diam"
"Papa bilang akan menjemputku. Kenapa tidak langsung datang!?"
"Ah, itu juga bagian dari dare"
"Apa!? PAPA PIKIR AKU SIAPA? MEMANGNYA AKU BONEKA? Papa... Ah, pergilah!"
"T-tunggu (y/n)"
Amarahku benar benar memuncak. Apa papa ini bodoh? Bagaimana bisa dia memilih menjalankan dare itu? Dia bahkan tidak meminta maaf padaku! Aku berlari sekuat yang ku bisa. Air mataku tumpah sejak aku membalikkan badan menjauhi papaku.
Aku menyadari papa masih bisa mengikutiku. Tapi aku tidak peduli! Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu. Aku menangis dengan keras. Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar.
"(y/n), waktunya makan malam. Kamu tidak makan?"
PAPA! Anakmu ini menangis karenamu, dan kamu memilih mengatakan itu!? Sudahlah, papa memang tidak peka! Aku memilih untuk mengabaikan panggilannya. Berkali-kali papa mengetuk pintu dan mengajakku makan. Tapi aku menghiraukannya.
Tanpa sadar, aku tertidur. Mungkin karena lelah menangis terlalu lama. Aku berjalan menuju meja riasku. Kulihat, mata dan pipiku bengkak. Ini selalu terjadi ketika aku menangis dalam waktu yang lama.
Jam menunjukkan pukul 1 malam. Perutku terus berbunyi sejak tadi. Aku memutuskan untuk turun ke dapur. Saat aku keluar dari kamar, aku merasa aneh karena lampu masih menyala. Biasanya papa sudah mematikan semua lampu sebelum tidur. Aku mengabaikannya dan memilih memprioritaskan perutku.
"P-Papa!?" ucapku terkejut. Aku melihat papa menelungkupkan wajahnya di atas meja makan. Makanan yang tersaji di depannya belum tersentuh sama sekali. Aku mendekatinya dan mengguncang bahunya pelan.
"Uhh.. (y/n)? Akhirnya kamu turun untuk makan," ucap papa sambil tersenyum. Matanya masih belum terbuka dengan sempurna. Sepertinya dia menahan rasa kantuknya untuk menungguku di sini.
"Papa menungguku?"
"Tentu saja! Kita harus makan bersama kapanpun itu! Dan soal tadi, papa minta maaf oke? Papa tidak tau kalau itu akan menyakitimu. Hinata bilang, setiap anak menyukai permainan ini. Jadi aku mengikutinya tanpa berpikir panjang."
"Papa, kalau aku keluar di pagi hari. Apa kamu akan tetap duduk di sini?"
"Iya! Sudah, ayo makan. Papa tadi beli pizza. Dingin sih, tapi masih enak"
Mendengar perkataan papa, aku memeluknya dan kembali menangis. Papa menepuk pundakku panik. Dia berusaha menenangkanku. Aku menyesali perbuatanku tadi. Setelah beberapa lama, tangisanku mulai mereda.
"(y/n), matamu benar benar bengkak. Kamu jadi jelek" Mendengar perkataannya ini, aku jadi kembali ingin memarahi papaku. Dia menyebalkan sekali! Yah, ini memang sifatnya yang sulit peka terhadap orang lain. Aku mengakuinya.
"Papa, aku mencintaimu"
"K-kenapa tiba tiba!?"
"Gatau, pokok (y/n) cinta papa banyak banyak"
Setelah drama tengah malam kami berakhir, kami memulai makan malam bersama. Kemudian, kami beranjak untuk tidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
EndAuthor note:
Buat update besok, ku up sekarang ya! Yang lagi PAS, semangat^~^ Tunjukin kemampuan terbaik kalian! Karena besok PAS 3 mapel, jadi khawatirnya aku ga bisa update hehe. Terimakasih udah mampir di cerita gaje ini ToT
Next Hinata Shouyou!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa || Haikyuu x Reader
Fanfic[Update Rutin] How if you was born as a daughter of haikyuu character? Random story created by me Original character belongs to Haruichi Furudate!! Start: 30 Nov 2020 End: